“Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian
baru ’… KARENA ENGKAU TELAH DISEMBELIH DAN DENGAN DARAH-MU ENGKAU TELAH MEMBELI
MEREKA BAGI ALLAH DARI TIAP-TIAP SUKU DAN BAHASA DAN KAUM DAN BANGSA. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi
suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan
memerintah sebagai raja di bumi." (Wahyu 5:9,10).
Staf medis memberitahu pendeta bahwa kunjungannya akan
menjadi kunjungan yang berat. Bayi pasangan muda itu baru saja lahir dalam
kondisi meninggal. Pendeta itu tiba di lantai ketiga dan melihat kerumunan
orang banyak tertawa-tawa di bangsal. Perawat memberitahukan nomor kamar, dan
dia menyelinap di antara kerumunan orang banyak dan memasuki sebuah ruangan
yang gelap gulita, kecuali secercah sinar dari kamar mandi. Di atas tempat
tidur dia melihat sang ibu muda dan cantik berambut pirang dan mata bersorot
lelah. “ Halo,” kata pendeta itu dengan lemah. Kata-kata tidak pernah banyak
artinya pada saat-saat seperti itu. “Saya pendeta.”
Keputusasaan tampak di mata ibu itu, dan jelas dia menahan
rasa sakit, namun agak mengantuk,
seakan-akan telah diberi obat penenang. Dia sedang menggendong bayi yang sudah
tidak bernyawa itu. Sebelum pendeta bisa bicara, dia menyodorkan bayi itu
kepadanya. Bayi perempuan kecil itu dibungkus dengan selimut putih, wajahnya
seperti masih hidup, badannya lemas. Bila memandang bayi itu, sepertinya dia
hanya tertidur saja. Ayahnya duduk lemah di kursi, memandang ke luar jendela.
Dia syok, tidak sanggup berkomunikasi. Sang nenek duduk di sebelah sang ibu,
terisak-isak tanpa henti.
Pendeta berdiri di sana, masih menggendong bayi kecil yang
sudah tak bernyawa itu. Tolonglah aku,
Tuhan; tolong aku, dia berdoa dalam hati, dengan lembut menimang mimpi
pasangan yang telah sirna itu. Pendeta berpikir bahwa sebuah kamar di rumah
mereka pasti telah didekorasi sedemikian rupa, padahal penghuninya tidak akan
datang. Berapa kalikah pasangan ini telah berbincang dengan bahagia tentang
anak mereka? Berapa banyak hadiah, ucapan selamat, rencana dan impian yang
telah mereka buat untuk kelahiran anak itu?
Kedua orang tua bayi yang meninggal itu pasti melakukan
apapun supaya bayi mereka tidak mati. Mereka bahkan rela menyerahkan nyawa
sebagai gantinya untuk menyelamatkan anak itu. Itulah yang Yesus lakukan ketika
Dia memutuskan untuk menyerahkan hidup-Nya daripada melihat kita mati. Yesus
mempunyai pilihan antara hidup yang kekal bagi diri-Nya dan menyelamatkan kita.
Yesus tidak dapat hidup tanpa kita, Anda dan saya. Itulah besarnya kasih Yesus
bagi kita.
Tuhan, terima kasih karena telah
mengasihi aku sehingga Engkau mati untuk aku. Aku ingin merasakan pengaruh yang
luar biasa dari pengorbanan itu hari ini dalam hidupku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar