“Katanya
: ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada
ketujuh jemaat ini : KE EFESUS, KE
SMIRNA, KE PERGAMUS, KE TIATIRA, KE SARDIS, KE FILADELFIA, DAN KE LAODIKIA’” (Wahyu
1:11)
Tujuh jemaat adalah yang pertama
dari rangkaian tujuh penglihatan dalam kitab Wahyu. Yohanes menggambarkan tujuh
jemaat, tujuh materai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan murka. Suatu adegan
pembukaan mengawali setiap tujuh penglihatan ini. Misalnya, penglihatan tentang
Kristus diantara ketujuh kaki dian (Wahyu 1:12-20) datang sebelum penglihatan
tentang ketujuh surat (Wahyu 2:3). Adegan-adegan pembukaan seperti latar
belakang panggung bagi setiap penglihatan yang terjadi berikutnya. Sebagai
akibatnya, John Bowman (dalam The
Interpreter’s Dictionary of the Bible) mengemukakan tesis bahwa Kitab Wahyu
bagaikan pertunjukkan Yunani kuno, dengan tujuh babak dan tujuh adegan
dimainkan dengan latar belakang pendahuluan masing-masing penglihatan.
Dengan demikian, di dalam Kitab
Wahyu Allah memakai bentuk drama untuk menyampaikan pesan mengenai apa yang
nyata di alam semesta ini. Sementara aktor-aktor sering berbicara banyak hal
seolah-olah itu nyata, drama bisa menjadi alat efektif mengungkapkan kebenaran.
Seorang mantan siswa saya, Dan,
ingin menjadi actor terkenal. Mugkin itulah sebabnya mengapa saudara
perempuannya, Cindy, mengatakan pada upacara pemakaman ayah mereka, bahwa
menjadi hamba Tuhan itu banyak persamaannya dengan seni teater. Kemudian Dan
terjun dalam dunia pelayanan dan mendapati bahwa dalam satu hal saudara
perempuannya itu benar. Dia mendapati bahwa hamba-hamba Tuhan memainkan peran
berkuasa dan berpengaruh. Mereka mewakili Tuhan. Para hamba Tuhan mungkin
sesekali memendam pemikiran yang tidak pantas, tetapi mereka tidak berani
mempraktikannya, jika tidak, mereka akan mempermalukan nama Yesus di antara
orang-orang lemah, kaum muda, dan mereka yang tidak percaya. Mereka harus setia
kepada Firman dan tidak menyeleweng atau main-main.
Peran orang Kristen di dunia secular
ini sama menantangnya. Kita harus senantiasa mencamkan tujuan misi dalam benak
kita, namun demikian mudah dijangkau oleh mereka yang membutuhkan. Siapa yang
cukup sigap untuk menerima tantangan ini? Tidak seorangpun, tetapi bersama
Tuhan segala sesuatu mungkin. Dia memilih seorang pembunuh gagap untuk memimpin
umat-Nya keluar dari tanah Mesir (Musa). Ia memilih yang termuda dari
saudara-saudaranya untuk membunuh raksasa (Daud). Dia lahir di palungan, namun
demikian mampu mengubah dunia! Dia memerintahkan kita melakukan apa yang
kelihatannya mustahil. Dan dia tidak memanggil mereka yang siap, tetapi mempersiapkan
mereka yang dipanggil-Nya.
Tuhan,
biarkan aku senantiasa mengingat tujuan misi di dalam apa yang aku lakukan dan
perkataan hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar