Minggu, 07 April 2013

8 April


“…Di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada EMPAT MAKHLUK penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. Dan KEEMPAT MAKHLUK ITU masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata” (Wahyu 4:6-8).

Di sini kita dihadapkan dengan  kelompok empat “makhluk”, yang pertama dari banyak makhluk aneh dan tidak biasa dalam Kitab Wahyu. Makhluk-makhluk ini dipenuhi dengan mata dan masing-masing memiliki enam sayap. Banyak juga binatang-binatang lainnya dalam Kitab Wahyu. Semua itu adalah binatang-binatang yang menarik, tetapi tidak akan pernah dijumpai nyata di hutan atau di kebun binatang.
Saya teringat pada film kartun popular – The Lion King. Hewan-hewan dalam cerita film ini melambangkan manusia dan bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Dan pada kenyataannya, The Lion King adalah sebuah perumpamaan Afrika. Film kartun ini dimulai pada satu dunia yang sempurna, dimana kehidupan berjalan seimbang dan harmonis. Ketika kekuatan kejahatan menghancurkan dunia itu, namun pada akhirnya tindakan kepahlawanan anak singalah yang mengembalikan keharmonisan dunia. Sedikit banyak Kitab Wahyu adalah seperti cerita itu.
Banyak penulis buku dan cerita kartun menggunakan hewan untuk mengilustrasikan bagaimana manusia dan sekelompok manusia berkelakuan. Karena apabila seorang penulis mencoba menyampaikan sesuatu yang sensitif secara langsung, kita cenderung menolak atau melawan karena merasa diserang. Itu sebabnya mengapa Kitab Wahyu sangat berkuasa. Walaupun dituliskan tentang cerita hewan, namun bukan hewan jadi inti pembicaraannya. Isinya hampir sama seperti drama kartun tentang bagaimana sekelompok manusia berinteraksi, antara yang baik dan jahat. Dan bercerita tentang hubungan Tuhan dan umat manusia, dan bagaimana sejarah manusia akan berakhir.
Lalu mengapa kita menagnggap Kitab Wahyu adalah buku yang susah dimengerti? Karena penulis menuliskan drama dalam wahyu bukan dalam keadaan abad ke dua puluh satu, tetapi pada keadaan abad pertama, dan dituliskan untuk ketujuh gereja di propinsi Roma di Asia. Tuhan berbicara dalam bahasa  mereka dan menguatkan mereka dalam situasi mereka masing-masing. Tetapi dalam suratnya kepada mereka, Tuhan menciptakan gambaran yang dramatis yang akan terus memberikan inspirasi bagi umat-umat Tuhan selama hampir 2.000 tahun.

Tuhan, terima kasih karena Engkau telah berbicara kepada kami melalui hal yang dapat kami pelajari dan kami mengerti. Tolong kami untuk lebih mengerti maksud dan tujuan Tuhan di balik Firman-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar