“Inilah wahyu Yesus Kristus,
YANG DIKARUNIAKAN ALLAH KEPADA-NYA, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya… Ia telah menyatakannya
KEPADA HAMBA-NYA YOHANES. Yohanes telah bersaksi tentang firman Allah…
” (Wahyu 1:1,2)
Ketika putri sulung kami, Tammy, berusia
lima tahun, keluarga kami jadi tak terkendali. Istri saya sedang hamil anak
ketiga. Yang membuat kami jadi tak tekendali, setelah Kimberly lahir, maka kami
terdiri dari dua orang tua dan tiga anak-anak. Jumlah anak mengalahkan jumlah
saya dan istri!
Saya tidak tahu apakah Anda pikir ini ide
yang bagus atau tidak, tapi tak lama sebelum persalinan, kami berbincang dengan
Tammy dan berkata, “Kau tahu, Tammy, dua orangtua ditambah tiga anak akan
sangat sukar! Mulai saat ini, kami membutuhkan bantuanmu sebagai setengah
orangtua. Bisakah kamu membantu?”
Setujukah dia? Sangat setuju! Apakah kata
“sok ngatur” terlintas dalam benak? Meskipun kami sesekali menyesali
pembicaraan itu, Tammy terbukti adalah koki, pengurus rumah tangga, dan
konselor keluarga paling efektif! Baru-baru ini kami mangadakan liburan
keluarga. Tammy (ketika itu berusia 21) membersihkan ruang tamu dan dapur,
membantu adiknya berkemas, menyiapkan semua masakan, dan memasukkannya ke
mobil. Sementara sang ayah mengawasi, semuanya dilakukan dengan luar biasa!
Namun meskipun perannya kadang kacau, tidak seorangpun mempertanyakan siapa
yang memutuskan jika menyangkut anak-anak yang lebih muda. Setiap kali kami
menyerahkan tanggung jawab kepada Tammy untuk mengurus adik-adiknya, ia harus
melakukan tepat seperti yang diperintahkan orangtuanya.
Garis otoritas dalam Kitab Wahyu juga
sama dengan itu. Penulisnya adalah Yohanes, tapi isi kitab ini dari Yesus,
bukan dari manusia. Sementara simbol-simbol mencerminkan dunia rasul itu, Yesus
memilihnya (“menyatakan”- Wahyu 1:1). Kitab Wahyu bukanlah ide Yohanes sendiri.
Ia menerima semuanya itu dalam bentuk penglihatan dari Yesus Kristus. Oleh
karena itu, otoritasnya seperti nabi-nabi Perjanjian Lama dan juga rasul-rasul
Perjanjian Baru. “Kata-kata nubuatan ini ” harus ditaati (ayat 3). Otoritasnya
tidak perlu dipertanyakan, sehingga tidak ada satu katapun yang boleh
ditambahkn atau dikurangi (Wahyu 22:18, 19). Hikmat dan pengetahuan Allah tentu
saja lebih besar daripada apa yang tertulis dalam Kitab Wahyu. Allah yang besar
telah turun dan memakai Yohanes untuk berbicara kepada kita, bagaikan orang tua
berbicara kepada anak berusia 2 tahun, menyamakan diri dengan tingkatan mereka
dan memakai bahasa mereka. Kitab Suci adalah saksi terjelas kita pada Allah,
saksi yang masih dalam kapasitas kita untuk dipahami.
Tuhan,
terima kasih karena mengulurkan tangan kepadaku dalam Kitab Wahyu. Aku akan
mengikuti-Mu sepenuh hatiku hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar