“Maka aku melihat di tengah-tengah
takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor ANAK DOMBA… Lalu datanglah ANAK DOMBA ITU DAN MENERIMA GULUNGAN KITAB ITU DARI TANGAN DIA YANG
DUDUK DI ATAS TAKHTA ITU.” (Wahyu 5:6,7)
Satu hal paling menyenangkan dari musim dingin di Michigan
adalah kedatangan satu peti jeruk navel manis. Beberapa sekolah setempat
mengatur pengiriman itu untuk acara pengumpulan dana. Saat membawa kotak itu
pulang, saya tidak dapat menahan diri untuk membuka penutupnya dan menatap
warna orange yang indah itu. Saya mencium satu atau dua buah dan kadang
langsung pergi ke dapur untuk memotongnya. Rasa buah jeruk meleleh dalam mulut
saya terasa begitu lezat. (Anda juga menginginkannya, bukan?)
Tapi jeruk lebih dari pada sekedar rasa dan tekstur. Jika
kita mempercayai ahli kimia pemenang Hadiah Nobel, Linus Pauling, satu
megadosis vitamin C yang melimpah dalam buah jeruk dapat mencegah flu. Walaupun
teorinya tidak diterima secara meluas, kultur yang erat dengan budaya Amerika
Utara meyakini bahwa vitamin C membantu memerangi flu.
Saat musim dingin melanda Belahan Utara bumi, sistem tubuh
kita menjadi lebih rentan terhadap flu. Dan di saat tubuh kita membutuhkan
dukungan, Allah menyediakan vitamin C yang melimpah di dalam buah jeruk yang
tumbuh di iklim yang lebih hangat. Tampaknya Allah mengantisipasi kebutuhan
anak-anak-Nya dan menyediakan sumber-sumber daya untuk menjaga agar mereka
tetap kuat dan sehat.
Ayat bacaan hari ini menggambarkan betapa besar sumber daya
Allah sediakan. “Saat kita masih berdosa” (Roma 5:8), Ia telah menyediakan Anak
Domba sebagai solusi bagi krisis dosa di dalam kehidupan kita. Tapi bahkan
sebelum Anak Domba disembelih di kayu salib, Dia telah dijadikan layak. Anak
Domba adalah satu di antara banyak simbol
sisi manusiawi Yesus.
Karena Keilahian tidak bisa mati, sisi manusiawi merupakan
prasyarat untuk dapat membuka gulungan kitab. Pencipta telah menjadi ciptaan.
Dikarenakan Anak Domba adalah manusia, Dia juga bisa mati untuk menebus umat
manusia. Tetapi Dia butuh kualifikasi lebih lanjut : “Bagi Dia yang duduk di
atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan
dan kuasa sampai selama-lamanya!" (Wahyu 5:13).
Yesus layak bukan hanya karena Dia adalah manusia dan telah
mati, tetapi juga karena Dia itu Ilahi. Perpaduan dari kualitas-kualitas ini
menjadikan-Nya unik sepanjang sejarah. Seperti yang Allah perbuat dengan buah
jeruk, dengan cermat Dia merancang solusi bagi kebutuhan terbesar kita, bahkan
sebelum kita membutuhkannya. Itulah yang membuat Anak Domba di dalam Kitab
Wahyu menjadi begitu istimewa.
Tuhan, aku takjub saat menyadari semua
yang telah Yesus alami untuk menebus diriku. Aku akan memuji-Nya hari ini
dengan segenap hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar