Kamis, 03 Januari 2013

3 Januari



INILAH WAHYU YESUS KRISTUS,…” (Wahyu 1:1)

Keluarga kami memiliki kebiasaan tertentu. Bila anak-anak lapar, mereka akan berteriak, “Bu, ada apa untuk dimakan.” Tapi bila ibu terlalu sibuk untuk menjawab atau telah keluar rumah, langkah berikutnya adalah pergi ke dapur dan melihat apakah sesuatu sedang dimasak. Bila ada, mereka akan mengangkat tutup panci (atau membuka oven jika sesuatu dipanggang) untuk melihat apa yang ada didalamnya. Aroma masakan sedap sangat menggugah selera, dan sering membuat penasaran. Masakan apakah ini yang aromanya begitu enak? Kira-kira apakah  yang akan kami santap sebentar lagi?
Kata “wahyu” dalam bahasa aslinya, bahasa Yunani, adalah apokalupsis. Dari sini bahasa Inggris “apocalypse” berasal. Kata apokalupsis terdiri atas dua kata bahasa Yunani, apo  (“dari”) dan kalupto (“menutupi”). Jadi apokalupsis berarti “mengangkat penutup dari” sesuatu. Jika sesuatu itu sebuah panci, maka mengangkat tutup panci akan mambuat Anda melihat apa yang sedang dimasak. Anda “menyingkapkan” isi panci. Dalam kitab wahyu, Anda “mengangkat penutup” Yesus, belajar sesuatu tentang Dia yang tetap tersembunyi jika Anda tidak memiliki akses kepada kitab ini dalam Alkitab.
Hal apakah dari Yesus yang perlu diungkapkan dalam kitab Wahyu? Pikirkan sejenak apa yang hilang seandainya kitab ini tidak termasuk dalam Alkitab. Ketika Yesus di dunia ini, Dia adalah manusia biasa, dalam wujud daging. Dia berjalan seperti orang-orang lain, bicara dalam bahasa manusia, dan berpakaian seperti orang-orang di sekitar-Nya. Yesus hidup dalam budaya, zaman, dan tempat tertentu. Sebagaimana orang-orang lain, Ia menjadi lelah, kotor, dan berkeringat. Sangat mudah untuk melihat Dia dan berkata, “Ya, Dia adalah guru besar, orang besar, dan nabi besar. Tetapi tentunya Dia bukan raja alam semesta, bukan? Apakah raja alam semesta berkeringat dan lelah? ”
Jika yang kita tahu tentang Yesus hanyalah apa yang kita tahu dalam kitab-kitab Injil, kita akan kehilangan banyak hal. Kitab Wahyu “menyingkapkan” Yesus dari Nazaret. Kitab itu memperlihatkan bahwa Ia bukan lagi manusia biasa yang datang dari Nazaret, tetapi Dia yang duduk di takhta di surga dan yang memerintah atas seluruh alam semesta.
Jika kita tidak memliki Kitab Wahyu, kita tidak akan memiliki gambaran seutuhnya tentang Yesus. Dia adalah Raja alam semesta yang bersedia datang dalam wujud manusia, melayani dan memberkati, tunduk pada penghinaan dan penganiayaan, serta menderita dan mati bagi kita. Kebesaran Yesus membuat semua pengorbanan-Nya jadi lebih mengagumkan lagi. Kitab Wahyu menyingkapkan kebesaran itu sehingga semua orang bisa melihatnya.
Tuhan, beri aku “rasa lapar” untuk mengenal Yesus lebih dalam. Semoga gambar kebesaran-Nya dalam Wahyu membukakan mataku untuk hubungan lebih intim dengan Dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar