“Namun demikian Aku
mencela engkau, karena engkau TELAH
MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA. (Wahyu 2:4)
Suatu kali saya sedang berada di Taman Nasional Kruger, Afrik
Selatan. Orang-orang disana bisa mengemudikan kendaraan di jalan-jalan yang
dihuni oleh singa, gajah dan masih banyak lagi. Binatang-binatang itu
berkeliaran bebas, sementara manusia terbatas pada kandang beroda empat
(mobil)! Para pengunjung diharapkan melewatkan malam hari di “kamp
peristirahatan” yang berpagar, demi keamanan mereka. Suatu hari kami berada 15
mil dari kamp peristirahatan berikutnya. Kami sudah harus berada di dalam kamp
sebelum pukul 6 sore. Saat itu, kami baru saja berhenti untuk melihat macan
tutul. Saat macan tutul itu tidak kembali, kami memutuskan kembali ke kamp.
Saat meninggalkan tempat parkir, mobil kami menggilas semak-semak lecil.
Terdengar bunyi benturan keras dari bawah mobil, jauh lebih keras dari yang
seharusnya ditimbulkan oleh semak-semak kecil, tetapi kelihatannya tidak ada
yang tidak beres, jadi sayapun melanjutkan mengemudi.
Beberapa saat kemudian, saya melihat alat pengukur baterai
telah bergeser. Berarti alternator tak lagi mengisi baterai. Karena waktu
tinggal sebentar lagi sebelum mesi mati, kami putuskan langsung menuju ke kamp
peristirahatan. Membayangkan terdampar di belantara Afrika di malam hari bukan
hal menyenangkan.
Mudah untuk mengetahui kapan mobil Anda akan mogok, tapi
bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Di tengah kenyamanan masyarakat yang
konsumerisme, mudah untuk berpikir bahwa semuanya baik-baik saja secara rohani,
sementara pada kenyataannya “baterai” rohani kita telah berkurang untuk
beberapa saat lamanya. Bagi kami, perkataan Yesus menggema dengan kuat “Kamu
telah meninggalkan kasihmu yang semula”.
Tuhan,
jangan tahan-tahan. Aku perlu mengetahui kebenaran tentang diriku dan menerima
solusi yang hanya Engkau yang mampu berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar