Jumat, 08 Februari 2013

9 Februari



Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau TELAH MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA. (Wahyu 2:4)
 
Jemaat di Efesus sangat setia pada Yesus, tapi mereka menghadapi masalah. Jemaat itu telah “meninggalkan kasih yang semula” dan dengan kesalahan pertama yang fatal itu sedang mengarah pada kehancuran. Tidak seorangpun, selain Yesus yang menyadarinya. Efesus sendiri mungkin tidak menyadari kesalahannya, setidaknya sampai Kitab Wahyu disampaikan pada mereka. Langkah pertama saat menghadapi kemunduran rohani biasanya adalah berdiam diri.
 
Suatu kali saya sedang berada di Taman Nasional Kruger, Afrik Selatan. Orang-orang disana bisa mengemudikan kendaraan di jalan-jalan yang dihuni oleh singa, gajah dan masih banyak lagi. Binatang-binatang itu berkeliaran bebas, sementara manusia terbatas pada kandang beroda empat (mobil)! Para pengunjung diharapkan melewatkan malam hari di “kamp peristirahatan” yang berpagar, demi keamanan mereka. Suatu hari kami berada 15 mil dari kamp peristirahatan berikutnya. Kami sudah harus berada di dalam kamp sebelum pukul 6 sore. Saat itu, kami baru saja berhenti untuk melihat macan tutul. Saat macan tutul itu tidak kembali, kami memutuskan kembali ke kamp. Saat meninggalkan tempat parkir, mobil kami menggilas semak-semak lecil. Terdengar bunyi benturan keras dari bawah mobil, jauh lebih keras dari yang seharusnya ditimbulkan oleh semak-semak kecil, tetapi kelihatannya tidak ada yang tidak beres, jadi sayapun melanjutkan mengemudi.

Beberapa saat kemudian, saya melihat alat pengukur baterai telah bergeser. Berarti alternator tak lagi mengisi baterai. Karena waktu tinggal sebentar lagi sebelum mesi mati, kami putuskan langsung menuju ke kamp peristirahatan. Membayangkan terdampar di belantara Afrika di malam hari bukan hal menyenangkan.

Anda bisa memahami kekhawatiran yang mencekam kami saat jarum pada baterai bergerak mendekati nol. Ketika meteran menunjukkan angka pertengahan, pagar-pagar kamp mulai terlihat. Saat kami mendekati pintu masuk, mesin mulai terbatuk-batuk. Saya mengusahakan agar kendaraan terus berjalan. Mesin akhirnya mati 100 kaki dari pintu gerbang. Kami mendorong kendaraan dan berhenti di sebuah pompa bensin tepat setelah pintu masuk! Rasa terima kasih kami pada Tuhan tak mengenal batas!
 
Mudah untuk mengetahui kapan mobil Anda akan mogok, tapi bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Di tengah kenyamanan masyarakat yang konsumerisme, mudah untuk berpikir bahwa semuanya baik-baik saja secara rohani, sementara pada kenyataannya “baterai” rohani kita telah berkurang untuk beberapa saat lamanya. Bagi kami, perkataan Yesus menggema dengan kuat “Kamu telah meninggalkan kasihmu yang semula”.

Tuhan, jangan tahan-tahan. Aku perlu mengetahui kebenaran tentang diriku dan menerima solusi yang hanya Engkau yang mampu berikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar