Kamis, 13 Juni 2013

14 Juni

Lalu aku melihat: aku mendengar seekor burung nasar terbang di tengah langit dan berkata dengan suara nyaring: ‘CELAKA, CELAKA, CELAKALAH MEREKA YANG DIAM DI ATAS BUMI OLEH KARENA BUNYI SANGKAKALA KETIGA MALAIKAT LAIN, YANG MASIH AKAN MENIUP SANGKAKALANYA’” (Wahyu 8:13).

Kitab Wahyu menandai peranan sangkakala secara lebih jelas dibandingkan yang disadari kebanyakan orang. Kunci untuk memahaminya adalah Wahyu 6:9-11. Di sana “di bawah mezbah jiwa-jiwa” berseru, “Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?” (ayat 10). “Mereka yang diam di bumi” adalah orang-orang yang telah menganiaya dan membunuh umat Allah yang setia. “Mereka” ini juga tampil lagi di dalam Wahyu 8:13. Tiga celaka dari sangkakala kelima, keenam, dan ketujuh menimpa “mereka yang diam di bumi.” Oleh karena itu, ketujuh sangkakala merupakan penghakiman terhadap mereka yang telah membunuh dan menganiaya umat Allah yang setia.
Wahyu 8:2-6 mengatakan kepada kita bahwa sangkakala berbunyi sebagai tanggapan terhadap doa-doa orang kudus, yang naik seperti dupa dari mezbah (ayat 3, 4). Apakah doa-doa itu? Mereka adalah orang-orang kudus yang telah dibunuh (Why. 6:9-11) dan berseru menuntut keadilan. Saat doa-doa itu tiba di surga bergabung dengan dupa, penghakiman pun dijatuhkan ke atas bumi (Why. 8:5, 6). Oleh karena itu, ketujuh sangkakala membawa pesan penting bagi mereka yang teraniaya, terabaikan, dan dibunuh karena iman mereka. Sangkakala-sangkakala itu meyakinkan mereka bahwa Allah secara aktif melawan orang-orang yang telah menindas mereka.
Seorang teman saya adalah seorang professor di sebuah sekolah kedokteran. Seorang pelayan gereja memohon kepadanya supaya dia meninggalkan pekerjaannya yang mapan itu dan melayani untuk gereja, tinggal di apartemen sederhana milik gereja. Karena cintanya kepada Yesus, tanpa ragu-ragu dia menerima pekerjaan itu. Namun satu hari, dia dipecat karena perbedaan pendapat dengan seorang pengurus gereja. Terpana, sambil termenung dia yang tadinya seorang yang kaya dan berpengaruh di negaranya, kini tidak memiliki pekerjaan dan tidak memiliki sumber pendapatan. Dalam keputusasaan dia pulang ke rumah dan mendapati kunci apartemen gereja telah diganti dan semua benda miliknya telah dilemparkan di pinggir jalan. Istrinya tampak duduk di bangku sambil menangis tersedu-sedu. Ketika balas dendam adalah pikiran yang pasti dimiliki oleh kebanyakan orang, teman saya memutuskan untuk membiarkan Allah yang bertindak. Sangkakala telah meyakinkan kita bahwa Allah menandai ketidakadilan dalam dunia kita dan akan memperbaikinya sesuai dengan waktu-Nya.


Tuhan, terima kasih atas jaminan bahwa segala yang menimpaku penting bagi-Mu

13 Juni

Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya MENJADI GELAP dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Ayat hari ini berbicara tentang kegelapan yang meliputi sebagian tempat. Di mana kegelapan ini memengaruhi beberapa orang di satu sisi, dan memengaruhi yang lainnya di sisi lain. Hal ini mendeskripsikan kehidupan seharihari. Kegelapan dosa menyentuh beberapa orang lebih daripada yang lain.
Sebuah cerita lucu mengisahkan tentang dua orang terkenal. Jack Nicklaus adalah salah seorang pemain golf profesional sepanjang zaman. Stevie Wonder adalah seorang penyanyi populer dalam kebutaannya. Mereka berdua bertemu pada suatu hari, dan Nicklaus sangat terkejut ketika mendengar bahwa ternyata Wonder juga seorang penggemar permainan golf.
“Bagaimanakah Anda bisa bermain golf padahal Anda buta?” Nicklaus bertanya. “Oh, sebenarnya tidak terlalu susah,” jawab Stevie Wonder. “Sebelum saya memukul bola, terlebih dulu asisten saya berjalan sejauh bola yang akan saya pukul dan memanggil saya dari arah jalur pukulan. Kemudian saya akan berjalan ke arah bola itu dan dia akan pergi ke arah mana bola harus saya pukul kemudian hingga masuk ke lubang. Dia juga akan memberitahukan saya berapa panjang perangkap dan rintangan air, dan saya akan memukul bola sesuai dengan yang dibutuhkan.”
“Wah, luar biasa!” Tapi bagaimanakah Anda melakukan pukulan pelan?” kata Nicklaus. “Oh, itu bagian paling mudah buat saya. Setelah menjelaskan kemiringan tanah maka asisten saya akan berbaring di dekat lubang yang harus saya tuju. Lalu saya akan memukul bolanya menuju arah suara asisten saya. Saya rasa, saya bisa mengalahkan Anda kalau kita bermain bersama.”
“Anda sungguh luar biasa. Tetapi Anda pasti tidak akan dapat mengalahkan saya.” “Saya pasti bisa. Mengapa kita tidak bermain satu ronde hari ini?” tantang Wonder.
“Saya bisa hari ini,” jawab Nicklaus. “Kapan kita bertemu?” “Bagaimana kalau pukul 10 malam?” jawab Wonder.
Anda pasti tertawa membaca ini. Golf adalah permainan yang pasti tidak akan dimainkan di malam hari. Seorang guru saya sering mengatakan, “Di dalam kegelapan, satu mata sangat berharga!” Dalam kegelapan, seorang laki-laki buta memiliki cara melihat yang berbeda dengan orang yang dapat melihat. Ketika kegelapan dosa menyapu dunia, mereka yang mengikut Tuhan yang mendapatkan keuntungan. Karena mereka akan dapat melihat dengan mata rohani mereka (bnd. Yoh. 9:39-41).


Tuhan, tolong aku untuk tidak membatasi diri pada satu atau dua cara untuk mengenal-Mu. Kuasai inderaku untuk tanggap terhadap sinyal-sinyal yang Engkau ingin kirimkan kepadaku.

12 Juni

Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari BINTANG-BINTANG, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Ketika saya berumur 10 tahun, saya menghabiskan dua tahun tabungan saya untuk membeli sebuah teleskop. Saya berpikir sangat hebat rasanya dapat melihat langit dan hal-hal luar biasa seperti cincin Saturnus, kawah di permukaan bulan, dan bulan-bulan planet Jupiter dan awannya yang berwarna warni. Tetapi hal terbaik yang pernah saya lihat melalui teleskop saya adalah Belantik (Pleiades). Walaupun awan berkabut di lingkungan daerah saya di luar kota New York, Belantik benar-benar telah mencengangkan saya.
Banyak orang menganggap Belantik sebagai tujuh saudari. Bila dilihat dengan mata telanjang, Belantik tampak seperti kumpulan enam atau tujuh titik cahaya. Tetapi pada teleskop saya, Belantik meluas menjadi sekelompok ratusan bintang yang bercahaya seperti perhiasan. Bintang-bintang terlihat berwarna kuning, merah, biru, dan berbagai macam warna, seperti mahkota kerajaan di istana-istana di Eropa. Setelah pengalaman ini, saya sangat setuju yang dikatakan pemazmur, “Langit menceritakan kemuliaan Allah” (Mzm. 19:1). Saat memandang langit melalui teleskop saya, saya menangkap sekilas kebesaran Allah dan bagaimana Dia menyukai hal-hal yang indah. Bintangbintang juga menceritakan sifat Allah yang mahabesar, yang tidak terbatas untuk Ayub. Ketika Ayub ditanya mengapa dia mengalami banyak penderitaan, Allah menunjukkan kepadanya bintang-bintang. “Dapatkah engkau memberkas ikatan bintang Kartika, dan membuka belenggu bintang Belantik? Dapatkah Engkau menerbitkan Mintakulburuj pada waktunya, dan memimpin bintang Biduk dengan pengiring-pengiringnya? (Ayb. 38:31-33).
Ayat kita hari ini berbicara tentang sebagian kegelapan yang turun menutupi bintang-bintang dan benda-benda langit lainnya. Dalam arti rohani, ini menyoroti suatu masa dalam sejarah saat peristiwa-peristiwa melenyapkan pengetahuan yang sejati tentang Allah. Seperti halnya sukar untuk membayangkan dunia di mana kita tidak bisa menyaksikan bintang-bintang lagi, penulis Wahyu dirisaukan oleh pemikiran tentang dunia di mana terang rohani Allah tidak tampak lagi.
Dalam konteks ayat ini kita menemukan Allah yang terkadang menyembunyikan diri-Nya. Ketika kita tidak menganggap serius kehadiran-Nya, ketika tidak mengacuhkan berkat-berkat berlimpah yang Dia berikan bagi kita semua, Dia terkadang menghilangkan diri-Nya dari pandangan kita untuk sesaat. Dia berharap bahwa kita akan mengingat apa yang telah hilang dan akhirnya menginginkan untuk berjalan kembali bersama-Nya.


Tuhan, jangan sembunyikan diri-Mu dari aku. Biarlah kemuliaanmu selalu menyelimuti aku. Aku ingin melihat Engkau sebagai Tuhan.

11 Juni

Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan TERPUKULLAH SEPERTIGA DARI MATAHARI DAN SEPERTIGA DARI BULAN DAN SEPERTIGA DARI BINTANG-BINTANG, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari” (Wahyu 8:12).

Malam itu seperti biasa saya dalam perjalanan pulang kerumah. Ketika saya tiba di tikungan dan memasuki jalan lurus yang menuju ke rumah saya, saya melihat satu pemandangan aneh. Bulan di langit terlihat penuh di atas kaki langit di depan saya, tetapi tampak seperti seseorang baru saja mengambil satu gigitan besar di sebelah kirinya.
“Mungkinkah itu bulan tiga perempat [saat bulan mulai menyusut setelah fase penuh]?” tanya saya pada istri saya yang ada di mobil bersama saya. “Kurasa bukan,” katanya. “Aku belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.” Tidak terpengaruh oleh pendapatnya, saya terus berpikir apakah bulan tiga perempat tampak seperti bulan sabit terbalik, atau apakah bentuknya seperti “bekas digigit” seperti yang saya lihat malam itu. Sepanjang jalan saya bertanya-tanya dalam hati. Tetapi sesampainya di rumah, saya melupakannya, sampai 30 menit kemudian saya tiba-tiba teringat lagi pada bulan itu.
“Hei anak-anak!” saya memanggil anak-anak saya yang remaja. “Kalian harus melihat keluar jendela. Bulan terlihat seperti tergigit!” Mereka mengikuti saya keluar dari ruang tamu untuk melihat melalui pohon di halaman rumah kami. Tetapi saya tidak siap dengan apa yang saya lihat kemudian. Bulan tidak lagi terlihat seperti tergigit. Yang saya lihat sekarang adalah bulan yang tinggal setengah. [“Apanya yang istimewa, Ayah?”] Apakah bulan dapat berubah bentuk dalam setengah jam? Saya menggali semua pengetahuan ilmu alam yang ada di kepala saya dan tidak mendapatkan jawabannya. Kemudian saya memperhatikan bahwa bagian bulan yang gelap berwarna merah redup, melengkapi lingkaran yang penuh.
“Saya tahu!” saya tiba-tiba berteriak. “Pasti sedang terjadi gerhana bulan.” Bumi bergerak tepat di antara matahari dan bulan, dan bayangan bumi bergerak melalui bulan.” Saya melanjutkan melihat sampai bagian putih bulan benar-benar hilang, meninggalkan lingkaran merah yang redup.
Penjelasan paling baik tentang Wahyu 8:12 adalah mungkin sebuah gambar yang di lukis dari gerhana matahari dan bulan yang pasti diketahui luas pada masa kuno. Matahari, bulan, dan bintang-bintang melambangkan Firman Allah (Mzm. 16; 119:105), umat Allah (Dan. 12:3), dan hal-hal yang di surga (Dan. 8:10) dalam Perjanjian Lama. Penolakan terhadap Firman Allah dan jalan-jalan-Nya menghasilkan kegelapan rohani. Tetapi kegelapan di sini hanya sebagian. Kita masih memiliki waktu untuk bertobat.


Tuhan, aku ingin hidup dalam cahaya Firman-Mu dan Jalan-Mu. Tuntun aku agar tidak membuat keputusan-keputusan yang membawa ke dalam kegelapan rohani.

Jumat, 07 Juni 2013

10 Juni



LALU MALAIKAT YANG KETIGA MENIUP SANGKAKALANYA DAN JATUHLAH DARI LANGIT SEBUAH BINTANG BESAR, MENYALA-NYALA SEPERTI OBOR, DAN IA MENIMPA SEPERTIGA DARI SUNGAI-SUNGAI DAN MATA-MATA AIR. NAMA BINTANG ITU IALAH APSINTUS. DAN SEPERTIGA DARI SEMUA AIR MENJADI APSINTUS, DAN BANYAK ORANG MATI KARENA AIR ITU, SEBAB SUDAH MENJADI PAHIT” (Wahyu 8:10, 11).

Bahasa dari sangkakala ini menggemakan Perjanjian Lama. Misalnya, jatuhnya bintang mengingatkan tentang Lusifer jatuh dari surga di dalam Yesaya 14. Lusifer, yang mengklaim ingin menjadi seperti Allah, diusir dari surge seperti bintang jatuh dari langit (Why 8:10). Kitab Suci sering mengaitkan obor, atau pelita, dengan Firman Allah (Mzm. 119:105; Ams. 6:23). Namun di sini Yohanes mengaitkan itu dengan sebuah bintang jatuh, jadi itu melambangkan lawan dari kebenaran. Dengan demikian, kejatuhan itu mewakili kemunduran rohani (Why. 2:5; Ibr. 4:11). Bintang jatuh itu bersinar seperti Firman Allah, tetapi bukan yang sebenarnya. Gambaran-gambaran ini sesuai dengan kepahitan yang terjadi pada sungai-sungai dan mata air yang terdapat
dalam ayat hari ini. Sungai dan mata air melambangkan minuman rohani. Sama seperti kita membutuhkan air untuk hidup, demikian juga kita membutuhkan minuman rohani (Roh Kudus—Yoh. 7:37-39; Mzm. 1:3) agar iman kita tetap hidup.
Namun demikian, saat bintang jatuh itu menimpa sungai-sungai dan mata-mata air, hal itu membuat air menjadi pahit. Orang-orang mencari pemenuhan dari Roh dan kebenaran, tetapi malah sebaliknya, teracuni oleh air yang telah menjadi pahit. Dalam Perjanjian Lama, apsintus dan kepahitan merupakan simbol yang tetap karena kemurtadan dan penyembahan berhala (Ul. 29:17, 18). Karena air kebenaran telah diracuni, hal yang seharusnya menjadi kehidupan yang menjanjikan berubah menjadi sumber kematian. Air yang pahit tidak dapat menopang kehidupan (Rat. 3:15, 19; Kel. 15:23).
Sangat menjengkelkan ketika membeli program komputer yang mencakup petunjuk penggunaannya yang penuh dengan informasi campur aduk. Petunjuk penggunaan itu mengatakan, “Jika Anda ingin mengerjakan ini, lakukan ini dan ini.” Tetapi saat Anda melakukan apa yang diperintahkan petunjuk itu, tidak terjadi apa-apa atau komputer menjadi rusak.
Nah, mudah-mudahan itu tidak Anda alami. Tetapi dalam dunia rohani, hal itu masih sering terjadi. Orang-orang dihadapkan pada segala jenis informasi palsu mengenai Allah dan kehidupan rohani. Saat mereka memercayainya, “program komputer” rohani mereka mulai tak berfungsi, dan akibatnya sungguh berat.

Tuhan, tolong aku untuk lebih serius dengan apa yang aku yakini. Aku tidak ingin memiliki iman yang biasa-biasa saja—aku menginginkan iman yang akan bertahan apa pun juga yang terjadi.

9 Juni



Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu SEPERTI GUNUNG BESAR, YANG MENYALA-NYALA OLEH API, DILEMPARKAN KE DALAM LAUT. DAN SEPERTIGA DARI LAUT ITU MENJADI DARAH, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal” (Wahyu 8:8, 9).

Fakta bahwa air berubah menjadi darah mengingatkan kita pada tulah pertama dalam Keluaran (Kel. 7:19-21). Mengubah Sungai Nil menjadi darah akan menghancurkan kenyamanan dan perekonomian Mesir dalam sekejap. Kehidupan Mesir zaman dulu maupun sekarang adalah Sungai Nil.
Jika Anda pernah mengunjungi Mesir, Anda akan tahu bahwa negeri itu adalah negeri yang subur dan produktif di sepanjang tepian Sungai Nil, tetapi beberapa mil jauhnya dari sungai tersebut Anda akan mendapati tanah yang paling kering dan tandus. Setiap kali saya berkesempatan untuk mengunjungi padang-padang pasir Mesir, saya harus minum air beberapa liter sekembalinya dari Nil atau akan sakit kepala yang parah!
Ayat kita hari ini berisikan kutipan yang jelas tentang penghakiman Allah terhadap Babel purba, “Sesungguhnya, Aku menjadi lawanmu, hai gunung pemusnah, demikianlah Firman Tuhan, yang memusnahkan seluruh bumi! Aku akan mengacungkan tangan-Ku kepadamu, menggulingkan engkau dari bukit batu, dan membuat engkau menjadi gunung api yang telah padam” (Yer. 51:25). Dalam Yeremia 51, Allah mengumumkan penghakiman atas Babel dikarenakan dia telah menindas umat Allah. Jadi sangkakala kedua memadukan elemen-elemen penghakiman zaman Perjanjian Lama kepada Mesir dan Babel. Yang menarik adalah kedua negeri ini, dulu maupun sekarang, bertanah datar, kering, serta bergantung pada sungai-sungai besar yang melalui negeri itu.
Tetapi seandainya Babel berlokasi di sebuah lembah sungai yang datar, mengapa ayat ini berbicara tentang sebuah gunung? Itu adalah referensi simbolik. Daniel 2 menggambarkan kerajaan Allah dengan istilah gunung yang besar. Jadi gambaran Yeremia menyatakan bahwa Babel adalah lawan besar terhadap kerajaan Allah yang sejati. Sangkakala menjanjikan bahwa Allah akan menghancurkan lawan itu di “perairannya” sendiri.
Penghakiman simbolik yang diwakili oleh sangkakala yang kedua mungkin mencerminkan dengan baik keruntuhan Kekaisaran Romawi, suatu peristiwa yang akan terjadi di masa depan pada saat Yohanes menulis Kitab Wahyu. Dari sudut pandang para pembaca pertama, kekaisaran itu tampaknya tak terkalahkan. Tetapi penglihatan menyakinkan nabi ini bahwa Allah menandai tingkah laku penindas di bumi ini, dan Dia bertindak dalam waktu yang tepat.

Tuhan, yakinkan aku bahwa segala sesuatunya tetap berada dalam kendali-Mu. Semoga aku tetap sabar menantikan campur tangan-Mu.

8 Juni



Lalu malaikat yang pertama meniup sangkakalanya dan terjadilah HUJAN ES, DAN API, BERCAMPUR DARAH; DAN SEMUANYA ITU DILEMPARKAN KE BUMI; MAKA TERBAKARLAH SEPERTIGA DARI BUMI dan sepertiga dari pohon-pohon dan hanguslah seluruh rumput-rumputan hijau” (Wahyu 8:7).

Kalau saja perang nuklir terjadi, berikut adalah saran ke mana kita harus berlindung. Di utara Taman Nasional Yellowstone, ada sebuah tempat yang disebut Lembah Firdaus. Pada pemandangan luar biasa di lembah ini, dengan mudah akan ditemukan: Peralatan ventilasi, pintu-pintu berbentuk kubah di punggung-punggung bukit, menara pengawas yang dapat berfungsi ganda sebagai kubu senapan mesin. Salah sebuah tempat perlindungan itu dinamai Bahtera Mark, seperti motel yang tertanam 6 meter di bawah tanah. Ketika seseorang bertanya kepada pembangunnya, “Mengapa engkau tidak tinggal di sini?” Dia berkata, “Apakah engkau gila? Satu-satunya alasan saya akan tinggal di sini, adalah jika situasi mengharuskan saya tinggal di sini.”
Bahtera Mark dipenuhi berbagai perlengkapan dan bahan makanan yang mungkin berguna pada masa pengungsian yang lama. Selanjutnya terdapat ruang penetralan dan sebuah ruang mesin dengan sejumlah besar bahan bakar tersimpan di sana. Tempat perlindungan utama adalah berukuran kirakira 10 meter lebarnya dan 40 meter panjangnya. Terdapat tiga lantai dan 40 kamar tidur. Juga memiliki klinik yang lengkap dan dapur umum yang besar, cukup memberi makan 150 orang, kata pendiri bangunan tersebut.
Tetapi mengapa 150 orang ingin pergi ke bawah tanah selama setahun? Semuanya diawali pada tahun 1980 ketika ramalan tentang perang nuklir dimulai sebuah kelompok agama lokal yang kontroversial, Gereja Universal dan Triumphant. Tren membangun tempat perlindungan segera menyebar ke gereja tetangga. Saat ini daerah itu memiliki sekitar 30 tempat perlindungan.
Menurut seorang yang kemungkinan besar akan tinggal di tempat itu, “Ketika hal itu telah terjadi, keseimbangan siklus udara akan terganggu. Arus angin yang keras yang seharusnya tinggal di atas, dapat turun ke permukaan, dan bayangkan, angin dengan kecepatan 490 km per jam pasti akan mengubah keseluruhan hidup kita.” Di Lembah Firdaus, mereka berpikir bahwa seluruh penduduk Amerika tidak bersiap-siap.
Kebanyakan orang-orang ini adalah orang Kristen yang konservatif, yang memandang sangkakala itu sebagai bencana alam yang akan menimpa seluruh manusia. Tetapi mereka salah memahami arti ayat ini. Menurut Wahyu, sangkakala adalah penghakiman Allah kepada mereka yang tidak percaya (Why. 8:3-5; 9:4). Jadi, jalan terbaik dan paling aman untuk menghadapi penghakiman Allah bukanlah tempat perlindungan di Montana, tetapi penurutan kepada Injil Yesus Kristus.

Tuhan, manakala duniaku “runtuh,” tolong aku untuk selalu percaya kepada-Mu.