“Maka aku melihat di tangan kanan Dia
yang duduk di atas takhta itu, sebuah gulungan kitab, yang ditulisi sebelah
dalam dan sebelah luarnya dan dimeterai dengan tujuh meterai. Dan aku melihat
seorang malaikat yang gagah, yang berseru dengan suara nyaring, katanya: "SIAPAKAH YANG
LAYAK MEMBUKA GULUNGAN KITAB ITU dan
membuka meterai-meterainya?" TETAPI
TIDAK ADA SEORANG PUN YANG DI SORGA ATAU YANG DI BUMI ATAU YANG DI BAWAH BUMI,
YANG DAPAT MEMBUKA GULUNGAN KITAB ITU atau
yang dapat melihat sebelah dalamnya. Maka menangislah aku dengan amat sedihnya,
karena TIDAK ADA SEORANG PUN YANG
DIANGGAP LAYAK UNTUK MEMBUKA GULUNGAN KITAB ITU ATAUPUN MELIHAT SEBELAH
DALAMNYA.” (Wahyu 5:1-4)
Latar Wahyu pasal 5
dibangun dari pasal sebelumnya. Wahyu 4 menggambarkan kenyataan umum ruang
takhta surgawi. Takhta itu terletak di tengah-tengah ruangan, dan segala
sesuatu yang terjadi berkaitan dengan takhta itu. Hal utama yang berlangsung
adalah penyembahan. Berulang kali dalam kedua pasal ini, keempat makhluk
menyanyi dan semakin banyak penyembah berpadu. Namun ada perbedaan besar antara
pasal 4 dan 5. Sementara pasal 4 menggambarkan kenyataan umum ruang takhta
surgawi, pasal 5 melukiskan waktu yang spesifik. Suatu krisis terjadi di ruang
takhta alam semesta. Tiba-tiba pujian penyembahan terhenti, dan semua menatap
ke tengah-tengah ruangan dengan hening, lalu bertanya, “Apakah yang terjadi?”
Apakah masalahnya? Mereka
melihat sebuah gulungan kitab yang tidak dapat dibuka siapa pun juga. Walaupun
pada mulanya ini seperti perkara remeh, keheningan di surga serta Yohanes yang
sedih menangis ini adalah krisis antara hidup dan mati. Harus ditemukan
seseorang yang dapat membuka gulungan kitab itu. Semakin memperberat drama ini
adalah fakta bahwa gulungan kitab ini adalah milik Allah sendiri, Dia yang
duduk di atas takhta. Tidak bisakah Allah sendiri yang membukanya?
Inti adegan ini adalah,
alam semesta menghadapi masalah besar, begitu besar sehingga Allah sendiri enggan menanganinya. Allah tentu saja
berkuasa mengambil alih kendali seandainya Dia menginginkannya. Tetapi itu
tidak berarti Dia berhak. Jadi pada akhirnya, hanya Seorang yang “layak” yang
bisa menyelesaikan permasalahan itu.
Kata “layak” sebenarnya
berasal dari Wahyu 4:11, “ Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima
puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala
sesuatu…” Layak berarti pantas atau cocok untuk suatu tugas. Di sini tugasnya
adalah membuka gulungan Kitab. Menjadi Allah saja tidak cukup. Permasalahan
untuk membuka gulungan kitab itu adalah menuntut kualifikasi khusus. Hanya
kematian Anak Domba yang membuat-Nya pantas membuka gulungan kitab itu.
Terima
kasih Yesus, atas jalan sengsara yang membuat Engkau layak untuk tugas terbesar
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar