Rabu, 13 Februari 2013

14 Februari



Aku tahu KESUSAHANMU dan kemiskinanmu -- NAMUN ENGKAU KAYA… ” (Wahyu 2:9)

Saya punya seorang teman bernama Ted yang biasa menerbangkan misi-misi tempur dengan pesawat pemburu untuk United States Marine Corps. Tidak lama setelah latihan pendaratan di sebuah pangkalan Angkatan Udara, secara tidak sengaja dia mendengar seorang pilot mengontak menara bahwa dia sedang bergerak turun dari ketinggian 70.000 kaki. Tujuh puluh ribu kaki? Bergerak turun? Seberapa tinggi pesawat orang ini bisa terbang? Pikir teman saya itu. Setelah menyelidik sana-sini, ia mendapati bahwa yang dimaksud adalah pesawat pengintai SR-71 (yang saat itu) masih top secret, mampu menjelajah pada ketinggian yang tidak pernah kedengaran sebelumnya dan dengan kecepatan sangat tinggi.
Karena keingintahuannya bangkit, Ted menerobos serangkaian birokrasi untuk memperoleh izin agar dapat melihat SR-71. Akhirnya atasannya memberi izin untuk melewati pengamanan dan mengamati pencapaian tekhnologi yang luar biasa ini dalam sebuah hangar. Ukurannya yang luar biasa besar serta kehalusannya membuatnya sangat terkesan. Namun saat menghampiri lebih dekat, dia terpana dan kecewa. Pesawat tersebut seakan bocor di sana-sini. Tetesan-tetesan menodai lantai di bawah pesawat. Kelihatannya seakan-akan benda itu sebentar lagi akan hancur berkeping-keping! Lalu dia bertanya ada masalah apa dengan pesawat tersebut.
“Tidak ada”, kata kru kepada teman saya. Yang tidak disadari Ted adalah begitu pesawat berada kecepatan dan ketinggian yang tepat, “kulit” pesawat akan memuai, dan panas yang ditimbulkan akan membuat tetesan-tetesan itu berhenti. Bukan hanya itu, sebagian besar pesawat itu terbuat dari titanium, logam yang bertambah kuat saat dipanaskan.
Kisah ini menolong saya untuk lebih memahami ayat di atas. Bagaimana seorang Kristen bisa miskin dan kaya pada saat bersamaan? Bagaimana kita harus menyambut penderitaan dan kesukaran sebagai suatu kekayaan (Yakobus 1:2)? Saya pikir orang-orang Kristen juga hampir seperti pesawat SR-71. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak menonjol sama sekali, bahkan tampak sangat payah dibanding rata-rata orng duniawi. Namun saat pencobaan dan tekanan-tekanan dalam hidup mulai muncul, barulah seoran Kristen sejati mulai bercahaya.
Saat kita belajar untuk tetap dekat dengan Allah di dalam pencobaan, Dia merancang kita kembali supaya kita bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada yang bisa kita bayangkan. Seandainya kehidupan kita lebih mudah, kita tidak akan pernah menemukan kepenuhan yang kita dapatkan dengan “terbang menurut kecepatan Allah”.

Tuhan, Engkau tahu bagaimana cara menempatkan kami dalam kehidupan yang ada dalam benak-Mu saat Engkau merancang kami. Tolonglah aku untuk melihat kekayaan sejati di dalam kesukaran-kesukaran hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar