Sabtu, 23 Februari 2013

24 Februari



“…supaya mereka makan persembahan berhala dan BERBUAT ZINAH. Demikian juga ada padamu orang-orang yang berpegang kepada ajaran pengikut Nikolaus.” (Wahyu 2:14,15)

Kata untuk perzinahan dalam bahasa Yunani sangat erat kaitannya dengan kata untuk pelacuran. Orang-orang Kristen sering merasa ngeri kepada mereka yang menghargai mereka sebegitu rendahnya sehingga rela menukar tubuh mereka secara seksual demi sejumlah kecil uang. Namun demikian, orang-orang Kristen yang sama kadang berpikir bahwa seks diantara “orang-orang dewasa yang suka sama suka” tidak seharusnya menjadi bahan perdebatan. Alkitab mengajar kita untuk menyimpan seksualitas kita bagi orang yang akan sangat menghargai kita sehingga bersedia mengabdikan hidup mereka bagi kita.
“Tapi bukankah kemurnian seksual hingga pernikahan suatu gagasan yang ketinggalan zaman?” Seorang anggota jemaat bertanya kepada pendetanya. “Memang benar, adalah bodoh jika kita main-main dengan adanya penyakit-penyakit di luar sana, tapi kami saling mencintai dan berencana untuk menikah suatu hari nanti. Apakah alasan mengapa kami harus menunggu?”
Jawab sang pendeta, “Akan saya beri tiga alasan. Yang pertama, jika Anda sedang mempersiapkan diri untuk pernikahan, Anda perlu membangun relasi yang akan bertahan seumur hidup. Untuk dapat mencapai itu, Anda butuh “infrastruktur” relasional yang kokoh, dan itu berarti meluangkan banyak waktu untuk saling mengenal satu sama lain secara mental, emosional, dan spiritual. Begitu sepasang muda-mudi terlibat secara fisik, mereka mulai menelantarkan aspek-aspek lain pada relasi mereka, padahal itulah yang benar-benar penting saat Anda berencana untuk hidup bersama-sama”.
“Kedua, seks sebelum menikah memperlemah daya tahan Anda terhadap perselingkuhan dalam perkawinan. Otak cenderung mencari jalan yang tidak banyak hambatannya. Begitu Anda telah terbiasa meniti jalur tertentu untuk sementara waktu, akan lebih mudah menempuh jalur itu lagi di masa depan. Pernikahan ‘coba-coba’ adalah salah satu cara pasti untuk memastikan bahwa pernikahan itu tidak akan bertahan”.
“Ketiga, sekalipun Anda tidak melakukan perselingkuhan nantinya, berhubungan seks dengan pasangan Anda sebelum menikah akan mengarah pada masalah kepercayaan. Tidak peduli seberapa setianya Anda, pasangan Anda akan berpikir, Yah, ia melakukannya denganku sebelum kami menikah, jadi apa yang mencegahnya untuk melakukan dengan orang lain yang bukan pasangannya? Jangan mempersulit pernikahan Anda dengan ketidakpercayaan seperti itu”.
“Wow”, kata si anggota jemaat. “Sungguh Alkitab sedemikian praktis”.

Tuhan, tolonglah aku untuk berhenti mendengarkan Bileam-nya daya tarik duniawi. Aku memilih percaya apa yang dikatakan Firman-Mu, sekalipun aku tidak mengerti mengapa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar