"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di
Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan
kanan-Nya DAN BERJALAN DI ANTARA
KETUJUH KAKI DIAN EMAS ITU. (Wahyu 2:1)
Bagi banyak orang, golf adalah olahraga
paling bodoh yang pernah diciptakan. Orang-orang berjalan kian-kemari di muka
bumi, mengejar bola, lalu membuangnya jauh-jauh begitu mereka menemukannya.
Namun demikian, ada sesuatu yang tampaknya menarik banyak orang untuk kembali
dan kembali lagi pada permainan aneh ini. Saya kira, alasan utama adalah karena
tidak perduli seberapa sering seorang pegolf memainkan permainan yang sama dan
sebenarnya tidak pernah benar-benar sama. Setiap kali Anda bermain satu lubang,
tempat pukulan pertama menjadi berbeda, dan Anda menghadapi lapangan permainan
dari arah berbeda. Saat tanah kering, bola melambung lebih jauh dibandingkan
jika udara lembab. Karena rumput seperempat inci lebih panjang, dibandingkan
kemarin, bola akan bergerak dengan cara berbeda. Dan jika Anda bermain
menghadap arah angin, maka cara pukulan akan sangat berbeda dibandingkan jika
Anda membelakangi arah angin.
Lebih jauh kerumitan dalam permainan
golf. Setiap pegolf tahu, bola tampaknya memiliki “pemikiran sendiri” dan jatuh
ke tempat yang diinginkannya. Tempat bola mendarat disebut “lie”. Kelihaian bermain adalah belajar bagaimana menangani lie yang berbeda-beda, yang bisa saja
lembut, keras, mendaki, menurun, menyamping, basah, kering, atau perpaduannya.
Sukses berarti menyesuikan pukulan seseorang dengan persyaratan lie tertentu.
Apakah kaitan semua ini dengan Kitab
Wahyu? Saya kira tidak banyak, tetapi itu mengilustrasikan poin yang kita amati
dalam renungan sebelumnya. Yesus “menyesuaikan diri” menghadapi realita tentang
ketujuh jemaat. Ia menerima mereka apa adanya dan memberikan kepada mereka
gambaran unik tentang diri-Nya yang cocok dengan situasi hidup mereka saat itu.
Jika kita ingin mengadakan perbedaan di
dunia kita, kita pasti ingin menjadi seperti Yesus dalam cara kita
memperlakukan orang-orang. Mengutip perkataan Paulus : “Bagi semua orang aku
telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa
orang dari antara mereka” (1 Korintus 9:22). Sama seperti kondisi yang beragam
dalam permainan golf, tidak ada dua orang yang tepat sama. Bahkan lebih dari
itu, tidak ada orang yang kita temui sama persis dengan dirinya sehari
sebelumnya! Agar dapat menjadi berkat setiap orang yang kita temui, kita harus
menerima mereka apa adanya. Kita perlu “menyesuaikan diri” pada keunikan
perjumpaan dengan orang-orang. Hal ini membuat hidup jadi makin rumit, tetapi
juga semakin menarik!
Tuhan, tolong aku untuk melihat
setiap orang yang aku temui hari ini melalui mata-Mu. Mampukan aku untuk
menyesuaikan cara pendekatan agar dapat merefleksikan kebutuhan unik mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar