“Maka aku melihat di tengah-tengah
takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu BERDIRI SEEKOR ANAK
DOMBA SEPERTI TELAH DISEMBELIH,
bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi.” (Wahyu 5:6)
Dua belas tahun terakhir, saya sering bepergian ke Timur
Tengah. Di awal masa-masa itu, anak perempuan saya yang tertua memilih untuk
dibaptiskan di sungai Yordan. Saat itu sangat istimewa, walaupun mungkin bukan
itu tempat dimana Yohanes membaptiskan banyak orang.
Beberapa tahun kemudian, anak perempuan bungsu saya mulai
menunjukkan ketertarikan kepada baptisan. Saya ingatkan dia atas baptisan yang
dialami kakaknya. Saya berpikir, dia pasti akan mencari ide yang lebih hebat
dari pada kakaknya. Akhirnya dia berkata, “Saya mau dibaptiskan di Laut Merah,
di tempat orang Israel menyeberang dulu.” Saya rasa dia tidak tahu bahwa,
Paulus menghubungkan perjalanan menyeberani Laut Merah dengan baptisan Kristen
dalam 1 Kor. 10:1-4.
Ahli arkeologi ternyata tidak terlalu yakin di mana tepatnya
bangsa Israel melakukan perjalanan penyeberangan mereka. Beberapa bahkan
mengatakan bahwa mereka bukan menyebaerangi Laut Merah (Red Sea), tetapi “lautan alang-alang (sea of reeds),” yang dapat ditemukan di sebuah danau di sebelah
utara Laut Merah dekat Terusan Suez sekarang ini. Alkitab mengatakan bangsa
Israel terkurung di antara gunung di sebelah kanan dan laut di sebelah kiri
mereka (Kel. 14:1-4). Pantai Ain Sukhna di Mesir memiliki deskripsi yang cocok
dengan penjelasan ini. Dan akhirnya beberapa teman dan saya membawa anak perempuan
saya ke sana dan membptiskannya pada musim panas 2011.
Kitab wahyu mendorong orang-orang Kristen untuk menjadikan
kisah perjalanan bangsa Israel sebagai contoh dalam tindakan dan pengalaman
masa kini. Anak Domba yang disembelih dalam Wahyu 5, mengingatkan pada Bait
Suci orang Yahudi dan segala korban bakarannya. Malapetaka yang dalam Kitab
Wahyu adalah mengambil contoh dari tulah yang terjadi di Kerajaan Mesir Kuno.
Bahwa darah Domba Paskahlah yang melindungi bangsa itu dari tulah paling hebat.
Dengan cara yang sama, darah Yesus juga melindungi umat-umat-Nya dari
penghakiman Tuhan kepada manusia (Wahyu 7:3 ; 12:11). Sebagaimana Israel
menjadi imamat yang rajani di Gunung Sinai, maka demikian juga para pengikut
Yesus adalah imamat yang rajani yang berasal dari berbagai suku bangsa, kaum
dan bangsa (Wahyu 5:9,10).
Kitab Keluaran adalah teladan bagi kehidupan orang Kristen
masa kini. dan kisah Keluaran kita masing-masing terjadi ketika kita
menguburkan diri kita yang lama dengan baptisan dan kemudian bangkit dengan
hidup yang baru (Roma 6:3,4).
Tuhan, terima kasih atas hidup baru
yang Engkau berikan kepadaku melalui kematian Yesus di kayu salib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar