“Ketika Ia mengambil gulungan kitab
itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan
Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh
dengan kemenyan: ITULAH DOA ORANG-ORANG KUDUS.” (Wahyu
5:8)
Pekabaran yang menarik dari ayat ini adalah bahwa
penyembahan di surga mencakup juga doa orang-orang kudus. Doa orang-orang kudus
timbul dari suatu dunia yang sangat berbeda dari latar belakang yang Yohanes
saksikan di surga. Di dunia tersebut kelihatannnya orang-orang kudus telah
kalah. Kelihatannya kejahatan berjaya. Namun Kitab Wahyu mengangkat pandangan
orang-orang percaya ke surga. Di sana kemenangan yang pasti telah diraih, untuk
selamanya melumpuhkan kejahatan. Doa bukan hanya satu hal menyenangkan untuk
dilakukan, itu adalah sebuah mata rantai kepada kemenangan di surga yang
berkuasa.
Sebelum kami dikaruniai anak-anak, saya dan istri saya
masing-masing membeli sebuah sepeda 10 speed
untuk menikmati pemandangan di lembah sekitar kami tinggal. Beberapa tahun kami
sering menggunakannya, namun puluhan tahun belakangan ini, kesibukan
mengalihkan perhatian kami, sehingga kami menelantarkan sepeda-sepeda itu.
Sekarang sepeda-sepeda teronggok begitu saja di ruang jemuran di rumah kami,
tempat yang kering.
Beberapa waktu lalu saya merangkak di bawah ruang jemuran
itu dan mengeluarkan sepeda balap merah saya. Setelah 25 tahun, benda itu
tampak tidak terlalu baik, tetapi kelihatannya masih bisa digunakan dengan
cukup baik. Walaupun bannya agak kempes dan saya tidak tahu dimana pompa udara,
ban-ban itu masih bisa berputar. Saya membawa sepeda itu ke jalanan. Karena
sangat sulit mengayuhnya, saya pikir apakah otot-otot tungkai saya telah berubah
bentuk. Tidak menyenangkan seperti bersepeda biasanya. Setelah beberapa saat
saya hendak membawa pulang sepeda itu, berpikir lebih baik benda itu disimpan
lagi setidaknya 20 tahun lagi. Tetapi setelah berupaya, saya menemukan sebuah
pompa, menambah sedikit udara ke dalam ban-ban itu, dan mencoba lagi. Sungguh
mengerankan! Semuanya menjadi jauh lebih mudah. Sedikit udara menimbulkan
perbedaan besar.
Dikatakan bahwa “doa adalah napas jiwa”. Doa itu seumpama
udara yang saya tambahkan ke dalam ban-ban sepeda saya. Saat kita mencoba
menyelesaikan persoalan-persoalan kita sendiri, hidup ini benar-benar sulit.
Tetapi doa melontarkan tantangan-tantangan yang kita hadapi ke ruang takhta
surgawi, di mana tidak ada persoalan yang terlalu sukar untuk diselesaikan, tidak
ada peperangan yang terlalu sukar untuk diselesaikan. Syukur kepada kemenangan
Anak Domba, doa adalah kunci kemenangan di bumi. Jangan tinggalkan rumah
tanpanya!
Tuhan, aku tidak memohon kehidupan yang
mudah. Tetapi aku mohon supaya kuasa-Mu yang besar melipatgandakan upayaku
untuk memperluas kemenangan Anak Domba kepada setiap orang yang kutemui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar