“Dan
ketika Anak Domba itu membuka meterai yang keempat,..
Dan kepada mereka diberikan kuasa atas
seperempat dari bumi untuk MEMBUNUH
DENGAN PEDANG, DAN DENGAN KELAPARAN DAN SAMPAR, DAN DENGAN BINATANG-BINATANG
BUAS YANG DI BUMI.” (Wahyu 6:7,8)
Kunci
latar belakang Perjanjian Lama kepada keempat kuda dalam Wahyu 6 adalah tentang
janji berkat dan kutuk. Tetapi kita juga menemukan latar belakang tambahan di
Perjanjian Baru. Wahyu 6 memiliki persamaan yang kuat dengan apa yang disebut
para ahli Ringkasan Wahyu (Synoptic Apocalypse), kumpulan khotbah
Yesus tentang khir zaman yang dicatat
dalam Markus 13, Matius 24, dan Lukas 21. Dengan demikian, ketiga pasal ini
membentuk latar belakang utama dari Perjanjian Baru untuk Wahyu 6.
Dalam
ringkasan Wahyu, Yesus bergerak maju melalui sekumpulan kejadian yang akan
menggolongkan seluruh masa Kekristenan mulai dari salib sampai kedatangan Yesus
kedua kali. Kejadian ini termasuk peperangan dan kabar-kabar perang. Gempa
bumi, kelaparan dan wabah penyakit yang akan menyerang segala tempat. Kristus
juga berbicara tentang penipuan, penganiayaan, dan akhir klimaks sesuai
tanda-tanda surgawi. Semua tema ini muncul dalam Wahyu 6. Pesan utamanya adalah
bahwa Allah memegang kendali sejarah, sekalipun keadaan buruk turut menimpa
umat-Nya. Jalan sejarah manusia adalah akibat dari meterai yang dibuka oleh
Anak Domba Allah.
Satu
kali setelah saya selesai mengajar tentang Wahyu 6, serang anak muda, yang
kelihatannya kesal, datang bertanya kepada saya. Anak ini sulit mengerti bahwa
Tuhan memegang “kendali” sejarah manusia. Setelah beberapa saat berdiskusi, dia
akhirnya mengungkapkan bahwa sewaktu remaja, dia telah menyaksikan pembunuhan
terhadap saudara laki-lakinya. Kejadian mengerikan ini membekas dalam dirinya
dan mempengaruhi cara pandangnya terhadap Allah. Dia merasa Allah sebenarnya
dapat dan seharusnya campur tangan dalam kejadian itu. Tetapi karena Allah
tidak mencegah hal itu terjadi, anak muda ini marah kepada Tuhan dan percaya
bahwa Allah tidak memiliki kuasa untuk menolong saudara laki-lakinya itu.
Saya
menyatakan kebutuhannya untuk mengerti ilmu keagamaan dalam hal kematian
saudaranya ini. Saya menunjukkan bahwa untuk beberapa orang, pemikiran bahwa
Allah tidak memiliki kuasa untuk campur tangan akan lebih menakutkan daripada
pemikiran bahwa Allah memiliki kuasa itu, tetapi Dia memilih untuk tidak
menggunakannya. Di permukaan, dunia ini seperti hilang kendali. Tetapi pesan
dalam Wahyu 6 dan Ringkasan Wahyu adalah, bahwa dalam masa yang paling kacau
sekalipun, Tuhan tetap memerintah dan akan mengembalikan semuanya menjadi baik
pada waktunya.
Tuhan,
aku percaya pada pertimbangan dan pemilihan waktu yang Engkau tetapkan. Tolong
aku memiliki iman di dalam Tuhan, bahkan pada saat aku berpikir bahwa
seharusnya Engkau ikut campur tangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar