“Aku tahu KESUSAHANMU dan kemiskinanmu -- NAMUN
ENGKAU KAYA… ” (Wahyu 2:9)
Saya punya seorang teman
bernama Ted yang biasa menerbangkan misi-misi tempur dengan pesawat pemburu
untuk United States Marine Corps.
Tidak lama setelah latihan pendaratan di sebuah pangkalan Angkatan Udara,
secara tidak sengaja dia mendengar seorang pilot mengontak menara bahwa dia
sedang bergerak turun dari ketinggian 70.000 kaki. Tujuh puluh ribu kaki? Bergerak turun? Seberapa tinggi pesawat orang
ini bisa terbang? Pikir teman saya itu. Setelah menyelidik sana-sini, ia
mendapati bahwa yang dimaksud adalah pesawat pengintai SR-71 (yang saat itu)
masih top secret, mampu menjelajah
pada ketinggian yang tidak pernah kedengaran sebelumnya dan dengan kecepatan
sangat tinggi.
Karena keingintahuannya
bangkit, Ted menerobos serangkaian birokrasi untuk memperoleh izin agar dapat
melihat SR-71. Akhirnya atasannya memberi izin untuk melewati pengamanan dan
mengamati pencapaian tekhnologi yang luar biasa ini dalam sebuah hangar.
Ukurannya yang luar biasa besar serta kehalusannya membuatnya sangat terkesan.
Namun saat menghampiri lebih dekat, dia terpana dan kecewa. Pesawat tersebut
seakan bocor di sana-sini. Tetesan-tetesan menodai lantai di bawah pesawat.
Kelihatannya seakan-akan benda itu sebentar lagi akan hancur berkeping-keping!
Lalu dia bertanya ada masalah apa dengan pesawat tersebut.
“Tidak ada”, kata kru
kepada teman saya. Yang tidak disadari Ted adalah begitu pesawat berada
kecepatan dan ketinggian yang tepat, “kulit” pesawat akan memuai, dan panas
yang ditimbulkan akan membuat tetesan-tetesan itu berhenti. Bukan hanya itu,
sebagian besar pesawat itu terbuat dari titanium, logam yang bertambah kuat
saat dipanaskan.
Kisah ini menolong saya
untuk lebih memahami ayat di atas. Bagaimana seorang Kristen bisa miskin dan
kaya pada saat bersamaan? Bagaimana kita harus menyambut penderitaan dan
kesukaran sebagai suatu kekayaan (Yakobus 1:2)? Saya pikir orang-orang Kristen
juga hampir seperti pesawat SR-71. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak
menonjol sama sekali, bahkan tampak sangat payah dibanding rata-rata orng
duniawi. Namun saat pencobaan dan tekanan-tekanan dalam hidup mulai muncul,
barulah seoran Kristen sejati mulai bercahaya.
Saat kita belajar untuk
tetap dekat dengan Allah di dalam pencobaan, Dia merancang kita kembali supaya
kita bisa terbang lebih tinggi dan lebih cepat daripada yang bisa kita
bayangkan. Seandainya kehidupan kita lebih mudah, kita tidak akan pernah
menemukan kepenuhan yang kita dapatkan dengan “terbang menurut kecepatan
Allah”.
Tuhan,
Engkau tahu bagaimana cara menempatkan kami dalam kehidupan yang ada dalam
benak-Mu saat Engkau merancang kami. Tolonglah aku untuk melihat kekayaan
sejati di dalam kesukaran-kesukaran hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar