“Kemudian dari pada itu aku
melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang
telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke
mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu APA YANG HARUS TERJADI
SESUDAH INI.” (Wahyu 4:1)
Setelah menuliskan ketujuh surat kepada ketujuh gereja, Yohanes
melanjutkan memaparkan sebuah suara yang mengundang Dia untuk mengamati sebuah
pemandangan surga. Mulai dari sini fokus utama terletak pada hal-hal yang
terjadi di masa depan dari sudut pandang Yohanes (kemungkinan 95 M). Mengapa
menulis sebuah buku tentang masa depan? Karena Allah ingin kita tahu bahwa kita
dapat memercayai-Nya untuk membawa kita kepada tujuan akhir kita.
Di tahun 1992 saya bersama keluarga besar saya mendapat
kesempatan untuk mengunjungi Disneyland di California selatan.
Ketakutan terbesar saya dalam acara seperti itu adalah apabila grup yang besar
ini akan terpisah. Saya sangat khawatir terutama dengan anak-anak saya, karena
pada saat itu mereka masing-masing berumur 10, 6, dan 4 tahun. Saya menjelaskan
kepada mereka, kalau seandainya mereka “hilang” yang harus mereka lakukan
adalah berdiam di tempat dan menunggu kami datang menemukan mereka. Kalau
setelah kira-kira satu jam atau lebih tidak ada yang datang, rencana kedua yang
dilakukan adalah pergi ke pintu keluar dan menunggu di sana.
Semua berjalan lancar sampai pukul 09.30 malam. Setelah parade
elektrikal selesai, terjadi kekacauan dan kami kehilangan anak perempuan kami
yang berumur 10 tahun di dekat kastil di tengah-tengah taman. Segera saya
katakana kepada semua orang untuk menunggu sementara saya masuk kembali ke
dalam untuk mencari dia. Saya pergi ke tempat kami berdiri pada waktu parade
berlangsung. Saya mulai panik, ketika saya tidak menemukan dia di area itu.
Lalu saya pergi di pintu utama, juga tidak melihat dia. Tetapi saya melihat ada
satu tempat yang agak gelap di dekat situ dan saya memutuskan untuk mencoba
melihat ke sana. Baru saja saya beranjak menuju ke tempat itu, saya mendengar
suara kecil memanggil , “Ayah?” Kepala saya menoleh seketika dan melihat dia
sedang duduk di atas sebuah bangku. Dengan sukacita yang tidak telukiskan saya
memeluk dia. Tidak ada satu kata omelan pun yang keluar dari mulut saya.
Ternyata dia lupa untuk berdiri diam di tempatnya, dan malahan
pergi langsung ke rencana kedua, sehingga mengakibatkan kesedihan bagi keluarganya.
Tetapi kami berbahagia karena pada akhirnya semua baik-baik saja. Tuhan
memberikan Kitab Wahyu kepada kita, supaya kita tidak mengalami kesedihan yang
sama. Sementara masa depan mulai dibukakan, dengan mengingat semua petunjuk
yang ada di dalamnya, kita tidak akan hilang.
Tuhan, terima kasih telah
menyediakan kepada kami petunjuk yang sangat. Berikan kami telinga yang suka
mendengar dan hati yang mau mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar