“Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai
yang keempat, aku mendengar suara makhluk yang keempat berkata:
"Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning
dan orang yang menungganginya bernama MAUT
dan kerajaan maut mengikutinya. Dan
kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan
pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang
di bumi.” (Wahyu 6:7,8).
Meterai ini adalah yang ketiga dalam seri malapetaka yang
semakin besar. Bahasa yang digunakan adalah bahasa harafiah, berbicara tentang
perang, kelaparan, dan wabah, hal ini juga menggambarkan menurunnya kerohanian
mereka secara berangsur-angsur yang menolak Injil. Menolak Firman adalah
seperti memindahkan sinar matahari dan air dari lingkungan sebuah tanaman.
Tidak ada yang dapat tumbuh tanpa air dan sinar matahari.
Seorang teman baru-baru ini mengerjakan satu proyek yang
sulit, sebuah kandang di belakang rumahnya. Ruang itu benar-benar memerlukan
perbaikan. Satu temboknya hampir rubuh, sarang laba-laba bergantungan di
mana-mana, dan lantainya hampir benar-benar busuk. Tempat itu dipenuhi berbagai
macam sampah. Yang pertama dilakukan adalah menyingkirkan semua sampah dan
menghancurkan dinding yang hampir hancur tadi. Setelah selesai, Jim harus
memutuskan apakah dia harus membongkar lantainya atau membangun yang baru di
atasnya. Akhirnya dia mulai membongkar lantai yang hampir busuk karena tidak
dipelihara selama bertahun-tahun itu.
Pembongkaran lantai tadi membuka lapisan tanah di bawah
kandang. Jim terkejut dengan keadaan “kematian” yang terjadi di tanah setelah
beberapa puluh tahun. Tanah itu berubah menjadi bentuk debu. Karena tidak
mendapatkan kelembaban atau sinar matahari dalam waktu yang lama, tanah itu
tidak memiliki tanda-tanda kehidupan sama sekali. Satu-satunya yang hidup di
sana adalah sejenis serangga yang mengerikan, yang berjalan di sana di antara
debu tanah.
Kehidupan rohani kita juga akan menurun cepat jika tidak
dipelihara dengan air dari Firman Allah dan cahaya matahari dari kasih Allah.
Hasil akhir dari kelalaian rohani ini adalah kehidupan yang dipenuhi dengan
“serangga-serangga” dan kekeringan pengharapan. Akan tetapi kerohanian kita
dapat tumbuh ketika kita membuka diri kita kepada Allah dan Firman-Nya.
Pembaruan rohani artinya mencabut semua lantai dosa yang memisahkan kita dari
Allah dan menghancurkan dinding ketidakpercayaan dan gangguan yang menghalangi
Anak Allah bercahaya ke dalam hidup kita. Dia yang menciptakan dunia ini, dapat
membawa kehidupan, bahkan kepada mereka yang telah mati secara rohani.
Tuhan, hari ini aku memilih untuk
membuka diriku kepada cahaya dan air dari kehadiran-Mu. Tolong buangkan segala
penghalang rohani dari hidupku dan isi aku dengan Firman-Mu yang menyegarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar