“… Anak Manusia,… WAJAHNYA BERSINAR-SINAR BAGAIKAN MATAHARI
YANG TERIK” (Wahyu 1:13-16)
Penampilan Yesus di Patmos sangat
memukau. Saat menatap-Nya, Yohanes tersungkur karena takjub (Wahyu 1:7). Yesus
tidak tampak seperti manusia biasa yang dikenalnya dulu di Galilea. Apakah
perbedaan gambaran yang memukau ini? Ayat ini menyebutkan Yesus itu memukau dan
mengesankan seperti malaikat di dalam Daniel 10. Tapi Dia juga lebih daripada
itu. Dia memiliki karakteristik Keallahan. Rambut-Nya seperti “bulu yang putih metah”
bisa dibandingkan dengan salju, serta api membara merupakan karakteristik “Dia
Yang Lanjut Usia” yang tertulis dalam Daniel 7:9. Ketika Dia menyebut diri-Nya
“Yang Awal dan Yang Akhir” (Wahyu 1:17,18), tidak perlu dipertanyakan lagi
bahwa Yesus datang kepada Yohanes sebagai Allah Perjanjian Lama (Yesaya
44:6;48:12). Yesus benar-benar “bintang” dalam setiap pengertian kata.
Saya diingatkan pada kolom
terakhir tulisan Ben Stein. Ia sudah bosan membuat laporan tentang
bintang-bintang Hollywood yang sebenarnya ada hal-hal lain yang jauh lebih
menarik. Berikut ini kutipan kata-katanya sendiri : “Saya tidak lagi
beranggapan bahwa bintang-bintang Hollywood itu sangat penting. Mereka ramah
dan menyenangkan, dan memperlakukan saya dengan baik, jauh lebih baik dari
sepatutnya saya terima…(Tapi) bagaimana dengan seorang pria atau wanita dengan
bayaran lebih delapan digit dan hidup bergelimang harta bisa menjadi bintang di
dunia saat ini, jika ‘bintang’ yang dimaksud adalah seorang yang cerdas dan
berkuasa serta menarik sebagai tokoh panutan? Bintang-bintang sejati tidak
pergi ke sana kemari berkendara limusin…sementara gadis-gadis Vietnam merawat
kuku mereka. Mereka bisa menjadi orang yang menarik dan ramah, tapi bagi saya
mereka bukan lagi pahlawan…”
“Bintang sejati…adalah prajurit
yang melihat seorang gadis kecil bemain-main sepotong artileri yang belum
meledak di jalanan dekat tempatnya mengawal stasuin. Ia mendorong anak itu ke
samping dan menjatuhkan diri ke atasnya tepat saat benda itu meledak…banyak
bintang lain di cakrawala …polisi yang berpatroli dan tidak tahu apakah mereka
akan bisa kembali hidup-hidup. Para perawat dan para medik yang menolong
orang-orang yang mengalami kecelakaan mengerikan, guru dan perawat yang membaktikan
diri merawat anak-anak autis, pria dan wanita baik hati yang bekerja di rumah
sakit kanker. Pikiran setiap anggota pasukan pemadam kebakaran yang berlarian di
tangga-tangga World Trade Center saat
menara kembar itu mulai runtuh.”
“Nah, sekarang Anda paham siapa
yang saya sebut sebagai pahlawan sejati… Allah itu nyata, bukan fiksi…Akhirnya
saya menyadari bahwa kehidupan yang diabdikan untuk menolong sesama adalah
satu-satunya kehidupan yang berarti…Inilah sumbangsih termulia saya dan terbaik
sebagai manusia”.
Tuhan,
aku menunjuk Yesus sebagai sutradara kehidupanku. Dialah pahlawanku yang
terutama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar