Senin, 01 April 2013

2 April


“KEMUDIAN DARI PADA ITU AKU MELIHAT: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.” (Wahyu 4:1).

Kita tiba pada bagian kitab Wahyu yang menimbulkan kesulitan bagi para penerjemah, lebih dari pada bagian-bagian lain, yaitu mengenai meterai dan sangkakala. Para penafsir tidak sepaham ketika harus mengahadapi begitu banyak bagian ayat di dalam Wahyu 4-11. Adalah sangat penting untuk membuat suatu interpretasi yang lengkap, bukan yang berdasarkan perasaan atau pemikiran yang disambungkan pada kejadian saat ini, tetapi yang berdasarkan apa yang tertulis. Satu-satunya cara yang aman untuk menafsirkannya adalah dengan mengerti sedekat mungkin apa maksud dan tujuan pengarang menuliskan pasal ini. Ketika kita mengerti latar belakang tulisan tersebut, barulah kita dapat menariknya untuk diaplikasikan pada zaman kita saat ini.
Dari tahun 1986 hingga 1992 saya bertemu dengan komite Daniel dan Wahyu di General Conference. Itu adalah pengalaman yang sangat menarik dan kaya, saling bertukar ide dengan 20-25 sarjana Alkitab terkemuka dari seluruh dunia perihal isu-isu yang berkaitan dengan Kitab Wahyu. Dalam waktu tiga  tahun, kami mendengarkan enam buah penjelasan yang berbeda tentang Wahyu 4 dan 5. Masing-masing ditulis oleh ahli Alkitab yang berpengalaman, menjabarkan kedua pasal ini dari sudut pandang tertentu. Akan tetapi komite memutuskan untuk menolak seluruh penjelasan.
Sudah sering saya membaca teks bahasa Yunani dari Wahyu 4 dan 5. Tiba-tiba saya tersadar. Tidak satupun dari kata-kata kunci  yang semestinya bisa mendukung keenam makalah tersebut ada di dalamnya. Para sarjana telah menawarkan “kesan” tentang apa yang menurut mereka sedang berlangsung, tetapi bahasa spesifik untuk menyokong gagasan mereka tidak ada di situ! Setelah membaca dan membaca ulang ayat tersebut, saya tiba pada kesimpulan yang sangat berbeda berkenaan dengan pesan dan tujuannya dibandingkan penulis-penulis lain.
Opini kita tentang Alkitab bukanlah terpenting. Yang vital adalah tujuan Allah melalui penulis dan metode dengan mana kita menemukan tujuan tersebut. Kita perlu mulai dengan berkomitmen pada Firman Allah, tidak peduli opini apa  yang mungkin kita bawa ke dalam studi kita. Lalu kita harus mengamati dengan cermat  kata-kata dalam konteks, dan membiarkan setiap kata mendapat tempatnya sendiri di dalam menyingkapkan pesan yang Allah ingin agar kita lihat. Satu-satunya kebenaran  yang penting adalah kebenaran sesuai yang Dia maksudkan.

Tuhan, aku bertobat setiap kali aku datang kepada Firman-Mu untuk menegaskan kembali apa yang telah aku pikirkan. Bantu aku untuk bersedia menerima hikmat-Mu dengan persyaratan-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar