“Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi
berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan
banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan DOA SEMUA ORANG KUDUS di atas mezbah
emas di hadapan takhta itu. Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan DOA ORANG-ORANG KUDUS ITU dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah” (Wahyu 8:3, 4).
Apakah Allah masih
menjawab doa-doa seperti dulu? Apakah Dia berbicara pada manusia seperti halnya
Dia berbicara kepada Abraham? Di satu pagi buta, suara membangunkan Abraham,
dan berkata, “Bawalah anakmu yang tunggal itu ke atas bukit yang ada di utara,
serahkanlah dia sebagai korban bakaran.” Jika Anda adalah Abraham, apakah yang
akan Anda lakukan?
Bagaimanakah dia bisa
mengetahui bahwa permintaan yang aneh itu berasal dari Allah? Saya rasa Abraham
sepanjang hidupnya, telah sering melakukan perbincangan dan berjalan bersama
Allah. Dia dapat mengetahui kapan Allah sedang berbicara kepadanya, dan dapat
membedakan jika itu hanya sekadar perasaannya saja atau pengaruh dari luar.
Abraham telah melakukan eksperimen dengan Allah, sehingga dia mengetahui kapan
Allah berbicara.
Apakah Allah masih
berbicara kepada manusia saat ini? Saya mempraktikkan proses berikut ini.
Sebelum berdoa, saya mengambil pensil dan kertas. Setelah selesai berdoa, saya
akan tetap duduk dan dengan diam menunggu. Lalu saya menuliskan pemikiran atau
gagasan yang terlintas dalam benak saya. Pada waktu-waktu seperti itu,
kebanyakan pemikiran biasanya tidak ada hubungannya dengan kehidupan saya saat
itu. Tetapi beberapa sepertinya menjanjikan. Saya menguji ide-ide ini dengan
Firman Allah, dan menghapus semua ide yang berlawanan dengan Firman Allah. Saya
menguji semua gagasan itu dengan pengalaman dan mengamati hasilnya. Misalnya,
jika saya terdorong untuk menelepon seseorang, saya melakukannya! Entah sesuatu
berasal dari Allah ataukah tidak, itu bisa dibedakan dengan cara menguji kesan-kesan
yang kita alami.
Seorang mahasiswa yang
mendengar saran saya memutuskan untuk mencobanya. Setelah berdoa, dia merasa
terdorong untuk menelepon seorang wanita di Kanada. Karena ketika itu istrinya
sedang di Kanada, maka dia menelepon istrinya dan memintanya menghubungi wanita
itu. Istrinya mencoba beberapa kali, tapi tidak berhasil. Mahasiswa itu meminta
istrinya untuk terus mencoba. Kali berikutnya dia mencoba, wanita itu yang
mengangkat telepon. “Suami saya meninggal tiga hari yang lalu,” katanya, “dan
saya baru saja kembali dari dokter yang mendiagnosis saya mengidap kanker. Saya
sedang duduk di samping telepon, bertanya-tanya apakah ada orang yang peduli!”
Tidak perlu dikatakan
lagi, saya dan mahasiswa saya percaya bahwa Allah masih menjawab doa.
Tuhan, sentuh hatiku hari ini dengan apa pun juga
yang Engkau ingin agar aku lakukan. Aku terbuka pada pimpinan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar