“Sebab itu INGATLAH betapa
dalamnya engkau telah jatuh! BERTOBATLAH
DAN LAKUKANLAH LAGI APA YANG SEMULA ENGKAU LAKUKAN…” (Wahyu 2:5,6)
Berdasarkan analisa Yesus
tentang jemaat di Efesus, nasihat apakah yang Dia tawarkan kepada mereka? Hal
pertama Dia katakan adalah “ingatlah”. Dalam versi asli bahasa Yunaninya, kata
ini dalam bentuk kalimat perintah saat ini. Ini berarti agar mereka tidak
melupakan hubungan mereka yang sebelumnya dengan Tuhan. Tetapi jemaat perlu
menyadari kehilangan itu, untuk termotivasi oleh kenyataan bahwa mereka telah
mengalami kemunduran.
Hal berikut yang Yesus perintahkan
adalah agar mereka bertobat. Bentuk kata yang ini berbeda, mencerminkan
tindakan sesaat. Disini Dia memerintahkan agar mereka bertindak. Pertobatan
mereka harus menjadi perubahan haluan yang tegas. Sementara jemaat telah
terbiasa mengingat, mereka telah lupa bagaimana caranya bertobat. Mereka perlu
mulai dari awal lagi dan menyelaraskan tindakan dengan maksud tujuan mereka.
Ketiga, Yesus menasihatkan
mereka melakukan apa yang pertama-tama mereka lakukan. Ini juga sesuatu yang
mesti mulai mereka lakukan. Hidupkan kembali situasi semula yang menyebabkan
kasihmu merekah dulu. Putar kembali dalam ingatanmu saat-saat ketika engkau
sungguh-sungguh dekat dengan Tuhan dalam pembaharuan pikiran serta tindakan.
“Bertobatlah dan lakukan lagi apa yang semula kau lakukan”.
Para penasihat perkawinan
mengatakan bahwa pasangan yang cintanya telah luntur perlu mengulangi kembali
hal-hal yang dulu menyatukan mereka pada awalnya. Hampir semua pasangan menikah
pernah jatuh cinta. Tidak peduli apa yang tejadi pada mereka hari ini, mereka
pernah saling tertarik satu sama lain. Jika itu bisa terjadi dulu, itu bisa
terulang lagi saat ini.
Pasangan yang sedang
bertengkar perlu mulai dari awal lagi. Nikmati kembali kegembiraan yang
diperoleh dengan berpegangan tangan, kata-kata ramah, serta perhatian yang
lemah-lembut. Ambil waktu luang dari pekerjaan, kurangi tekanan, dan
bersikaplah muda kembali. Pulihkan kembali ikatan yang telah melemah atau
putus.
Prinsip yang sama bisa
diterapkan pada kehidupan rohani. Jika kasih Anda kepada Allah telah mulai
berkurang, kembalilah pada hal-hal yang dulu mendekatkan Anda dengan-Nya.
Dimanakah Anda saat Anda pertama merasakan hadirat-Nya? Apa yang Anda lakukan
untuk menyambut-Nya? Anda tidak perlu mangambil inisiatif untuk memulihkan
hubungan dengan Allah. Injil mengatakan kepada kita bahwa Dia telah
melakukannya. Kita mengasihi Allah karena Dia terlebih dahulu mengasihi kita.
Dialah penggagasnya. Tugas kita adalah merespons apa yang telah Dia perbuat.
Kita mengasihi-Nya karena Dia terlebih dahulu mengasihi kita.
Tuhan,
aku teringat pada bara cinta kita yang semula, dan aku memutuskan untuk
menyambut Engkau dengan cara yang pernah aku lakukan dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar