“Kemudian
dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang
tidak dapat terhitung banyaknya, DARI SEGALA BANGSA DAN SUKU DAN KAUM DAN BAHASA, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan
Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.”
(Wahyu 7:9)
Umat-umat
Allah terdiri dari berbagai-bagai etnis, ras, dan latar belakang kebangsaan.
Keragaman latar belakang ini sudah tentu menjadi suatu tantangan tersendiri.
Akan tetapi kumpulan ini akan menjadi suatu tempat berbaur luar biasa karena
Kabar Baik dari kasih karunia Allah kepada semua umat manusia, tanpa
terkecuali. Umat-Nya akan mencontoh bagaimana cara berhubungan kepada orang
lain, dengan melihat cara Allah memperlakukan umat-Nya. Dalam kekekalan,
karakteristik ini akan menghasilkan sukacita dan kegembiraan. Adalah mereka
yang berbeda dari saya yang akan membawa sesuatu yang unik dan memperkaya
kehidupan saya.
Dikisahkan
tentang seorang pembawa air di India yang memiliki dua tempayan air yang besar,
masing-masing tergantung di ujung kayu yang dia bawa di pundaknya. Salah satu
tempayan airnya retakdan selalu tiba di tempat tujuan dengan isi setengah,
sementara tempayan air yang laindapat mambawa isi air penuh. Selama dua tahun,
hal ini terjadi setiap hari, si pembawa air hanya dapat membawa satu setengah
isi air ke rumahnya. Tempayan air yang bagus bangga atas keberhasilannya.
Tetapi tempayan air yang rusak sangat sedih karena dia hanya dapat membawa
setengah dari yang seharusnya.
Akhirnya
di sumber tempat air diambil, tempayan air yang rusak berkata kepada si pembawa
air, “Aku sangat malu dan meminta maaf kepadamu. Karena kerusakanku, maka air
yang engkau bawa menjadi bocor di sepanjang jalan. Engkau tidak mendapatkan
hasil yang seharusnya dari usahamu. ”
Si
pembawa air menjawab, “Apakah engkau tidak melihat bahwa bunga-bunga hanya
tumbuh di sisi jalan yang engkau lewati? Tetapi tidak di sisi jalan yang tempat
air yang satu lagi. Aku tahu kekuranganmu, oleh karena itu, aku menanam benih
bunga di sisi jalanmu. Dan setiap hari sementara kita berjalan pulang, engkau
mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun aku dapat mengambil bunga-bunga
indah itu dan menghiasi meja di rumahku. Jika engkau tidak seperti apa adanya
saat ini, maka taka da keindahan dalam rumahku.”
Masing-masing
kita memiliki kakurangan yang unik. Tetapi Tuhan dapat menggunakan dan bahkan
mengubah kekurangan kita itu untuk memerkaya hidup orang lain. Sebaliknya, kita
juga dapat belajar menghargai kekurangan orang lain. Itulah bentuk surga yang
sebenarnya yang dapat dimulai dengan hidup kita di dunia ini ketika kita
menghargai perbedaan yang Tuhan ciptakan dalam masing-masing kita. Lagipula,
jika sang Pencipta menciptakan kita semua sama, coba bayangkan betapa
membosankannya dunia ini.
Tuhan,
biarlah kiranya aku dapat mengenali keindahn perbedaan yang Engkau lihat dalam
hasil ciptaan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar