"Dan tuliskanlah
kepada MALAIKAT JEMAAT DI PERGAMUS:
Inilah firman Dia, yang memakai pedang
yang tajam dan bermata dua: AKU TAHU
DI MANA ENGKAU DIAM, yaitu di sana,
di tempat takhta Iblis;…, DI MANA
IBLIS DIAM. (Wahyu 2:12,13)
Beberapa yang mempelajari
ayat ini mengatakan bahwa jemaat di Pergamus adalah jemaat yang berkompromi.
Ini menjelaskan alasan mengapa Yesus memakai pendekatan pedang tajam bermata
dua. Jemaat ini membutuhkan kemampuan tajam membedakan yang berasal dari Firman
Allah. “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang
bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh,
sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita”
(Ibrani 4:12)
Jemaat di Pergamus
tampaknya berlawanan dengan jemaat Efesus, yang memiliki doktrin yang kokoh
namun kekurangan kasih. Jemaat Pergamus lemah dalam bidang yang menjadi
kekuatan jemaat Efesus, doktrin yang kokoh. Menurut Yesus, Pergamus adalah
tempat berbahaya untuk didiami orang-orang Kristen. Dalam pengertian tertentu,
Dia menyebut kota itu tempat kediaman Iblis. Pergamus mungkin yang paling
banyak mengesankan diantara tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu.
Reruntuhannya yang terletak di puncak bukit terjal menjulang beberapa ratus
kaki di atas dataran rendah. Struktur terbesar yang masih tersisa adalah
amfiteaternya, yang menampung hingga 15.000 orang. Dibangun di punggung bukit
terjal, kota itu menghadap ke lembah di sebelah barat.
Para arkeolog mengambil
sebagian dari yang paling spektakuler dari kuilnya, Altar Pergamon, dan
membangunnya kembali dalam sebuah museum di Berlin bagian timur. Kuil itu
mencakup anak tangga besar dari marmer
(hampir 20 kaki tingginya dan lebarnya 100 kaki) dan puncaknya mengikuti
bentuk tapal kuda oleh barisan tiang-tiang penopang atap yang diukir pada
marmer itu. Itu sebuah karya luar biasa, memancarkan rasa percaya diri akan
kejeniusan manusia dan kekuatan kepercayaan yang diwakilinya. Kemegahan seperti
ini pasti menarik para penonton kepada agama-agama kafir Romawi. Sikap kompromi
dengan mudahnya menyusup masuk tanpa disadari orang-orang Kristen.
Kekuatan pencapaian manusia
jauh lebih mengesankan dewasa ini. Pencakar langit raksasa, kemajuan tekhnologi
yang menakjubkan, tak disadari semuanya menyarankan bahwa kehidupan nyata harus
ditemukan dalam pencapaian dan keangkuhan manusiawi. Firman Allah adalah pedang
tajam bermata dua yang menyingkapkan kepalsuan ini kepada yang sebenarnya.
Bagaimanapun, Pergamus saat ini sebagian besar tinggal puing-puing.
Tuhan,
terapkan Firman-Mu dalam kehidupanku hari ini. Singkirkanlah kecenderunganku
untuk berkompromi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar