Senin, 18 Februari 2013

19 Februari



"Dan tuliskanlah kepada MALAIKAT JEMAAT DI PERGAMUS: Inilah firman Dia, yang memakai pedang yang tajam dan bermata dua: AKU TAHU DI MANA ENGKAU DIAM, yaitu di sana, di tempat takhta Iblis;…, DI MANA IBLIS DIAM. (Wahyu 2:12,13)

Beberapa yang mempelajari ayat ini mengatakan bahwa jemaat di Pergamus adalah jemaat yang berkompromi. Ini menjelaskan alasan mengapa Yesus memakai pendekatan pedang tajam bermata dua. Jemaat ini membutuhkan kemampuan tajam membedakan yang berasal dari Firman Allah. “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” (Ibrani 4:12)
Jemaat di Pergamus tampaknya berlawanan dengan jemaat Efesus, yang memiliki doktrin yang kokoh namun kekurangan kasih. Jemaat Pergamus lemah dalam bidang yang menjadi kekuatan jemaat Efesus, doktrin yang kokoh. Menurut Yesus, Pergamus adalah tempat berbahaya untuk didiami orang-orang Kristen. Dalam pengertian tertentu, Dia menyebut kota itu tempat kediaman Iblis. Pergamus mungkin yang paling banyak mengesankan diantara tujuh kota yang disebutkan dalam Kitab Wahyu. Reruntuhannya yang terletak di puncak bukit terjal menjulang beberapa ratus kaki di atas dataran rendah. Struktur terbesar yang masih tersisa adalah amfiteaternya, yang menampung hingga 15.000 orang. Dibangun di punggung bukit terjal, kota itu menghadap ke lembah di sebelah barat.
Para arkeolog mengambil sebagian dari yang paling spektakuler dari kuilnya, Altar Pergamon, dan membangunnya kembali dalam sebuah museum di Berlin bagian timur. Kuil itu mencakup anak tangga besar dari marmer  (hampir 20 kaki tingginya dan lebarnya 100 kaki) dan puncaknya mengikuti bentuk tapal kuda oleh barisan tiang-tiang penopang atap yang diukir pada marmer itu. Itu sebuah karya luar biasa, memancarkan rasa percaya diri akan kejeniusan manusia dan kekuatan kepercayaan yang diwakilinya. Kemegahan seperti ini pasti menarik para penonton kepada agama-agama kafir Romawi. Sikap kompromi dengan mudahnya menyusup masuk tanpa disadari orang-orang Kristen.
Kekuatan pencapaian manusia jauh lebih mengesankan dewasa ini. Pencakar langit raksasa, kemajuan tekhnologi yang menakjubkan, tak disadari semuanya menyarankan bahwa kehidupan nyata harus ditemukan dalam pencapaian dan keangkuhan manusiawi. Firman Allah adalah pedang tajam bermata dua yang menyingkapkan kepalsuan ini kepada yang sebenarnya. Bagaimanapun, Pergamus saat ini sebagian besar tinggal puing-puing.

Tuhan, terapkan Firman-Mu dalam kehidupanku hari ini. Singkirkanlah kecenderunganku untuk berkompromi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar