Rabu, 03 April 2013

3 April


“Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu APA YANG HARUS TERJADI SESUDAH INI.” (Wahyu 4:1)

Setelah menuliskan ketujuh surat kepada ketujuh gereja, Yohanes melanjutkan memaparkan sebuah suara yang mengundang Dia untuk mengamati sebuah pemandangan surga. Mulai dari sini fokus utama terletak pada hal-hal yang terjadi di masa depan dari sudut pandang Yohanes (kemungkinan 95 M). Mengapa menulis sebuah buku tentang masa depan? Karena Allah ingin kita tahu bahwa kita dapat memercayai-Nya untuk membawa kita kepada tujuan akhir kita.
Di tahun 1992 saya bersama keluarga besar saya mendapat kesempatan  untuk mengunjungi Disneyland di California selatan. Ketakutan terbesar saya dalam acara seperti itu adalah apabila grup yang besar ini akan terpisah. Saya sangat khawatir terutama dengan anak-anak saya, karena pada saat itu mereka masing-masing berumur 10, 6, dan 4 tahun. Saya menjelaskan kepada mereka, kalau seandainya mereka “hilang” yang harus mereka lakukan adalah berdiam di tempat dan menunggu kami datang menemukan mereka. Kalau setelah kira-kira satu jam atau lebih tidak ada yang datang, rencana kedua yang dilakukan adalah pergi ke pintu keluar dan menunggu di sana.
Semua berjalan lancar sampai pukul 09.30 malam. Setelah parade elektrikal selesai, terjadi kekacauan dan kami kehilangan anak perempuan kami yang berumur 10 tahun di dekat kastil di tengah-tengah taman. Segera saya katakana kepada semua orang untuk menunggu sementara saya masuk kembali ke dalam untuk mencari dia. Saya pergi ke tempat kami berdiri pada waktu parade berlangsung. Saya mulai panik, ketika saya tidak menemukan dia di area itu. Lalu saya pergi di pintu utama, juga tidak melihat dia. Tetapi saya melihat ada satu tempat yang agak gelap di dekat situ dan saya memutuskan untuk mencoba melihat ke sana. Baru saja saya beranjak menuju ke tempat itu, saya mendengar suara kecil memanggil , “Ayah?” Kepala saya menoleh seketika dan melihat dia sedang duduk di atas sebuah bangku. Dengan sukacita yang tidak telukiskan saya memeluk dia. Tidak ada satu kata omelan pun yang keluar dari mulut saya.
Ternyata dia lupa untuk berdiri diam di tempatnya, dan malahan pergi langsung ke rencana kedua, sehingga mengakibatkan kesedihan bagi keluarganya. Tetapi kami berbahagia karena pada akhirnya semua baik-baik saja. Tuhan memberikan Kitab Wahyu kepada kita, supaya kita tidak mengalami kesedihan yang sama. Sementara masa depan mulai dibukakan, dengan mengingat semua petunjuk yang ada di dalamnya, kita tidak akan hilang.

Tuhan, terima kasih telah menyediakan kepada kami petunjuk yang sangat. Berikan kami telinga yang suka mendengar dan hati yang mau mengerti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar