Senin, 21 Januari 2013

23 Januari



“… Anak Manusia,… WAJAHNYA BERSINAR-SINAR BAGAIKAN MATAHARI YANG TERIK” (Wahyu 1:13-16)

Penampilan Yesus di Patmos sangat memukau. Saat menatap-Nya, Yohanes tersungkur karena takjub (Wahyu 1:7). Yesus tidak tampak seperti manusia biasa yang dikenalnya dulu di Galilea. Apakah perbedaan gambaran yang memukau ini? Ayat ini menyebutkan Yesus itu memukau dan mengesankan seperti malaikat di dalam Daniel 10. Tapi Dia juga lebih daripada itu. Dia memiliki karakteristik Keallahan. Rambut-Nya seperti “bulu yang putih metah” bisa dibandingkan dengan salju, serta api membara merupakan karakteristik “Dia Yang Lanjut Usia” yang tertulis dalam Daniel 7:9. Ketika Dia menyebut diri-Nya “Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:17,18), tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa Yesus datang kepada Yohanes sebagai Allah Perjanjian Lama (Yesaya 44:6;48:12). Yesus benar-benar “bintang” dalam setiap pengertian kata.
Saya diingatkan pada kolom terakhir tulisan Ben Stein. Ia sudah bosan membuat laporan tentang bintang-bintang Hollywood yang sebenarnya ada hal-hal lain yang jauh lebih menarik. Berikut ini kutipan kata-katanya sendiri : “Saya tidak lagi beranggapan bahwa bintang-bintang Hollywood itu sangat penting. Mereka ramah dan menyenangkan, dan memperlakukan saya dengan baik, jauh lebih baik dari sepatutnya saya terima…(Tapi) bagaimana dengan seorang pria atau wanita dengan bayaran lebih delapan digit dan hidup bergelimang harta bisa menjadi bintang di dunia saat ini, jika ‘bintang’ yang dimaksud adalah seorang yang cerdas dan berkuasa serta menarik sebagai tokoh panutan? Bintang-bintang sejati tidak pergi ke sana kemari berkendara limusin…sementara gadis-gadis Vietnam merawat kuku mereka. Mereka bisa menjadi orang yang menarik dan ramah, tapi bagi saya mereka bukan lagi pahlawan…”
“Bintang sejati…adalah prajurit yang melihat seorang gadis kecil bemain-main sepotong artileri yang belum meledak di jalanan dekat tempatnya mengawal stasuin. Ia mendorong anak itu ke samping dan menjatuhkan diri ke atasnya tepat saat benda itu meledak…banyak bintang lain di cakrawala …polisi yang berpatroli dan tidak tahu apakah mereka akan bisa kembali hidup-hidup. Para perawat dan para medik yang menolong orang-orang yang mengalami kecelakaan mengerikan, guru dan perawat yang membaktikan diri merawat anak-anak autis, pria dan wanita baik hati yang bekerja di rumah sakit kanker. Pikiran setiap anggota pasukan pemadam kebakaran yang berlarian di tangga-tangga World Trade Center saat menara kembar itu mulai runtuh.”
“Nah, sekarang Anda paham siapa yang saya sebut sebagai pahlawan sejati… Allah itu nyata, bukan fiksi…Akhirnya saya menyadari bahwa kehidupan yang diabdikan untuk menolong sesama adalah satu-satunya kehidupan yang berarti…Inilah sumbangsih termulia saya dan terbaik sebagai manusia”.

Tuhan, aku menunjuk Yesus sebagai sutradara kehidupanku. Dialah pahlawanku yang terutama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar