Selasa, 12 Februari 2013

13 Februari



Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir, yang telah mati dan hidup kembali: AKU TAHU KESUSAHANMU DAN KEMISKINANMU -- NAMUN ENGKAU KAYA” (Wahyu 2: 8,9)

Para komentator kebanyakan sepakat bahwa kemiskinan dalam ayat di atas bersifat harafiah, sementara kekayaan bersifat rohani. Orang-orang Smirna itu miskin dalam hal kekayaan dunia, tetapi mereka kaya dalam kebaikan-kebaikan Injil, kaya dalam hal-hal rohani.
Dalam pengertian praktis, ada perbedaan yang sangat besar antara kemiskinan dan kekayaan. Orang-orang yang dilahirkan kaya memiliki mentalitas sangat berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Bagi kebanyakan kita, keterbatasan finansial mempengaruhi hampir setiap keputusan yang kita buat. Kita memilih restoran-restoran yang tidak mahal untuk makan siang. Di waktu senggang, kita pergi ke pantai untuk umum, bukannya liburan tropis di Chub Med. Keterbatasan uang membentuk setiap pilihan yang kita buat.
Bayangkan gaya hidup ini dengan mereka yang super kaya. Jika Anda ingin pergi bermain ski, atau berbelanja, di pegunungan Alpen dengan pemberitahuan segera, berkendara ke bandara dan naik pesawat berikutnya dan duduk di kelas satu. Jika Anda tidak ingin mencuci pakaian, mempekerjakan seseorang untuk membeli busana karya perancang setiap hari. Sementara sebagian dari kita terbatas dalam pilihan sehari-harinya, orang-orang yang super kaya tinggal menjentikkan jari saat menginginkan sesuatu. Mereka bisa melakukan apapun juga dan menjadi apapun yang mereka inginkan. Dan kita hanya bisa mengawasi dengan iri dari kejauhan, memikirkan keterbatasan kita.
Namun jemaat di Smirna telah menemukan kekayaan dalam bentuk yang lain, kekayaan yang jarang sekali didapat oleh orang-orang kaya (Matius 19:24). Mereka yang mengenal Yesus dimerdekakan dari perbudakan uang. Mereka sadar bahwa kita menemukan kekayaan sejati dalam hidup ini melalui hubungan yang mengasihi. Memiliki hati nurani bersih, mampu mengampuni dan diampuni, itulah kekayaan sejati. Jauh lebih baik mengenal Firman Allah daripada berdalih dalam satu bentuk hiburan ke hiburan yang lain.
Kenyataannya adalah bahwa orang-orang kaya mengalami kesulitan dalam hal hubungan. Mereka tidak tahu siapa yang bisa mereka percayai. Setiap orang ingin menjadi “sahabat  mereka” bukan dikarenakan kualitas pribadi, tetapi dikarenakan menjadi sahabat orang kaya adalah jalan menuju kepada kekayaan dan kekuasaan. Orang–orang kaya menghindari hubungan dengan Kristus, kadang karena mereka terlalu banyak urusan atau terlalu sibuk dan karena mereka takut terhadap panggilan unutk “menjual segala milik” dibandingkan orang-orang miskin. Kekayaan sejati ditemukan di dalam Kristus, bukan dalam kekayaan material.

Tuhan, alihkan perhatianku kepada kekayaan sejati yang Engkau tawarkan di dalam Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar