Rabu, 05 Juni 2013

5 Juni



Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan DOA SEMUA ORANG KUDUS di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan DOA ORANG-ORANG KUDUS ITU dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah” (Wahyu 8:3, 4).

Apakah Allah masih menjawab doa-doa seperti dulu? Apakah Dia berbicara pada manusia seperti halnya Dia berbicara kepada Abraham? Di satu pagi buta, suara membangunkan Abraham, dan berkata, “Bawalah anakmu yang tunggal itu ke atas bukit yang ada di utara, serahkanlah dia sebagai korban bakaran.” Jika Anda adalah Abraham, apakah yang akan Anda lakukan?
Bagaimanakah dia bisa mengetahui bahwa permintaan yang aneh itu berasal dari Allah? Saya rasa Abraham sepanjang hidupnya, telah sering melakukan perbincangan dan berjalan bersama Allah. Dia dapat mengetahui kapan Allah sedang berbicara kepadanya, dan dapat membedakan jika itu hanya sekadar perasaannya saja atau pengaruh dari luar. Abraham telah melakukan eksperimen dengan Allah, sehingga dia mengetahui kapan Allah berbicara.
Apakah Allah masih berbicara kepada manusia saat ini? Saya mempraktikkan proses berikut ini. Sebelum berdoa, saya mengambil pensil dan kertas. Setelah selesai berdoa, saya akan tetap duduk dan dengan diam menunggu. Lalu saya menuliskan pemikiran atau gagasan yang terlintas dalam benak saya. Pada waktu-waktu seperti itu, kebanyakan pemikiran biasanya tidak ada hubungannya dengan kehidupan saya saat itu. Tetapi beberapa sepertinya menjanjikan. Saya menguji ide-ide ini dengan Firman Allah, dan menghapus semua ide yang berlawanan dengan Firman Allah. Saya menguji semua gagasan itu dengan pengalaman dan mengamati hasilnya. Misalnya, jika saya terdorong untuk menelepon seseorang, saya melakukannya! Entah sesuatu berasal dari Allah ataukah tidak, itu bisa dibedakan dengan cara menguji kesan-kesan yang kita alami.
Seorang mahasiswa yang mendengar saran saya memutuskan untuk mencobanya. Setelah berdoa, dia merasa terdorong untuk menelepon seorang wanita di Kanada. Karena ketika itu istrinya sedang di Kanada, maka dia menelepon istrinya dan memintanya menghubungi wanita itu. Istrinya mencoba beberapa kali, tapi tidak berhasil. Mahasiswa itu meminta istrinya untuk terus mencoba. Kali berikutnya dia mencoba, wanita itu yang mengangkat telepon. “Suami saya meninggal tiga hari yang lalu,” katanya, “dan saya baru saja kembali dari dokter yang mendiagnosis saya mengidap kanker. Saya sedang duduk di samping telepon, bertanya-tanya apakah ada orang yang peduli!”
Tidak perlu dikatakan lagi, saya dan mahasiswa saya percaya bahwa Allah masih menjawab doa.

Tuhan, sentuh hatiku hari ini dengan apa pun juga yang Engkau ingin agar aku lakukan. Aku terbuka pada pimpinan-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar