“Namun demikian Aku
mencela engkau, karena engkau TELAH
MENINGGALKAN KASIHMU YANG SEMULA”. ( Wahyu 2:4)
Jemaat di Efesus tampaknya
mengulangi pengalaman bangsa Israel sebelum pembuangan ke Babel. Mengutip
perkataan Yeremia bagi Yerusalem, “Aku teringat…kepada cintamu pada waktu
engkau menjadi pengantin, bagaimana engkau mengikuti Aku di padang gurun”
(Yeremia 2:2). Tahun-tahun penuh pengabdian dan kesetiaan. Tapi kemudian
semuanya berubah : “Aku telah membuat engkau tumbuh sebagai pokok anggur
pilihan,…Betapa engkau berubah menjadi pohon berbau busuk, pohon anggur liar!”
(ayat 21)
Seandainya Anda harus
menekankan pada kebenaran doktrinal yang teguh atau kasih dalam suatu situasi,
manakah yang Anda pilih? Saat kita tidak tahu apa yang mesti dibuat, tindakan
paling aman adalah mengasihi. Kitab 1 Korintus 13 mangatakan bahwa kita bisa saja
memiliki semua kebenaran doktrinal dan segala macam pekerjaan baik, tetapi jika
kita tidak memiliki kasih, semuanya itu tidak ada gunanya. Ellen White
menyimpulkan, “Dalam pembaruan, sebaiknya kita tidak berbuat kelewatan dengan
melangkah terlalu jauh. Dan seandainya terjadi kesalahan pun, sebaiknya kita
berada tak melupakan sisi manusiawinya”.
Saya ingat ketika pergi
mengunjungi seorang pria yang telah melakukan perzinahan. Benak saya
berputar-putar, bagaimana cara pendekatan saya terhadap masalah ini. Saya
memutuskan menegurnya dengan keras, karena saya tahu jika dia tidak berubah
dalam hidupnya, Setan akan memanfaatkan situasi ini menjauhkannya dari Kristus.
Ketika saya tiba di rumahnya, rasanya sulit membahas masalah itu. Malah, kami
hanya mengobrol saja. Saya jadi bersikap ramah dan mendukung. Akhirnya saya
pulang, sambil memarahi diri sendiri. Dasar
pengecut, kata saya pada diri sendiri. Selama dua hari berikutnya, saya
terus menerus mengkritik diri saya.
Lalu saya menerima telepon
dari pria itu. “Pendeta, semenjak Anda pergi hari itu, Roh Kudus terus-menerus
menegur saya perihal situasi saya. Anda tahu apa yang telah saya lakukan, tapi
Anda tidak mempermalukan. Sebaliknya, Anda memperlakukan saya penuh kasih. Tadinya
saya sudah siap bertengkar, tapi keramahan Anda meluluhkan hati saya. Saya
harus menata lagi hidup saya. Bersediakah Anda datang mengajarkan pada saya?”
Pada dasaranya kita
cenderung bersikap keras pada sesama dan mengasihi diri sendiri. Setiap gereja
yang telah meninggalkan pusat Injil maka akan mulai menyakiti orang-orang
sekalipun dia setia dan mempertahankan doktrin yang benar. Ketika kita yakin
bagaimana harus menangani situasi tertentu, lebih baik kita mengambil resiko
salah yaitu menebar kasih dan belas kasihan.
Tuhan,
tolonglah aku untuk tidak pernah mengkritik orang lain sebelum aku memandang
mereka lewat kacamat-Mu dan mengasihi mereka seperti Engkau mengasihi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar