Sabtu, 20 April 2013

21 April


“Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor ANAK DOMBA… Lalu datanglah ANAK DOMBA ITU DAN MENERIMA GULUNGAN KITAB ITU DARI TANGAN DIA YANG DUDUK DI ATAS TAKHTA ITU.” (Wahyu 5:6,7)

Satu hal paling menyenangkan dari musim dingin di Michigan adalah kedatangan satu peti jeruk navel manis. Beberapa sekolah setempat mengatur pengiriman itu untuk acara pengumpulan dana. Saat membawa kotak itu pulang, saya tidak dapat menahan diri untuk membuka penutupnya dan menatap warna orange yang indah itu. Saya mencium satu atau dua buah dan kadang langsung pergi ke dapur untuk memotongnya. Rasa buah jeruk meleleh dalam mulut saya terasa begitu lezat. (Anda juga menginginkannya, bukan?)
Tapi jeruk lebih dari pada sekedar rasa dan tekstur. Jika kita mempercayai ahli kimia pemenang Hadiah Nobel, Linus Pauling, satu megadosis vitamin C yang melimpah dalam buah jeruk dapat mencegah flu. Walaupun teorinya tidak diterima secara meluas, kultur yang erat dengan budaya Amerika Utara meyakini bahwa vitamin C membantu memerangi flu.
Saat musim dingin melanda Belahan Utara bumi, sistem tubuh kita menjadi lebih rentan terhadap flu. Dan di saat tubuh kita membutuhkan dukungan, Allah menyediakan vitamin C yang melimpah di dalam buah jeruk yang tumbuh di iklim yang lebih hangat. Tampaknya Allah mengantisipasi kebutuhan anak-anak-Nya dan menyediakan sumber-sumber daya untuk menjaga agar mereka tetap kuat dan sehat.
Ayat bacaan hari ini menggambarkan betapa besar sumber daya Allah sediakan. “Saat kita masih berdosa” (Roma 5:8), Ia telah menyediakan Anak Domba sebagai solusi bagi krisis dosa di dalam kehidupan kita. Tapi bahkan sebelum Anak Domba disembelih di kayu salib, Dia telah dijadikan layak. Anak Domba adalah satu di antara banyak simbol  sisi manusiawi Yesus.
Karena Keilahian tidak bisa mati, sisi manusiawi merupakan prasyarat untuk dapat membuka gulungan kitab. Pencipta telah menjadi ciptaan. Dikarenakan Anak Domba adalah manusia, Dia juga bisa mati untuk menebus umat manusia. Tetapi Dia butuh kualifikasi lebih lanjut : “Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:13).
Yesus layak bukan hanya karena Dia adalah manusia dan telah mati, tetapi juga karena Dia itu Ilahi. Perpaduan dari kualitas-kualitas ini menjadikan-Nya unik sepanjang sejarah. Seperti yang Allah perbuat dengan buah jeruk, dengan cermat Dia merancang solusi bagi kebutuhan terbesar kita, bahkan sebelum kita membutuhkannya. Itulah yang membuat Anak Domba di dalam Kitab Wahyu menjadi begitu istimewa.

Tuhan, aku takjub saat menyadari semua yang telah Yesus alami untuk menebus diriku. Aku akan memuji-Nya hari ini dengan segenap hatiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar