Rabu, 23 Januari 2013

25 Januari



KETIKA AKU MELIHAT DIA, TERSUNGKURLAH AKU DI DEPAN KAKINYA SAMA SEPERTI ORANG MATI” (Wahyu 1:17).

Sebagaimana yang kita saksikan kemarin, berjumpa Yesus dalam penglihatan sungguh mengejutkan Yohanes. Anda bisa bilang bahwa Kitab Wahyu berasal dari semacam “terapi kaget” yang Yesus berikan kepada sang nabi. Yesus datang kepadanya dalam wujud yang benar-benar tidak terduga. Ia menghancurkan batasan-batasan dimana Yohanes menempatkan diri-Nya ke dalamnya. Ia memperluas batas-batas pengalaman sang pewahyu, menantangnya untuk menyaksikan gambaran Yesus yang lebih luas. Dan kenyataannya adalah, kita semua bergumul untuk bergerak melintasi pembatasan-pembatasan kita sendiri menyangkut pemahaman kita tentang Allah.
Jika saya seorang muslim, mungkin saya merasa sulit untuk memahami bahwa Allah bisa merasa senang kepada seseorang yang tidak berpuasa satu bulan setiap tahun dan sembahyang lima kali sehari. Saya tidak ada masalah dengan makan ular atau kelinci, tetapi saya akan sulit membayangkan Allah akan membiarkan konsumsi daging babi. Saya memandang rendah orang Kristen yang minum minuman keras, namun pada saat yang sama merokok seperti lokomotif!
Banyak penganut Katolik merasa sulit mempercayai bahwa seorang hamba Tuhan atau imam bisa sungguh-sungguh berkenan kepada Allah tanpa hidup sehat. Di zaman Yesus, beberapa orang Yahudi mengalami saat-saat sulit ketika mengawasi murid-murid memetik sedikit gandum dan mengunyahnya sembari berjalan menyusuri ladang pada hari Sabat. Siapa yang boleh berbuat demikian dan masih dapat melayani Tuhan? Orang-orang Hindu tidak boleh makan sapi, tetapi babi bisa-bisa saja. Banyak orang Kristen berpendapat bahwa Perang Salib adalah perang suci dan bisa dibenarkan.
Semua ini mengingatkan saya pada satu di antara sepuluh judul buku terbaik pernah saya dengar : Your God Is Too Small! Yesus dalam Kitab Wahyu adalah obat penawar untuk penyakit itu. Kita menyebut Dia lemah lembut, namun demikian banyak orang yang mengenal-Nya beranggapan bahwa Dia seorang revolusioner yang berbahaya. Bagaimanapun, Dia menyebut para pemimpin agama sebagai orang munafik. Dia menyebut gubernur setempat sebagai “serigala”. Orang-orang yang sangat religious Dia beri label “anak-anak Iblis”. Dan Dia bergaul dengan para pelacur dan pemungut cukai.
Dua kali Dia memporakporandakan tempat berjualan di Bait Allah, menyerakkan barang-barang dagangan, serta mengusir orang-orang di sana. Dia terus dalam misi-Nya menyembuhkan para tunawisma, tetapi tampaknya nyaris tidak menaruh hormat kepada orang-orang penting. Yesus pasti sangt menyenangkan jika Dia mau berlaku seperti kita.

Tuhan, tolonglah aku untuk menerima Engkau sebagaimana adanya Engkau, bukan seperti yang aku harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar