Minggu, 10 Februari 2013

11 Feburari



Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan,…AKU AKAN datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL  KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5)

Di tahun 1995, saya memimpin sekelompok mahasiswa dari Universitas Andrews dalam tur ke Turki, sebuah Negara modern dimana terletak lokasi ketujuh gereja dalam Kitab Wahyu. Suatu hari, papan pengumuman menyatakan bahwa kami sedang mendekati kota Konya, di Turki bagian tengah dimana Paulus bekerja pada perjalanan misionaris pertama dan keduanya. Murat, pemandu setempat, memberitahu kami bahwa Konya berpenduduk lebih dari 500.000 jiwa, tetapi hanya tiga atau empat orang beragama Kristen, dan Murat mengenal mereka secara pribadi. Ketika dia juga memberitahu kami bahwa Konya adalah nama bahasa Turki untuk kota kuno Ikonium, saya sadar bahwa kota inilah lokasi komunitas Kristen yang berkembang pesat yang didirikan Paulus (Kisah 13:51;14:6). Kami lalu sadar bahwa seluruh area ketujuh jemaat dalam Kitab Wahyu memiliki satu persamaan. Efesus sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorangpun orang-orang Kristen disana.
Ketika Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia Kecil bagian tengah dan barat. Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di manapun juga di dunia. Namun selama berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam akhirnya memunahkan mereka. Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri (mencakup Siria dan Afrika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam. Sebagaimana yang Yesus peringtkan di dalam ayat di atas, kaki dian bisa diambil dari tempatnya.
Namun demikian, bukan Islam sebenarnya menghancurkan gereja. Di Afrika Utara, pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan. Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal telibat dalam budaya setempat, hingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad yang jauh lebih kontekstual. Selama Abad Pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali Kekristenan di Timur Tengah. Namun mereka salah memahami injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah membuat keadaan makin buruk. Gerejalah yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian Timur.
Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi kita. Dimana injil dulu pernah berkembang luas, sekarang mengalami penurunan. Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampi-hampir tidak mengenal Injil dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat iman. Anda dan saya tidak boleh memandang remeh rencana Allah. Jika kita meninggalkan misi kita, Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk menggenapinya.

Tuhan, perbaruilah kejelasan misiku hari ini agar kaki dianku tetap menyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar