Selasa, 09 April 2013

10 April


“Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan UCAPAN SYUKUR kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya” (Wahyu 4:9)

Menurut ayat ini, salah satu pertanda kehidupan yang surgawi adalah terus-menerus mengungkapkan rasa syukur. Mereka yang terbiasa memiliki segalanya mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahami hal ini. Kita cenderung untuk mengeluh soal ketidaknyamanan yang kecil dibandingkan mengucap syukur atas berkat yang melimpah. Yang kita perlukan adalah perubahan sikap. Karena perbedaan antara ucapan syukur dan ucapan keluhan sebenarnya lebih berpusat  pada cara pandang kita daripada hal yang sebenarnya. Mari kita lihat ilustrasi berikut ini.
Sebagai seorang suami, saya terkadang kesal ketika istri saya memonopoli selimut kami. Tetapi mengapa rasa dingin akibat kehilangan selimut tidak mengingatkan saya untuk bersyukur karena istri saya tidak di luar sana dengan orang lain? Dan sebagai orang tua, saya sering menjadi kesal ketika saya meminta salah seorang anak saya untuk membersihkan kamarnya, tetapi ternyata malah menghabiskan waktu di depan TV, mengapa tidak terpikirkan oleh saya untuk bersyukur karena anak saya di rumah, bukannya di jalanan?
Ketika waktu pembayaran pajak tiba, saya mengeluh tentang semua yang harus saya bayar. Bukankah seharusnya saya bersyukur karena saya masih bekerja dan menghasilkan cukup uang untuk dipotong pajak. Di waktu lain, ketika saya mengeluh karena pakaian sempit, mengapa tidak terpikirkan bersyukur karena saya ternyata bisa makan berlebih? Anda lihat, perbedaan inti antara bersyukur dan mengeluh, sebenarnya terletak pada sikap.
Ketika rumput di halaman rumah saya perlu dipangkas, jendela saya perlu dibersihkan, seharusnya hal-hal itu mengingatkan saya untuk bersyukur karena saya mempunyai rumah. Ketika saya mendengarkan banyak keluhan terhadap pemerintah, saya dapat bersyukur karena di tempat kami, kami masih memiliki kebebasan untuk bicara. Atau ketika tagihan bulanan untuk penghangat  ruangan melonjak tinggi, setidaknya saya bisa bersyukur karena saya bisa merasa hangat. Ketika wanita di belakang saya menyanyi dengan nada tak harmonis, saya dapat bersyukur karena saya masih bisa mendengar. Ketika kita memiliki segudang kain kotor untuk dicuci, dikeringkan, dan dilipat, saya bisa bersyukur karena saya punya cukup pakaian. Ketika badan terasa lelah di penghujung hari, saya dapat bersyukur karena saya masih memiliki kemampuan untuk bekerja keras. Dan ketika alarm berbunyi di pagi hari, saya dapat bersyukur karena saya masih hidup.

Tuhan, tolong ajar aku sifat yang suka bersyukur dan memuji Tuhan. Aku ingin berlatih hari ini untuk dapat bergabung dengan paduan suara surga pada suatu hari nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar