“MAKA AKU MELIHAT DI TANGAN KANAN DIA
YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA ITU, SEBUAH GULUNGAN KITAB, YANG DITULISI SEBELAH
DALAM DAN SEBELAH LUARNYA DAN DIMETERAI DENGAN TUJUH METERAI… Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: "
Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, SINGA
DARI SUKU YEHUDA, YAITU TUNAS DAUD, telah menang, sehingga Ia dapat membuka
gulungan kitab itu…"
Banyak terjemahan Alkitab mengatakan bahwa gulungan kitab
ada di tangan kanan Dia yang duduk di atas takhta. Namun penelitian baru-baru
ini mengatakan bahwa frasa “di tangan kanan” mungkin sebenarnya berarti “di
sebelah kanan”. Ini masuk akal dengan mempertimbangkan bagaimana dunia zaman
purba memandang takhta. Orang-orang pada zaman itu biasanya merasa bahwa tempat
di sebelah kanan raja adalah tempat paling terhormat. Mazmur 80:17 dan 110:1 menggambarkan raja
Israel duduk di sebelah kanan Allah, dan dia serta Allah bersama-sama
memerintah bangsa itu.
Kebanyakan singgasana zaman kuno cukup besar dapat diduduki
tiga atau empat orang. Para pembaca kuno telah dianggap mengerti bahwa gulungan
kitab itu diletakkan di atas takhta di sebelah kanan Allah. Kalau begitu, untuk
mengambil gulungan itu berarti seseorang harus duduk di atas takhta, di sebelah
kanan Allah. Dengan kata lain, ketika Yesus mengambil kitab ini dengan
tangan-Nya, Dia juga duduk di sebelah kanan Bapa-Nya, menerima peran-Nya
sebagai raja yang baru dari garis keturunan Daud (Wahyu 5:5).
Dalam zaman Perjanjian Lama, Bangsa Israel pernah mengalami
situasi tidak memiliki seorang raja, tetapi diperintah langsung oleh Tuhan. Bangsa
ini tidak mempunyai pusat kontrol yang jelas. Walaupun sebenarnya memiliki
seorang raja dapat mengalihkan pandangan bangsa ini dari Tuhan, tetapi dalam
praktiknya, tanpa adanya pemerintahan dunia, keadaan akan menjadi kacau (Hak.
17:6 ; 21:25). Jadi Allah mengizinkan mereka untuk mengadakan sistem kerajaan
dengan Saul dari suku Benyamin sebagai raja pertama dan Daud dari suku Yehuda
sesudahnya. Masa pemerintahan Daud sangat diberkati Tuhan dibandingkan dengan
saat Saul memerintah, dan saat Salomo memerintah, pemerintahannya menjadi model
pemerintahan yang ideal.
Jadi konsep kerajaan Daud ada di balik kisah dalam Wahyu 5.
Anak Domba itu adalah “Singa Yehuda” dan “Tunas Daud”. Tidak ada lagi dalam
Perjanjian Baru di mana Yesus duduk di sebelah kanan Bapa-Nya di atas takhta di
surga (Matius 26:64 ; Ibrani 8:1). Jadi ketika Yesus datang dan mengambil
gulungan kitab itu, Dia sedang mengambil tempat-Nya di atas takhta di Bait Suci
surgawi.
Tuhan, ini kabar yang luar biasa. Dia
yang memerintah atas langit dan bumi adalah Anak Domba yang telah disembelih.
Dia tahu seperti apa kehidupanku dan apa yang aku rasakan. Aku bisa memercayai
Dia untuk memerintah dengan bijaksana, adil, dan penuh kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar