Jumat, 07 Juni 2013

9 Juni



Lalu malaikat yang kedua meniup sangkakalanya dan ada sesuatu SEPERTI GUNUNG BESAR, YANG MENYALA-NYALA OLEH API, DILEMPARKAN KE DALAM LAUT. DAN SEPERTIGA DARI LAUT ITU MENJADI DARAH, dan matilah sepertiga dari segala makhluk yang bernyawa di dalam laut dan binasalah sepertiga dari semua kapal” (Wahyu 8:8, 9).

Fakta bahwa air berubah menjadi darah mengingatkan kita pada tulah pertama dalam Keluaran (Kel. 7:19-21). Mengubah Sungai Nil menjadi darah akan menghancurkan kenyamanan dan perekonomian Mesir dalam sekejap. Kehidupan Mesir zaman dulu maupun sekarang adalah Sungai Nil.
Jika Anda pernah mengunjungi Mesir, Anda akan tahu bahwa negeri itu adalah negeri yang subur dan produktif di sepanjang tepian Sungai Nil, tetapi beberapa mil jauhnya dari sungai tersebut Anda akan mendapati tanah yang paling kering dan tandus. Setiap kali saya berkesempatan untuk mengunjungi padang-padang pasir Mesir, saya harus minum air beberapa liter sekembalinya dari Nil atau akan sakit kepala yang parah!
Ayat kita hari ini berisikan kutipan yang jelas tentang penghakiman Allah terhadap Babel purba, “Sesungguhnya, Aku menjadi lawanmu, hai gunung pemusnah, demikianlah Firman Tuhan, yang memusnahkan seluruh bumi! Aku akan mengacungkan tangan-Ku kepadamu, menggulingkan engkau dari bukit batu, dan membuat engkau menjadi gunung api yang telah padam” (Yer. 51:25). Dalam Yeremia 51, Allah mengumumkan penghakiman atas Babel dikarenakan dia telah menindas umat Allah. Jadi sangkakala kedua memadukan elemen-elemen penghakiman zaman Perjanjian Lama kepada Mesir dan Babel. Yang menarik adalah kedua negeri ini, dulu maupun sekarang, bertanah datar, kering, serta bergantung pada sungai-sungai besar yang melalui negeri itu.
Tetapi seandainya Babel berlokasi di sebuah lembah sungai yang datar, mengapa ayat ini berbicara tentang sebuah gunung? Itu adalah referensi simbolik. Daniel 2 menggambarkan kerajaan Allah dengan istilah gunung yang besar. Jadi gambaran Yeremia menyatakan bahwa Babel adalah lawan besar terhadap kerajaan Allah yang sejati. Sangkakala menjanjikan bahwa Allah akan menghancurkan lawan itu di “perairannya” sendiri.
Penghakiman simbolik yang diwakili oleh sangkakala yang kedua mungkin mencerminkan dengan baik keruntuhan Kekaisaran Romawi, suatu peristiwa yang akan terjadi di masa depan pada saat Yohanes menulis Kitab Wahyu. Dari sudut pandang para pembaca pertama, kekaisaran itu tampaknya tak terkalahkan. Tetapi penglihatan menyakinkan nabi ini bahwa Allah menandai tingkah laku penindas di bumi ini, dan Dia bertindak dalam waktu yang tepat.

Tuhan, yakinkan aku bahwa segala sesuatunya tetap berada dalam kendali-Mu. Semoga aku tetap sabar menantikan campur tangan-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar