Minggu, 06 Januari 2013

8 Januari



BERBAHAGIALA IA YANG MEMBACAKAN DAN MEREKA YANG MENDENGARKAN kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat. ”(Wahyu 1:3)

     Ayat di atas mengatakan, “Berbahagialah ia yang membacakan dan…mendengarkan…” Apakah artinya itu? Mengapa ada satu orang yang membaca dan banyak yang mendengar? Karena buku-buku dalam perjanjian baru sangat langka dan mahal untuk diproduksi, kebanyakan orang akan menemukan satu-satunya ketika seseorang membacanya dengan suara yang keras kepada mereka. Kitab Wahyu dimaksudkan untuk dibaca dimana saja. Ini dimaksudkan, bukan sebagai sebuah karya yang ditulis untuk studi perorangan, melainkan untuk didengarkan secara lisan oleh semua orang. Sebuah berkat khusus diberikan pada masyarakat yang membaca buku Wahyu.
       Tahun 1995, saya memperoleh kesempatan istimewa memimpin tur mengunjungi  tujuh jemaat dalam Kitab Wahyu di Turki… Tiga puluh Sembilan orang, termasuk keluarga saya, memadati bus yang dikemudikan seorang Turki dan pemandu Muslim. Sopir kami mengemudikan dengan cepat namun tenang. Aspek lain yang mengesankan  perjalanan itu adalah semua orang, kecuali kedua orang Turki itu, di hari kedua terserang penyakit perut…. Lebih memalukan, sebagian besar yang sakit adalah vegetarian mengaku hidup sehat. Padahal kedua orang Turki yang tidak sakit justru perokok berat dan melanggar pantangan untuk tidak meminum alkohol.
       Puncak perjalanan ini adalah Seorang wanita muda di kelompok kami menyiapkan bacaan pesan Yesus kepada masing-masing jemaat. Seperti yang ditentukan dalam bacaan itu, seorang atau lebih dari kami akan membaca keras-keras sementara yang lain mendengarkan. Setelah setiap bacaan, kami menyanyikan lagu yang ia tulis berdasarkan pesan kepada ketujuh jemaat tadi. Sangat mengesankan. Bayangkan, kami duduk dan mendengarkan setiap surat kepada jemaat-jemaat itu tepat di tempat jemaat yang mula-mula itu mendengarkannya.
     Saya ragu bahwa kebanyakan gereja dewasa ini mau bersabar mendengarkan seluruh Kitab Wahyu dibacakan (sekitar satu setengah jam)! Namun kami mau menciptakan kembali latar yang orisinal dalam perjalanan kami. Di Pergamus kami mendengarkan surat sambil berdiri di lokasi tempat “takhta Iblis,” altar dewa Zeus yang besar. Lalu di Tiatira kami mendengarkan sambil dikelilingi sekumpulan anak-anak sekolah Turki yang guru-gurunya manjamu kami dengan sari apel. Yohanes mendorong setiap orang Kristen mempraktikan pembacaan dramatis Kitab Wahyu di gereja dan ibadah keluarga.

Tuhan, berikan telinga yang dengar-dengaran kepada-Mu dan kepada Firman-Mu. Aku juga berdoa memohon hati yang mau taat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar