“Dan setiap kali makhluk-makhluk itu
mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan
UCAPAN SYUKUR kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai
selama-lamanya” (Wahyu 4:9)
Menurut ayat ini, salah satu pertanda kehidupan yang surgawi
adalah terus-menerus mengungkapkan rasa syukur. Mereka yang terbiasa memiliki
segalanya mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahami hal ini. Kita
cenderung untuk mengeluh soal ketidaknyamanan yang kecil dibandingkan mengucap
syukur atas berkat yang melimpah. Yang kita perlukan adalah perubahan sikap.
Karena perbedaan antara ucapan syukur dan ucapan keluhan sebenarnya lebih
berpusat pada cara pandang kita daripada
hal yang sebenarnya. Mari kita lihat ilustrasi berikut ini.
Sebagai seorang suami, saya terkadang kesal ketika istri
saya memonopoli selimut kami. Tetapi mengapa rasa dingin akibat kehilangan
selimut tidak mengingatkan saya untuk bersyukur karena istri saya tidak di luar
sana dengan orang lain? Dan sebagai orang tua, saya sering menjadi kesal ketika
saya meminta salah seorang anak saya untuk membersihkan kamarnya, tetapi
ternyata malah menghabiskan waktu di depan TV, mengapa tidak terpikirkan oleh
saya untuk bersyukur karena anak saya di rumah, bukannya di jalanan?
Ketika waktu pembayaran pajak tiba, saya mengeluh tentang
semua yang harus saya bayar. Bukankah seharusnya saya bersyukur karena saya
masih bekerja dan menghasilkan cukup uang untuk dipotong pajak. Di waktu lain,
ketika saya mengeluh karena pakaian sempit, mengapa tidak terpikirkan bersyukur
karena saya ternyata bisa makan berlebih? Anda lihat, perbedaan inti antara bersyukur
dan mengeluh, sebenarnya terletak pada sikap.
Ketika rumput di halaman rumah saya perlu dipangkas, jendela
saya perlu dibersihkan, seharusnya hal-hal itu mengingatkan saya untuk
bersyukur karena saya mempunyai rumah. Ketika saya mendengarkan banyak keluhan
terhadap pemerintah, saya dapat bersyukur karena di tempat kami, kami masih
memiliki kebebasan untuk bicara. Atau ketika tagihan bulanan untuk
penghangat ruangan melonjak tinggi, setidaknya
saya bisa bersyukur karena saya bisa merasa hangat. Ketika wanita di belakang
saya menyanyi dengan nada tak harmonis, saya dapat bersyukur karena saya masih
bisa mendengar. Ketika kita memiliki segudang kain kotor untuk dicuci,
dikeringkan, dan dilipat, saya bisa bersyukur karena saya punya cukup pakaian.
Ketika badan terasa lelah di penghujung hari, saya dapat bersyukur karena saya
masih memiliki kemampuan untuk bekerja keras. Dan ketika alarm berbunyi di pagi
hari, saya dapat bersyukur karena saya masih hidup.
Tuhan, tolong ajar aku sifat yang suka
bersyukur dan memuji Tuhan. Aku ingin berlatih hari ini untuk dapat bergabung
dengan paduan suara surga pada suatu hari nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar