Jumat, 31 Mei 2013

2 Juni

Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, MAKA SUNYI SENYAPLAH DI SORGA, KIRA-KIRA SETENGAH JAM LAMANYA.... Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia PERGI BERDIRI DEKAT MEZBAH DENGAN SEBUAH PEDUPAAN EMAS. DAN KEPADANYA DIBERIKAN BANYAK KEMENYAN untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.... Lalu MALAIKAT ITU MENGAMBIL PEDUPAAN ITU, MENGISINYA DENGAN API DARI MEZBAH, DAN MELEMPARKANNYA KE BUMI. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi. Dan KETUJUH MALAIKAT YANG MEMEGANG KETUJUH SANGKAKALA ITU bersiap-siap untuk meniup sangkakala” (Wahyu 8:1-6).

Hari itu adalah pagi hari seperti biasanya di Bait Suci di Yerusalem, kurang lebih pada zaman Yesus hidup. Para imam sedang tidur di kamar-kamar di kamar atas yang ditopang tiang-tiang penopang atap yang mengelilingi pelataran luar Bait Allah. Tidak lama setelah ayam berkokok, yang bertugas hari itu mengetuk pintu-pintu. Lalu dia membagi tugas pada upacara harian itu.
Pada tengah hari, mereka menggiring seekor domba ke pelataran. Sementara seorang imam bersiap menyembelih domba tersebut, imam yang lain memasuki Bait Suci untuk membersihkan abu mezbah ukupan dan menyalakan kandil di bilik kudus (Why. 1:12-16). Dibukanya pintu utama menuju ke dalam Bait Suci (Why. 4:1) merupakan pertanda untuk menyembelih domba (Why. 5:6-10). Para imam lalu membawa potongan-potongan domba tersebut ke mezbah korban bakaran dan mencurahkan darahnya di bawah mezbah (Why. 6:9-11). Imam yang ditunjuk lalu mengambil pedupaan emas (Why. 8:3-5). Benda itu mirip wajan penggorengan dengan tangkai panjang dan penutup. Imam mengisinya dengan bara dari api yang terpanas di mezbah korban bakaran (Why. 8:3). Lalu dia memasuki pintu Bait Suci dan mengatur bara api di mezbah ukupan.
Pada saat diperintahkan, dia menambahkan kemenyan ke atas bara api di atas mezbah (Why. 8:4). Pada saat-saat yang penting ini, tiga hal terjadi. Seseorang melemparkan sekop ke bawah (Why. 8:5) di antara mezbah korban bakaran dengan pintu masuk Bait Suci. Terhentinya nyanyian oleh paduan suara Bait Suci menimbulkan keheningan sejenak (Why. 8:1). Dan pada saat keheningan itu ketujuh imam akan meniup ketujuh sangkakala (Why. 8:2, 6).
Yohanes mendasarkan sepertiga bagian pertama Kitab Wahyu pada tamid, korban sehari-hari di Bait Allah. Dupa melambangkan kebenaran Kristus diterapkan pada doa-doa orang kudus sepanjang Era Kekristenan. Latar ini meyakinkan kita bahwa kebenaran Kristus yang sempurna menutupi dosa-dosa kita, bahkan ketidaksempurnaan perbuatan-perbuatan baik kita.


Tuhan, terima kasih atas jaminan bahwa aku boleh bersama Engkau hari ini, tidak peduli betapa pun tak berharganya aku merasa.

1 Juni

DAN KETIKA ANAK DOMBA ITU MEMBUKA METERAI YANG KETUJUH, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya” (Wahyu 8:1).

Ini mungkin saat terbaik untuk menelaah kembali Wahyu 4-7 dan secara singkat memikirkan tentang implikasinya terhadap gambaran keseluruhan.
Pasal 4—Di sini kita memperoleh uraian secara umum tentang ruang takhta surgawi tanpa satu titik waktu tertentu dalam benak kita.
Pasal 5—Adegan beralih pada suatu peristiwa penting. Suatu krisis terjadi di surga saat Anak Domba yang telah disembelih terbukti layak untuk membuka gulungan kitab beserta meterai-meterainya.
Pasal 6—Tujuh peristiwa selanjutnya, masing-masing berhubungan dengan dibukanya ketujuh meterai, ditutup dengan puncak peristiwa sejarah bumi dalam meterai keenam dan ketujuh.
Pasal 7—Dua kelompok yang menyaksikannya mengajukan jawaban atas pertanyaan dalam Wahyu 6:17, “Siapakah yang sanggup bertahan?”
Interpretasi terbaik pasal-pasal ini ada dalam Wahyu 3:21. Pasal itu berisikan intisari Wahyu 4-7. Ayat 21 menyinggung tentang takhta Bapa (Why 4), Yesus bersama-sama Bapa-Nya di atas takhta-Nya (Why 5), dan umat-Nya berkumpul bersama-sama Yesus takhta (Why. 7:15-17). Allah memberikan janji yang luar biasa ini kepada semua yang “menang.” Berbicara tentang itulah Wahyu 6—pergumulan umat Allah untuk menang dari waktu ke waktu yang dimulai sejak zaman penyaliban hingga Kedatangan yang kedua kali.
Duduk bersama Yesus di takhta-Nya menyiratkan kekuasaan, namun ada gambaran yang jauh lebih mencengangkan daripada itu. Itu juga tentang bersama-sama di atas takhta!
Walaupun keluarga saya telah memutuskan hidup tanpa siaran televisi, sesekali kami menikmati video. Di ruang tamu kami ada sofa serta bangku panjang yang dapat menampung semua sahabat dan anggota keluarga. Saya senang sekali duduk bersama istri di sofa dan menonton video bersama-sama. Perasaan berbagi pengalaman bersama-sama dan bersentuhan dapat mempererat ikatan di antara kami. Namun istri saya punya keinginan yang aneh (menurut saya). Sering dia ingin agar kami duduk berdempetan di bangku panjang itu. Kami sungguh sangat dekat. Walau otot saya kesemutan dan peredaran darah rasanya terputus, efeknya bagi hubungan kami sangat bagus!
Saya melihat gambaran seperti itu di dalam Wahyu 3:21. Yesus bukan hanya menawarkan kepada kita tempat yang penting, tetapi menawarkan hubungan yang benar-benar erat dan tidak ada akhirnya. Pribadi terbesar di alam semesta ini ingin meluangkan saat-saat yang sungguh intim bersama saya di Tempat-Nya. Itu membuat saya begitu ingin “menang,” lebih dari apa pun, motivasi untuk seumur hidup!


Tuhan, aku takjub pada janji-Mu yang mengagumkan kepada kami. Aku akan memercayai Engkau yang membukakan jalan bagiku ke takhta-Mu!

31 Mei

MEREKA TIDAK AKAN MENDERITA LAPAR DAN DAHAGA LAGI, DAN MATAHARI ATAU PANAS TERIK TIDAK AKAN MENIMPA MEREKA LAGI. Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka." (Wahyu 7:16,17).

Saya tidak akan melupakan lembah Raja-raja! Ketika itu saya sedang mengunjungi Mesir bersama sekelompok mahasiswa tingkat master. Karena di Mesir hujan jarang turun, sebagian besar negara tersebut menghijau dalam raduia tiga hingga lima mil dari Sungai Nil, tetapi lewat dari itu, pat padang gurun yang gersang. Tanah merupakan serbuk halus tanpa sehelai lalanh pun!
Untuk tiba di lembah Raja-raja, kami menyeberangi sisi barat Sungai Nil naik perahu lalu berkendara naik bus kurang lebih beberapa mil hingga barada di jalur zona irigasi. Suhunya sekitar 50˚C atau 122˚F dan sangat kering. Kami mengunjungi makam Raja Tut dan beberapa lainnya hari itu. Karena makam-makam itu merupakan gua-gua buatan, sungguh melegakan dapat memasukinya untuk beberapa saat. Namun segera kami mendapati bahwa para pengunjung membawa kelembapan tersediri ke dalam makam. Kelembapan yang tinggi mengalahkan suhu yang lebih sejuk di bawah tanah. Jadi selama beberapa jam perpaduan antara suhu tingggi du luar dengan kelembapan di bawah tanah menguras tenaga kami, hingga kami kelelahan dan sangat haus.
Saat kembali ke bus, tidak ada yang lebih kami inginkan selain segera kembali ke hotel yang ber-AC. Tapi ternyata tidak demikian. sopir bersikeras membawa kami ke toko batu pualam putih favoritnya. Dengan kesal kami memasuki toko tersebut. Tiba-tiba, di sudut gelap toko tersebut saya melihat sebuah kulkas kecil dengan tanda Sprite di atasnya. Di dalamnya terdapat lusinan botol-botol Sprite! Segera saya membeli satu dan meminumnya sekali teguk. Lalu saya membeli satu lagi, dan lagi, dan lagi. Agaknya saya tidak bisa berhenti. Grup kami menyikat habis seluruh isi kulkas dalam waktu beberapa menit saja.
Para sarjana mengamati uraian tentang surga di dalam Kitab Wahyu sebagai sesuatu yang negatif. Bukannya menjelaskan seperti apa surga nantinya, pasal itu malah menjelaskan tidak seperti apa surga nantinya. Surga itu bukan tempat dimana kita akan merasa lelah, lapar, dan haus. Bukan juga tempat seperti Lembah Raja-raja, dimana panas membakar kita. Tidak aka nada lagi air mata di sana. Kehidupan surgawi  berarti tiadanya segala sesuatu yang akan menyakiti atau membuat kita menderita. Dan jika di surga tidak aka nada kulkas berisi Sprite saat kita membutuhkannya, di sana aka nada sesuatu yang lebih baik!


Tuhan, aku berdoa, supaya Engkau membuat pikiranku terfokus pada masa depan yang luar biasa yang telah Engkau sediakan bagiku, yaitu surgawi.  

Rabu, 29 Mei 2013

30 Mei



“Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. DAN IA YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA ITU AKAN MEMBENTANGKAN KEMAH-NYA DI ATAS MEREKA.” (Wahyu 7:15)

Untuk mengerti dan memahami ayat hari ini, Anda perlu berada dalam situasi di masa kuno. Untuk saya, menghabiskan waktu dalam sebuah kemah berarti “hidup seadanya”. Saya tidak mungkin melakukannya untuk mengubah rutinitas saya, walaupun saya tidak menginginkan hidup seperti itu setiap hari.
Pemahaman saya tentang ayat di atas menjadi makin jelas, ketika saya mengunjungi Petra di negara Yordania. Ini adalah daerah bebatuan berwarna merah yang serupa dengan taman nasional Utah. Kunjungan kami dimulai dengan pendakian sekitar dua mil yang melalui jalan berliku-liku melalui lembah sempit. Anda kemudian keluar dari lembah itu ke satu pemandangan terbuka luas dikelilingi tebing dengan segala macam tempat tinggal kuno terukir pada tebing-tebing itu. Tampilan ini menarik, tetapi matahari bersinar sangat terik, dan susah mendapatkan air di sana. Dan kunjungan ke situs itu mencakup perjalanan naik turun yang sangat melelahkan.
Setelah mendaki 1.000 kaki ke “tempat tinggi”, kami kembali ke lembah pusat sekitar setengah hari, lapar dan haus, dan setidaknya berjarak dua mil dari tanda terakhir peradaban. Saat melewati sebuah tenda Bedouin, seorang pria di depan kami memberi isyarat kepada kami. Pada mulanya kami enggan, tidak yakin apa yang akan kami masuki, tetapi saat melihat beberapa rekan kami sudah berada di dalam, saya dan keluarga ikut masuk. Tenda itu terdiri dari kulit berwarna hitam yang direntangkan pada sebuah bingkai besar, namun karpet-karpet yang indah menutupi tanah, dan kami melihat bantal-bantal cantik tempat bersandar. Pria tersebut menawari kami makan siang dan minuman dingin. Percaya atau tidak, saya pikir dia punya minuman Sprite, entah dari mana! Di tengah panas dan kering kerontang itu, sungguh menyenangkan bisa masuk ke dalam dan menikmati minuman dingin dan makanan lezat. Namun yang terutama adalah keteduhan dari teriknya matahari, dan yang paling mengagumkan, bantal-bantal empuk untuk mengistirahatkan otot-otot yang pegal.
Wahyu 7 mengatakan kepada kita, Allah akan  “membentangkan kemah-Nya atas kita” di tengah “teriknya” kesukaran yang kita alami, baik sekarang maupun saat zaman akhit nanti tiba. Ayat hari ini menawarkan gambaran tentang masa-masa sukar. Saat kehidupan menjadi sulit, Allah memberikan kemah menyejukkan sehingga kita mengetahui bahwa semua yang terjadi atas kita merupakan penggenapan atas rencana Allah yang jauh lebih besar (Roma 8:28). Dan di tengah panasnya “api” zaman akhir, kemah-Nya yang menyejukkan akan menjadi tempat perlindungan yang memberi penghiburan.

Tuhan, tolong aku untuk mengalami keteduhan-Mu di dalam tantangan-tantangan yang akan kuhadapi hari ini. 

29 Mei



Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan MELAYANI DIA SIANG MALAM DI BAIT SUCI-NYA. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.” (Wahyu 7:15).

Banyak orang Amerika merasakan antara berbelanja di Kmart dengan di Nordstrom. Barang dagangan memenuhi lorong-lorong Kmart, dan mencari seorang pramuniaga tampanya sesuatu yang mustahil. Di lain pihak, Nortstrom adalah toko bereputasi untuk barang bermutu dan pelayanan istimewa, walaupun harganya tidak sebanding toko-toko lain. Para pramuniaganya sopan dan mereka akan membawa Anda ke dalam suatu pengalaman berbelanja yang penuh percaya diri.
Belum lama ini, seorang kawan saya pindah dari California, dimana Nordstrom dan Kmart menjadi pilihan utama, ke Filipina, dimana berbelanj sering menjadi pengalaman yang berbeda dengan di California. Tidak lama setelah kedatangannya di Filiipina, dia  mndapati adanya keterbatasan, bahkan di Nordstrom yang legendaris itu. Dia menggambarkan pengalamannya di pusat perbelanjaan Filipina bernama SM rasanya “berada di dunia lain.”
South Mall atau SM di Manila memiliki pertokoan yang berukuran dua kali lebih besar dari kebanyakan Wall – Marts. Ketika Jim dan keluarganya memasuki toko, dia memperhatikan sejumlah pramuniaga berseragam yang cukup banyak. Mereka berdiri setiap 6 meter di seluruh toko. Dalam satu barisan, dia mnghitung 14 pramuniaga di radius 6 meter. Dan jika Anda berani mendekati rak-rak barang yang diatur sangat rapi, dua atau tiga pramuniaga segera datang menolong Anda dengan berbagai cara. Perhatian seperti itu awalnya rasanya tidak nyaman, tapi setelah kembali dari rasa kaget awal itu, Jim dengan mudah dapat membeli segala sesuatu yang dia butuhkan.
Suatu hari kelak umat Allah akan ”melayani” Allah siang dan malam di Bait Suci surga. Namun tempat terbaik untuk berlatih adalah di dunia saat ini. Kitab Suci mengatakan bahwa perbutan baik dan pelayanan yang kita berikan kepada sesama kita saat ini di bumi, akan Allah terima seakan-akan hal itu dilakukan demi kepentingan Yesus sendiri (Matius 25:34-46).
Menemukan keseimbangan antara pelayanan yang sejati dengan sifat suka campur tangan menuntut pengalaman serta banyak tuntutan Roh Kudus. Apakah pribadi yang kita layani menginginkan bentuk layanan seperti pusat perbelanjaan Kmart, Wal-Mart, Nordstrom, atau SM? Tetapi ketika kasih Yesus dengan tulus menggerakan pelayanan kita, dengan yakin kita dapat mengatakan bahwa kebaikan akan berlaku. Dan dalam proses melayani orang lain, kita akan belajar bagaimana caranya melayani Tuhan lebih baik lagi.

Tuhan, aku memilih sikap seorang hamba hari ini. semoga orang-orang lain menemukan sukacita dan pertolongan dengan kehadiranku.

28 Mei



“Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari KESUSAHAN YANG BESAR; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Wahyu 7:14)

Dalam bahasa aslinya, kata untuk kesusahan (thlipseos) merujuk pada lebih dari sekedar penganiayaan dan mati syahid. Hal itu mencakup konsep-konsep seperti “kesukaran,” “stress,” “situasi menyulitkan,” dan “penderitaan” dalam pengertian umum. Banyak yang berasumsi bahwa “kesusahan besar” merupakan suatu peristiwa tertentu menjelang hari-hari terakhir sejarah bumi ini. Tetapi salah seorang dari tua-tua surgawi memberitahu Yohanes bahwa kumpulan orang banyak dalam Wahyu 7:9 adalah mereka yang “telah keluar” dari masa kesusahan yang besar. Apapun arti dari ayat ini, frasa tersebut juga merujuk pada sesuatu yang sedang berlangsung pada zaman Yohanes, sesuatu yang terus berlanjut sepanjang sejarah Kekristenan.
Di sini Kitab Wahyu sangat masuk akal. Tidak seorangpun melalui kehidupan ini  terbebas dari stress, tanpa “kesusahan besar.” Perasaan takut terhadap kesusahan mengingatkan saya pada sesuatu yang terjadi di tempat kediaman sahabat saya. Dia tinggal di rumah yang terletak di puncak bukit pedesaan Iowa. Suatu hari saya mengunjunginya dan mengalami kejutan mengherankan. Seekor hewan terbesar keluar dari dalam rumah menyambut saya, berlari-lari bebas. Saya melihat hewan itu dari sudut mata saya, saya berpikir seekor singa sedang berjalan menuju saya. Hewan buas itu membuka mulutnya dan aumannya yang besar membuat saya takut setengh mati. Akan tetapi, setelah saya perhatikan, saya sedang berhadapan dengan seekor anjing seberat 113 kg! hewan buas itu adalah anjing peliharaan teman saya, Jenis St. Bernard diberi nama Gabe. Ternyata Gabe makhluk paling manis dan lembut. Gonggongannya seperti Guntur menggelegar, tetapi itu hanya suara saja, tidak ada gigitan.
Seperti itulah stress. Meskipun kita mungkin memandangnya sebagai musuh, yang penting adalah bagaimana cara kita meresponsnya. Stress yang tidak terkendali secara dini akan melemahkan tubuh dan mengarah pada timbulnya penyakit. Namun stress yang dikelola dengan baik sebenarnya sesuatu yang berguna bagi hidup kita. Memnberikan dorongan dan energi pada segala sesuatu yang kita lakukan, itu adalah sumber daya yang Allah pakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi-Nya (Yohanes 11; 2 Korintus 3:8). Pertumbuhan terjadi dalam kehidupan kita apabila kita menanggapi tekanan kehidupan secara positif. Sementara kita mengharapkan kehidupan yang tenang dan penuh kedamaian, Allah melihat bahwa tanpa stress dan kesulitan, hanya sedikit pertumbuhan dan perkembangan yang akan terjadi dalam kehidupan kita.

Tuhan, tolong aku untuk memandang kesukaran-kesukaran dalam hidup ini sebagai suatu jalan yang bisa Engkau pakai untuk membantu aku bertumbuh dan menjadi lebih berguna bagi pelayanan-Mu.

Minggu, 26 Mei 2013

27 Mei


Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari KESUSAHAN YANG BESAR; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Wahyu 7:14)

Satu malam sebuah kelompok wanita berdiskusi dan menemukan sebuah ayat dalam Maleakhi 3:3 yang menyatakan bahwa Allah “akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak.” Setelah berdiskusi, salah seorang wanita berjanji mencari tahu lebih dalam tentang proses pemurnian perak pada minggu itu. Wanita itu pergi ke sentra kerajinan perak. Di sana dia melihat pengrajin perak meletakkan perak di bagian yang paling panas di tungku api. Dia kemudian bertanya mengapa dia melakukan hal itu. “Saya harus membiarkan perak ini berada di api yang paling panas, agar api dapat membuang segala ketidakmurnian,” jelas pengrajin. “Makin panas apinya, semakin murni emas diperoleh.”
Wanita itu memperhatikan sang pengrajin dengan hati-hati meletakkan perak itu di tempat yang sama untuk waktu yang lama, dan tidak melepaskan pandangan dari perak itu. Wanita ini masih penasaran. “Bagaimana Anda tahu kapan perak itu siap keluar dari api?” “Oh, itu mudah sekali,” pengrajin perak itu berkata. “Kalau saya sudah bisa melihat bayangan saya di perak itu, tandanya perak itu sudah siap keluar dari api.”
Arti mendasar kata “kesengsaraan” adalah “tekanan” atau “keadaan susah.” Kita dapat mengerti arti “kesengsaraan besar” karena kebanyakan kita pasti pernah mengalami hal-hal yang membuat kita stress, trauma, dan tertekan. Ketika kita melewati saat-saat seperti itu, sulit rasanya berharap bahwa ada hal-hal baik akan dihasilkan dari kesusahan itu. Hanya dalam waktu kita dapat sering melihat tangan Allah yang memurnikan dan menghaluskan tabiat, menjangkau ke dalam hidup kita, lalu menggunakan rasa sakit dari pengalaman susah itu untuk menyucikan dan membawa kita pada tingkatan kegunaan lebih tinggi yang tak akan mungkin terjadi dengan cara yang lain.
Setiap kali saya merasa tak tahan lagi menghadapi penderitaan, saya selalu menghibur diri dalam kenyataan bahwa “Pemurni” saya sedang memegang saya dengan sangat hati-hati. Tidak peduli seperti apa rasanya, saya boleh yakin bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan saya sendirian, bahkan tidak sedetik pun. Dan saya bisa bersukacita di dalam kenyataan bahwa jika penderitaan itu berlangsung lebih lama daripada yang saya pandang perlu, itu dikarenakan Dia punya tujuan bagi saya. Saat saya siap untuk dikeluarkan dari “api,” Dia akan dapat melihat cerminan Diri-Nya di dalam saya! Saya tidak perduli seberapa sulit keadaan, tidak ada yang lebih menggairahkan selain berpikir bahwa setelah semuanya selesai nanti, saya akan menjadi semakin serupa dengan Yesus!

Tuhan, lakukan apapun juga yang terbaik untuk mempersiapkan jalan bagi pertumbuhan serta kegunaanku di masa datang bagi-Mu.

Sabtu, 25 Mei 2013

26 Mei



“Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari KESUSAHAN YANG BESAR; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” (Wahyu 7:13,14)

Umat percaya Allah pada masa akhir akan keluar sebagai pemenang melalui penderitaan dan kemenangan Anak Domba, bukannya karena perlawanan dengan senjata. Kristus menyatakan kuasa-Nya lebih jelas melalui mereka yang hancur ketimbang mereka yang memiliki kekuatan. Iman seorang Kristen yang berdiri teguh bagi yang lemah dan tak berkuasa jauh lebih efektif daripada mereka yang mengacungkan kekayaan dan pengaruh politiknya.
Beberapa pemuda yang tidak memiliki tempat tinggal, yang hidup di jalanan Philadelphia, memukuli seorang Korea sampai mati. Dia seorang Kristen yang sedang belajar di Universitas Pennsylvania. Ketika kejahatan itu terjadi, korban baru saja mengirimkan sebuah surat kepada keluarganya di Korea. Orangtua korban kemudian datang ke Amerika untuk mengikuti persidangan dan duduk diam selama persidangan berlangsung. Ketika persidangan hampir selesai, mereka meminta kesempatan untuk berbicara. Hakim mengabulkan permintaan mereka, lalu mereka berbicara setelah pembacaan keputusan bersalah tetapi sebelum vonis dijatuhkan.
Kemudian kedua orangtua ini mendekati hakim, dan bertelut di hadapannya. Semua orang dalam ruangan itu terkejut. Orangtua itu memohon hakim untuk tidak melanjutkan hukuman yang sudah ada dalam pikiran hakim itu, tetapi sebaliknya agar melepaskan para pembunuh anak mereka dan membiarkan mereka dalam pegawasan orangtua tersebut, sehingga mereka dapat memberikan tempat tinggal dan perhatian yang tidak pernah didapatkan para pembunuh itu sebelumnya. “Kami adalah umat Kristen,” orang tua itu menjelaskan kepada hakim, “dan kami ingin menunjukkan sebagian kasih karunia yang telah kami terima dari Tuhan kepada anak-anak ini.”
Sang hakim, yang menurut berita adalah seorang yang memiliki reputasi keras dan tak berperasaan, meneteskan air mata ketika dia berkata : “Saya minta maaf, tetapi hal seperti itu tidak dapat dilakukan dalam sistem keadilan di negara ini!” Tetapi melalui pengampunan mereka, orangtua ini telah memberikan satu kesaksian yang berkuasa tentang suatu kerajaan yang sepenuhnya berbeda dengan dunia kita. Kerajaan yang memiliki sistem keadilan sangat radikal berbeda dengan yang kita tahu selama ini, dan kerajaan ini terbuka untuk siapa saja yang berani percaya kepada keberadaannya dan jalan keluar yang diberikan kepada semua permasalahan hidup.

Tuhan, contoh pengampunan ini sangat menantang keimanan saya. Ampuni kekuranganku dalam hal mengampuni. Tolong ubah hatiku melalui teladan Anak Domba itu.