“Bertobatlah dan
lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan,…AKU AKAN datang kepadamu dan
AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5)
Di tahun 1995, saya
memimpin sekelompok mahasiswa dari Universitas Andrews dalam tur ke Turki,
sebuah Negara modern dimana terletak lokasi ketujuh gereja dalam Kitab Wahyu.
Suatu hari, papan pengumuman menyatakan bahwa kami sedang mendekati kota Konya,
di Turki bagian tengah dimana Paulus bekerja pada perjalanan misionaris pertama
dan keduanya. Murat, pemandu setempat, memberitahu kami bahwa Konya berpenduduk
lebih dari 500.000 jiwa, tetapi hanya tiga atau empat orang beragama Kristen,
dan Murat mengenal mereka secara pribadi. Ketika dia juga memberitahu kami
bahwa Konya adalah nama bahasa Turki untuk kota kuno Ikonium, saya sadar bahwa
kota inilah lokasi komunitas Kristen yang berkembang pesat yang didirikan
Paulus (Kisah 13:51;14:6). Kami lalu sadar bahwa seluruh area ketujuh jemaat
dalam Kitab Wahyu memiliki satu persamaan. Efesus sekarang bernama Kusadasi,
Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorangpun orang-orang Kristen disana.
Ketika Yohanes menulis
kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia Kecil bagian
tengah dan barat. Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh
lebih banyak orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini
dibandingkan di manapun juga di dunia. Namun selama berabad-abad, gereja-gereja
mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka.
Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri (mencakup
Siria dan Afrika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam. Sebagaimana yang
Yesus peringtkan di dalam ayat di atas, kaki dian bisa diambil dari tempatnya.
Namun demikian, bukan Islam
sebenarnya menghancurkan gereja. Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal dan
etnik yang melemahkan Kekristenan. Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal
telibat dalam budaya setempat, hingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad
yang jauh lebih kontekstual. Selama Abad Pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa
berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur Tengah. Namun mereka salah
memahami injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah membuat
keadaan makin buruk. Gerejalah yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur
Tengah bagian Timur.
Sejarah seharusnya menjadi
peringatan bagi kita. Dimana injil dulu pernah berkembang luas, sekarang
mengalami penurunan. Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampi-hampir tidak
mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi
pusat iman. Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah. Jika kita
meninggalkan misi kita, Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk
menggenapinya.
Tuhan,
perbaruilah kejelasan misiku hari ini agar kaki dianku tetap menyala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar