Rabu, 30 Januari 2013

1 Februari



"Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya DAN BERJALAN DI ANTARA KETUJUH KAKI DIAN EMAS ITU. (Wahyu 2:1)

Bagi banyak orang, golf adalah olahraga paling bodoh yang pernah diciptakan. Orang-orang berjalan kian-kemari di muka bumi, mengejar bola, lalu membuangnya jauh-jauh begitu mereka menemukannya. Namun demikian, ada sesuatu yang tampaknya menarik banyak orang untuk kembali dan kembali lagi pada permainan aneh ini. Saya kira, alasan utama adalah karena tidak perduli seberapa sering seorang pegolf memainkan permainan yang sama dan sebenarnya tidak pernah benar-benar sama. Setiap kali Anda bermain satu lubang, tempat pukulan pertama menjadi berbeda, dan Anda menghadapi lapangan permainan dari arah berbeda. Saat tanah kering, bola melambung lebih jauh dibandingkan jika udara lembab. Karena rumput seperempat inci lebih panjang, dibandingkan kemarin, bola akan bergerak dengan cara berbeda. Dan jika Anda bermain menghadap arah angin, maka cara pukulan akan sangat berbeda dibandingkan jika Anda membelakangi arah angin.

Lebih jauh kerumitan dalam permainan golf. Setiap pegolf tahu, bola tampaknya memiliki “pemikiran sendiri” dan jatuh ke tempat yang diinginkannya. Tempat bola mendarat disebut “lie”. Kelihaian bermain adalah belajar bagaimana menangani lie yang berbeda-beda, yang bisa saja lembut, keras, mendaki, menurun, menyamping, basah, kering, atau perpaduannya. Sukses berarti menyesuikan pukulan seseorang dengan persyaratan lie tertentu.

Apakah kaitan semua ini dengan Kitab Wahyu? Saya kira tidak banyak, tetapi itu mengilustrasikan poin yang kita amati dalam renungan sebelumnya. Yesus “menyesuaikan diri” menghadapi realita tentang ketujuh jemaat. Ia menerima mereka apa adanya dan memberikan kepada mereka gambaran unik tentang diri-Nya yang cocok dengan situasi hidup mereka saat itu.

Jika kita ingin mengadakan perbedaan di dunia kita, kita pasti ingin menjadi seperti Yesus dalam cara kita memperlakukan orang-orang. Mengutip perkataan Paulus : “Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka” (1 Korintus 9:22). Sama seperti kondisi yang beragam dalam permainan golf, tidak ada dua orang yang tepat sama. Bahkan lebih dari itu, tidak ada orang yang kita temui sama persis dengan dirinya sehari sebelumnya! Agar dapat menjadi berkat setiap orang yang kita temui, kita harus menerima mereka apa adanya. Kita perlu “menyesuaikan diri” pada keunikan perjumpaan dengan orang-orang. Hal ini membuat hidup jadi makin rumit, tetapi juga semakin menarik!

Tuhan, tolong aku untuk melihat setiap orang yang aku temui hari ini melalui mata-Mu. Mampukan aku untuk menyesuaikan cara pendekatan agar dapat merefleksikan kebutuhan unik mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar