“KETIKA AKU
MELIHAT DIA, TERSUNGKURLAH AKU DI DEPAN KAKINYA SAMA SEPERTI ORANG MATI” (Wahyu
1:17).
Sebagaimana yang kita saksikan
kemarin, berjumpa Yesus dalam penglihatan sungguh mengejutkan Yohanes. Anda
bisa bilang bahwa Kitab Wahyu berasal dari semacam “terapi kaget” yang Yesus
berikan kepada sang nabi. Yesus datang kepadanya dalam wujud yang benar-benar
tidak terduga. Ia menghancurkan batasan-batasan dimana Yohanes menempatkan
diri-Nya ke dalamnya. Ia memperluas batas-batas pengalaman sang pewahyu,
menantangnya untuk menyaksikan gambaran Yesus yang lebih luas. Dan kenyataannya
adalah, kita semua bergumul untuk bergerak melintasi pembatasan-pembatasan kita
sendiri menyangkut pemahaman kita tentang Allah.
Jika saya seorang muslim, mungkin
saya merasa sulit untuk memahami bahwa Allah bisa merasa senang kepada
seseorang yang tidak berpuasa satu bulan setiap tahun dan sembahyang lima kali
sehari. Saya tidak ada masalah dengan makan ular atau kelinci, tetapi saya akan
sulit membayangkan Allah akan membiarkan konsumsi daging babi. Saya memandang
rendah orang Kristen yang minum minuman keras, namun pada saat yang sama
merokok seperti lokomotif!
Banyak penganut Katolik merasa
sulit mempercayai bahwa seorang hamba Tuhan atau imam bisa sungguh-sungguh
berkenan kepada Allah tanpa hidup sehat. Di zaman Yesus, beberapa orang Yahudi
mengalami saat-saat sulit ketika mengawasi murid-murid memetik sedikit gandum
dan mengunyahnya sembari berjalan menyusuri ladang pada hari Sabat. Siapa yang
boleh berbuat demikian dan masih dapat melayani Tuhan? Orang-orang Hindu tidak
boleh makan sapi, tetapi babi bisa-bisa saja. Banyak orang Kristen berpendapat
bahwa Perang Salib adalah perang suci dan bisa dibenarkan.
Semua ini mengingatkan saya pada
satu di antara sepuluh judul buku terbaik pernah saya dengar : Your God Is Too Small! Yesus dalam Kitab
Wahyu adalah obat penawar untuk penyakit itu. Kita menyebut Dia lemah lembut,
namun demikian banyak orang yang mengenal-Nya beranggapan bahwa Dia seorang
revolusioner yang berbahaya. Bagaimanapun, Dia menyebut para pemimpin agama
sebagai orang munafik. Dia menyebut gubernur setempat sebagai “serigala”.
Orang-orang yang sangat religious Dia beri label “anak-anak Iblis”. Dan Dia
bergaul dengan para pelacur dan pemungut cukai.
Dua kali Dia memporakporandakan
tempat berjualan di Bait Allah, menyerakkan barang-barang dagangan, serta
mengusir orang-orang di sana. Dia terus dalam misi-Nya menyembuhkan para
tunawisma, tetapi tampaknya nyaris tidak menaruh hormat kepada orang-orang
penting. Yesus pasti sangt menyenangkan jika Dia mau berlaku seperti kita.
Tuhan,
tolonglah aku untuk menerima Engkau sebagaimana adanya Engkau, bukan seperti
yang aku harapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar