“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian
baru ‘…KARENA ENGKAU TELAH DISEMBELIH DAN DENGAN DARAH-MU ENGKAU TELAH MEMBELI
MEREKA BAGI ALLAH DARI TIAP-TIAP SUKU DAN BAHASA DAN KAUM DAN BANGSA. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu
kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah
sebagai raja di bumi." (Wahyu 5:9,10).
Menurut ayat hari ini, fokus Injil bersifat internasional.
Kematian Anak Domba telah membeli umat Allah dari setiap suku dan bahasa dan
kaum. Keterbukaan semacam itu jauh
melebihi hal-hal kontemporer yang dikenal oleh orang-orang Kristen mula-mula.
Dan sambutan internasionalnya begitu sukses sehingga tidak seorang pun jaman
sekarang ini yang heran bahwa mayoritas orang-orang Kristen adalah orang-orang
bukan Yahudi.
Injil merangkul orang-orang tidak seperti yang kita
bayangkan. Ini bertentangan dengan kecurigaan wajar kita terhadap siapapun juga
yang tidak sama dengan kita. Saya ingat ketika berjumpa dengan sekelompok kecil
orang-orang Kristen di negara Muslim. Saya membagikan kepada mereka semangat
saya untuk membawa kabar baik tentang Yesus kepada semua orang tanpa memandang
ras, latar belakang atau agama mereka. Saya terpana saat mendapati mereka tidak
tertarik dan tidak merasakan adanya panggilan Allah untuk menjangkau sesama
Muslim mereka dalam kasih.
Dan lagi, saya mendapati umat Muslim jauh lebih terbuka
dalam hubungan mereka dengan kaum Kristen dibandingkan sebaliknya. Tindakan
beberapa teroris tidak boleh menghalangi kita untuk dapat melihat nilai agung
yang Allah tanamkan dalam umat manusia dari setiap ras, bahasa, dan budaya.
Saya mendapati bahwa orang-orang dari setiap bangsa dan
budaya lebih terbuka terhadap Injil jika diperlukan dengan hormat dan ramah.
Allah memanggil generasi baru umat Kristen untuk membuang prasangka masa lalu
dan menjangkau orang-orang di dalam semangat Yesus. Di dalam memperlakukan
orang-orang, kita bisa menawarkan secercah nyanyian surgawi multikultural
seperti yang terdapat di dalam Wahyu 5.
Bayangkan nyanyian orang-ordang kudus sepanjang zaman :
Bangsa Israel kuno memuja dengan rebana dan tari-tarian gembira, orang-orang
Afrika bergoyang dan menyanyi, para pembaru Eropa dengan himne-himne agung
mereka, dan mungkin orang-orang Muslim pengikut Isa (Yesus dalam bahasa Arab)
sujud dengan dahi sampai ke tanah. Apakah Anda pikir, Anda bisa menghadapi
kompleksitas harmoni seperti itu? Saya yakin Allah mengajarkan kita cara untuk
berbaur. Mengapa tidak mempraktikan keharmonisan Allah di mana Anda berada saat
ini?
Tuhan, tolong aku untuk dapat melihat
orang lain melalui cara pandang Allah. Isi hatiku dengan rasa sukacita yang
Engkau miliki, ketika Engkau melihat berbagai macam manusia yang telah Engkau
ciptakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar