Kamis, 31 Januari 2013

2 Februari



AKU TAHU segala pekerjaanmu.”” AKU TAHU kesusahanmu dan kemiskinanmu.””AKU TAHU dimana engkau diam.””AKU TAHU segala pekerjaanmu.”…”AKU TAHU segala pekerjaanmu.” “AKU TAHU segala pekerjaanmu” (Wahyu 2:2,9,13,19;3:1,8,15).

Pesan sama “Aku tahu segala pekerjaanmu” yang disampaikan kepada tujuh jemaat merupakan penegasan bahwa Yesus tahu segala sesuatu tentang mereka. Yesus ingin agar jemaat dapat mengembangkan potensinya dan hidup sesuai dengan rancangan-Nya. Kristus tahu segala sesuatu mengenai Yohanes. Dia punya rencana dan tujuan bagi hidup nabi itu. Yesus menyadari bahwa sang nabi mampu menerima penglihatan-penglihatan yang kemudian membentuk inti pesan Kitab Wahyu (Wahyu 1:1). Dengan menuliskan kitab ini, Yohanes sedang melaksanakan rencana Yesus bagi hidupnya (ayat 11, 19).

Tuhan punya rancangan dan rencana bagi kehidupan setiap orang. Dia mengatakan kepada Yeremia, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibmu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa” (Yeremia 1:5). Jika Tuhan punya rencana unik bagi Yeremia dan Yohanes, juga bagi tujuh jemaat, maka tak diragukan lagi Dia juga punya rencana khusus bagi setiap kita. Tapi rancangan Allah untuk temperamen dan tujuan rohani kita tidak selalu demikian jelas.

Istri saya, Pamella, pernah yakin bahwa rancangan Allah bagi dirinya adalah menjadi isteri pendeta dan melakukan sesuai posisi itu. Tetapi, setelah beberap waktu, dia pun menyadari bahwa itu hanyalah tujuan sekunder. Meskipun sangat mendukung saya, itu bukanlah misi unik yang Allah tetapkan baginya. Lalu selang satu dekade penuh, dia membuktikan diri menjadi seorang ibu penuh waktu serta guru sekolah. Tanggung jawab seperti itu, baik dulu maupun sekarang, sangat penting, dan banyak orang, seperti halnya, Maria, Ibu Yesus, menemukan kepenuhan tujuan di dalamnya. Namun istri saya masih sering frustrasi dan hampa, merasa bahwa bukan hanya itu rancangan Allah bagi dirinya. Belum lama berselang, dia menyibukkan diri dengan terjun ke dalam dunia pendidikan universitas, bergelut dalam keterampilan hortikultura serta desain lanskap. Aktivitas ini sesekali sangat memberi kepuasan, namun demikian, ia masih dihantui pertanyaan : Apakah hanya ini yang Allah ingin aku lakukan?

Sebenarnya, ketidakpastiannya adalah berkat besar. Hal itu telah membuat istri saya  menekuni proses bagaimana orang-orang jadi mengenal rancangan serta rencana Allah bagi mereka.. bagaimana dengan Anda? Jika ya, apakah Anda telah mewujudkannya, atau apakah Anda membiarkan kekhawatiran-kekhawatiran dalam hidup ini membuat Anda berpaling dari-Nya?

Tuhan, aku menyerahkan diriku sepenuhnya dalam rancangan dan rencana-Mu bagiku. Aku bersedia melakukan kehendak-Mu.

Rabu, 30 Januari 2013

1 Februari



"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya DAN BERJALAN DI ANTARA KETUJUH KAKI DIAN EMAS ITU. (Wahyu 2:1)

Bagi banyak orang, golf adalah olahraga paling bodoh yang pernah diciptakan. Orang-orang berjalan kian-kemari di muka bumi, mengejar bola, lalu membuangnya jauh-jauh begitu mereka menemukannya. Namun demikian, ada sesuatu yang tampaknya menarik banyak orang untuk kembali dan kembali lagi pada permainan aneh ini. Saya kira, alasan utama adalah karena tidak perduli seberapa sering seorang pegolf memainkan permainan yang sama dan sebenarnya tidak pernah benar-benar sama. Setiap kali Anda bermain satu lubang, tempat pukulan pertama menjadi berbeda, dan Anda menghadapi lapangan permainan dari arah berbeda. Saat tanah kering, bola melambung lebih jauh dibandingkan jika udara lembab. Karena rumput seperempat inci lebih panjang, dibandingkan kemarin, bola akan bergerak dengan cara berbeda. Dan jika Anda bermain menghadap arah angin, maka cara pukulan akan sangat berbeda dibandingkan jika Anda membelakangi arah angin.

Lebih jauh kerumitan dalam permainan golf. Setiap pegolf tahu, bola tampaknya memiliki “pemikiran sendiri” dan jatuh ke tempat yang diinginkannya. Tempat bola mendarat disebut “lie”. Kelihaian bermain adalah belajar bagaimana menangani lie yang berbeda-beda, yang bisa saja lembut, keras, mendaki, menurun, menyamping, basah, kering, atau perpaduannya. Sukses berarti menyesuikan pukulan seseorang dengan persyaratan lie tertentu.

Apakah kaitan semua ini dengan Kitab Wahyu? Saya kira tidak banyak, tetapi itu mengilustrasikan poin yang kita amati dalam renungan sebelumnya. Yesus “menyesuaikan diri” menghadapi realita tentang ketujuh jemaat. Ia menerima mereka apa adanya dan memberikan kepada mereka gambaran unik tentang diri-Nya yang cocok dengan situasi hidup mereka saat itu.

Jika kita ingin mengadakan perbedaan di dunia kita, kita pasti ingin menjadi seperti Yesus dalam cara kita memperlakukan orang-orang. Mengutip perkataan Paulus : “Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka” (1 Korintus 9:22). Sama seperti kondisi yang beragam dalam permainan golf, tidak ada dua orang yang tepat sama. Bahkan lebih dari itu, tidak ada orang yang kita temui sama persis dengan dirinya sehari sebelumnya! Agar dapat menjadi berkat setiap orang yang kita temui, kita harus menerima mereka apa adanya. Kita perlu “menyesuaikan diri” pada keunikan perjumpaan dengan orang-orang. Hal ini membuat hidup jadi makin rumit, tetapi juga semakin menarik!

Tuhan, tolong aku untuk melihat setiap orang yang aku temui hari ini melalui mata-Mu. Mampukan aku untuk menyesuaikan cara pendekatan agar dapat merefleksikan kebutuhan unik mereka.

Selasa, 29 Januari 2013

31 Januari



“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di…” (Wahyu 2:1,8,12,18;3:1,7,14)


       Ketika saya remaja, televisi menayangkan sebuah acara sangat popular berjudul Star Trek. Film itu mengisahkan tentang pesawat luar angkasa Enterprise, sebuah pesawat perang angkasa yang menjelajahi galaksi untuk membela United Federation of Planets melawan Klingon dan spesies-spesies jahat lainnya. Kapten kapal itu seorang manusia biasa bernama Kirk yang mengekspresikan berbagai tipikal emosi, mulai dari euphoria saat menang perang hingga kepanikan saat keadaan terjadi tidak semestinya. Bawahannya adalah Mr. Spock, seorang humanoid dengan telinga berujung tajam yang berasal dari planet Vulcan dan sama sekali tidak memiliki emosi.

       Bagian-bagian dalam hampir semua film memperlihatkan Kapten Kirk kehilangan ketenangannya saat menghadapi krisis dan Mr. Spock menyela dengan nada suara tanpa emosi, “Kapten, ini sangat tidak logis”. Begini, tidak seperti makhluk dari “Vulcan”. Manusia memiliki dua cara utama untuk mengakses situasi apapun. Yang satu adalah nalar dan logika, dan yang lainnya perasaan. Emosi tentu saja bisa menjadi alat protektif bagi manusia, tetapi bisa juga membuat orang-orang melakukan tindakan-tindakan bodoh tidak produktif, sebagaimana sering diilustrasikan oleh film tersebut.

       Kita bisa menguilustrasikan logika Barat dengan persamaan ini : A+B=C. Segala sesuatu mengarah pada kesimpulan. Namun logika Ibrani dalam Alkitab berbeda : A+B=A! Logika Ibrani terbalik kepada dirinya sendiri. Seperti not-not dalam piano. Saat Anda mendaki tangga nada (do, re, mi, dan sebagainya), Anda selalu kembali pada not yang sama, namun pada tingkatan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. Logika Barat menekankan pada kesimpulan, logika Ibrani menekankan pada pusat.

       Ketujuh jemaat agaknya memiliki struktur logika Ibrani : A-B-A. Yesus sama sekali tidak mengkritik Smirna dan Filadelfia (jemaat kedua dan keenam); Pergamus dan Sardis (ketiga dan kelima) tampaknya mengalami kemunduran serius; Efesus dan Laodikia (yang pertama dan terakhir) mengalami permasalahan serupa. Gereja di tengah-tengah, yaitu Tiatira, tampaknya mengalami dua fase dan pesan terpanjang yang ditujukkan kepadanya.

       Strukturnya jadi seperti kaki dian bercabang tujuh dengan tiga cabang pada masing-msing sisinya, satu di tengah, dan sepasang cabang bertemu pada titik yang sama di pangkal kaki dian ; Efesus dan Laodikia berada di ujungnya yang berlawanan dari kaki dian; Smirna dan Filadelfia di tingkatan selanjutnya; Pergamus dan Sardis di atasnya, serta Tiatira pada puncaknya.

       Allah tidak menerapkan logika Barat pada jemaat-jemaat di Asia Kecil. Dia sangat peduli dengan mereka sehingga Dia menerima mereka apa adanya.


Tuhan, aku sangat bersyukur karena tahu bahwa Engkau menjangkau aku pada tahap pemahamanku.

Senin, 28 Januari 2013

30 Januari



“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di…” (Wahyu 2:1,8,12,18;3:1,7,14)

       Walaupun kitab wahyu memiliki banyak persamaan dengan kitab-kitab apokaliptik kuno lainnya, surat-surat yang termuat dalam Wahyu 2 dan 3 tidak memiliki karakter yang jelas. Sebagian sarjana Alkitab mengatakan, surat-surat itu adalah “surat-surat profetik”, jenis tulisan yang muncul dalam Perjanjian Lama (2 Tawarikh 21:12-15; Yeremia 29) serta literature Yahudi mula-mula otoritas sangat besar, dan orang-orang memperlakukannya seakan-akan surat-surat itu adalah titah raja layaknya.
       Dunia Romawi tidak memiliki sistem pos resmi, kecuali untuk urusan kenegaraan. Para sahabat yang kebetulan akan bepergian ke arah yang sama, atau utusan-utusan yang ditunjuk, yang membawa sebagian besar surat-surat. Namun sistem jalan raya yang baik, dipadu dengan pengapalan yang efisien ke laut Mediterania, membawa perjalanan lebih mudah dan cepat dibandingkan sebelumnya. Para arkeolog menemukan bukti bahwa orang-orang Mesir mengirimkan surat-surat ke Asia Kecil dan menerima balasannya dalam waktu kurang dari 25 hari. Tidak banyak berbeda dengan zaman sekarang!
       Surat-surat hampir selalu memperkenalkan unsur ketegangan. Dari amplopnya kita bisa menebak pengirim dan tujuannya, tetapi isinya masih tetap menjadi kejutan. Saya sering menerima surat yang kelihatan seperti surat bisnis resmi, namun hanya tawaran pembuatan kartu kredit atau ajakan mendaftarkan diri di sebuah klub buku. Saya belajar untuk melihat dari cap posnya. Jika pengirimnya membayar bea pos secara penuh, mungkin isi surat itu akan penting buat saya. Tetapi jika surat itu dikirim lewat pos masal, tampaknya isinya hanya akan buang-buang waktu saja.
       Sekali pernah saya menerima amplop cokelat dari Internal Revenue Eservice, dinas perpajakan Amerika. Surat-surat semacam itu lebih baik di beri batas garis hitam saja, sebab biasanya menimbulkan kerugian financial bagi penerimanya! Karena saat itu saya masih kuliah dan dana terbatas, saya membuka surat itu dengan berat hati. Ternyata saya menemukan cek di dalamnya! Seseorang telah memutuskan untuk mengaudit pengembalian terakhir pajak saya dan menemukan ada kesalahan yang merugikan saya. Jelas bahwa kita harus membuka surat untuk merasa yakin dengan isinya.
       Saya bisa bayangkan ketegangan di kota-kota di Asia Kecil saat para pembaca wahyu mendengar bagian yang bunyinya, “Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna”. Para anggota jemaat ini pastinya menahan napas saat menantikan pesan langsung dari Yesus ini. Dan kumpulan surat-surat itu berisikan banyak kejutan.

Tuhan, dengan tak sabar aku menantikan pesan-Mu melalui Roh-Mu hari ini. Berterus teranglah padaku. Aku bersedia menerima dan melaksanakan pesan-Mu kepadaku.

Minggu, 27 Januari 2013

29 Januari



“Dan rahasia ketujuh bintang yang telah kau lihat pada tangan kanan-Ku dan ketujuh kaki dian dari emas itu : ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat dan KETUJUH KAKI DIAN ITU IALAH KETUJUH JEMAAT ” (Wahyu 1:20)

       Wahyu 1:12-20 menyajikan gambaran fantastis tentang “seorang serupa Anak Manusia” (Yesus) sedang berdiri di tengah-tengah tujuh kaki dian emas. Dalam ayat 20, tujuh kaki dian melambangkan tujuh jemaat di Asia Kecil. Jadi ide kunci dalam pasal 1 ini adalah hubungan Yesus dengan gereja-Nya sangatlah intim. Makin membuat pengamatan menarik adalah fakta gambaran tentang Yesus di bagian kedua dari masing-masing surat, dalam dua pasal sesudahnya mencakup karakteristik-karakteristik Dia yang disinggung di pasal 1. Misalnya, surat kepada jemaat di Efesus (Wahyu 2:1) menggambarkan Yesus sebagai Dia yang memegang tujuh bintang di tangan-Nya (Wahyu 1:20) dan berjalan di tengah-tengah kaki dian emas (ayat 12,13). Dalam surat kepada jemaat di Smirna (Wahyu 2:8), Dia adalah Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati namun hidup (Wahyu 1:17,18). Lalu dalam surat kepada jemaat di Pergamus (Wahyu 12:2), dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua (Wahyu 1:16). Jadi keadaan itupun berlanjut terus.
       Dengan kata lain, Yesus menyajikan diri-Nya secara berbeda-beda kepada masing-masing jemaat. Tidak satupun jemaat memiliki gambaran utuh tentang diri Yesus. Dengan mempertimbangkan kebutuhan serta karakteristik untuk masing-masing jemaat. Atau, dengan kata lain, Dia menawarkan jurus berbeda-beda kepada masing-masing orang!
       Gambaran Yesus ini berdampak luar biasa terhadap kehidupan Kristiani sehari-hari. Satu hal, Dia tahu semua tiap-tiap jemaat (Wahyu 2:2,9,13 dan seterusnya), bahkan sebelum mereka menyadari kehadiran-Nya. Dan Dia tahu segalanya tentang diri saya, bahkan sebelum saya menceritakannya kepada-Nya! Jadi kita tidak perlu menyembunyikan apapun juga dari Yesus. Dia sudah tahu semua! Kebenaran tentang saya aman di tangan-Nya. Karena Dia sudah tahu, maka Dia bisa menyikapi masing-masing kita dengan cara-cara paling kita butuhkan. Yesus menghormati keunikan kita. Dia tanggap terhadap kepribadian kita dan kebutuhan kita yang berbeda-beda, dan dengan murah hati, Dia akan menyikapi kita dengan cara yang paling menguntungkan kita.
       Renungkanlah satu implikasi lain. Jika tidak ada gereja maupun orang Kristen yang memiliki gambaran yang utuh tentang Yesus, berarti kita semua punya alasan agar rendah hati. Kita semua sedang belajar. Dan kita semua bisa saling mengajar satu sama lain. Posisi paling bijak yang harus diambil setiap orang Kristen adalah menjadi pembelajar dalam setiap situasi.

Tuhan, tolonglah aku belajar dari semua orang yang kutemui hari ini. Bantulah aku membagikan gambaran unik tentang Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku.