“Dan tuliskanlah
kepada malaikat jemaat di Smirna: Inilah firman dari Yang Awal dan Yang Akhir,
yang telah mati dan hidup kembali: AKU
TAHU KESUSAHANMU DAN KEMISKINANMU -- NAMUN ENGKAU KAYA” (Wahyu 2: 8,9)
Para komentator kebanyakan
sepakat bahwa kemiskinan dalam ayat di atas bersifat harafiah, sementara kekayaan
bersifat rohani. Orang-orang Smirna itu miskin dalam hal kekayaan dunia, tetapi
mereka kaya dalam kebaikan-kebaikan Injil, kaya dalam hal-hal rohani.
Dalam pengertian praktis,
ada perbedaan yang sangat besar antara kemiskinan dan kekayaan. Orang-orang yang
dilahirkan kaya memiliki mentalitas sangat berbeda dengan orang-orang
kebanyakan. Bagi kebanyakan kita, keterbatasan finansial mempengaruhi hampir
setiap keputusan yang kita buat. Kita memilih restoran-restoran yang tidak
mahal untuk makan siang. Di waktu senggang, kita pergi ke pantai untuk umum,
bukannya liburan tropis di Chub Med.
Keterbatasan uang membentuk setiap pilihan yang kita buat.
Bayangkan gaya hidup ini
dengan mereka yang super kaya. Jika Anda ingin pergi bermain ski, atau
berbelanja, di pegunungan Alpen dengan pemberitahuan segera, berkendara ke
bandara dan naik pesawat berikutnya dan duduk di kelas satu. Jika Anda tidak
ingin mencuci pakaian, mempekerjakan seseorang untuk membeli busana karya
perancang setiap hari. Sementara sebagian dari kita terbatas dalam pilihan
sehari-harinya, orang-orang yang super kaya tinggal menjentikkan jari saat
menginginkan sesuatu. Mereka bisa melakukan apapun juga dan menjadi apapun yang
mereka inginkan. Dan kita hanya bisa mengawasi dengan iri dari kejauhan, memikirkan
keterbatasan kita.
Namun jemaat di Smirna
telah menemukan kekayaan dalam bentuk yang lain, kekayaan yang jarang sekali
didapat oleh orang-orang kaya (Matius 19:24). Mereka yang mengenal Yesus
dimerdekakan dari perbudakan uang. Mereka sadar bahwa kita menemukan kekayaan
sejati dalam hidup ini melalui hubungan yang mengasihi. Memiliki hati nurani
bersih, mampu mengampuni dan diampuni, itulah kekayaan sejati. Jauh lebih baik
mengenal Firman Allah daripada berdalih dalam satu bentuk hiburan ke hiburan
yang lain.
Kenyataannya adalah bahwa
orang-orang kaya mengalami kesulitan dalam hal hubungan. Mereka tidak tahu
siapa yang bisa mereka percayai. Setiap orang ingin menjadi “sahabat mereka” bukan dikarenakan kualitas pribadi, tetapi
dikarenakan menjadi sahabat orang kaya adalah jalan menuju kepada kekayaan dan
kekuasaan. Orang–orang kaya menghindari hubungan dengan Kristus, kadang karena
mereka terlalu banyak urusan atau terlalu sibuk dan karena mereka takut
terhadap panggilan unutk “menjual segala milik” dibandingkan orang-orang
miskin. Kekayaan sejati ditemukan di dalam Kristus, bukan dalam kekayaan
material.
Tuhan,
alihkan perhatianku kepada kekayaan sejati yang Engkau tawarkan di dalam
Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar