Rabu, 16 Januari 2013

18 Januari



“Katanya : ‘Apa yang engkau lihat, tuliskanlah dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini : KE EFESUS, KE SMIRNA, KE PERGAMUS, KE TIATIRA, KE SARDIS, KE FILADELFIA, DAN KE LAODIKIA’” (Wahyu 1:11)

Tujuh jemaat adalah yang pertama dari rangkaian tujuh penglihatan dalam kitab Wahyu. Yohanes menggambarkan tujuh jemaat, tujuh materai, tujuh sangkakala, dan tujuh cawan murka. Suatu adegan pembukaan mengawali setiap tujuh penglihatan ini. Misalnya, penglihatan tentang Kristus diantara ketujuh kaki dian (Wahyu 1:12-20) datang sebelum penglihatan tentang ketujuh surat (Wahyu 2:3). Adegan-adegan pembukaan seperti latar belakang panggung bagi setiap penglihatan yang terjadi berikutnya. Sebagai akibatnya, John Bowman (dalam The Interpreter’s Dictionary of the Bible) mengemukakan tesis bahwa Kitab Wahyu bagaikan pertunjukkan Yunani kuno, dengan tujuh babak dan tujuh adegan dimainkan dengan latar belakang pendahuluan masing-masing penglihatan.
Dengan demikian, di dalam Kitab Wahyu Allah memakai bentuk drama untuk menyampaikan pesan mengenai apa yang nyata di alam semesta ini. Sementara aktor-aktor sering berbicara banyak hal seolah-olah itu nyata, drama bisa menjadi alat efektif mengungkapkan kebenaran.
Seorang mantan siswa saya, Dan, ingin menjadi actor terkenal. Mugkin itulah sebabnya mengapa saudara perempuannya, Cindy, mengatakan pada upacara pemakaman ayah mereka, bahwa menjadi hamba Tuhan itu banyak persamaannya dengan seni teater. Kemudian Dan terjun dalam dunia pelayanan dan mendapati bahwa dalam satu hal saudara perempuannya itu benar. Dia mendapati bahwa hamba-hamba Tuhan memainkan peran berkuasa dan berpengaruh. Mereka mewakili Tuhan. Para hamba Tuhan mungkin sesekali memendam pemikiran yang tidak pantas, tetapi mereka tidak berani mempraktikannya, jika tidak, mereka akan mempermalukan nama Yesus di antara orang-orang lemah, kaum muda, dan mereka yang tidak percaya. Mereka harus setia kepada Firman dan tidak menyeleweng atau main-main.
Peran orang Kristen di dunia secular ini sama menantangnya. Kita harus senantiasa mencamkan tujuan misi dalam benak kita, namun demikian mudah dijangkau oleh mereka yang membutuhkan. Siapa yang cukup sigap untuk menerima tantangan ini? Tidak seorangpun, tetapi bersama Tuhan segala sesuatu mungkin. Dia memilih seorang pembunuh gagap untuk memimpin umat-Nya keluar dari tanah Mesir (Musa). Ia memilih yang termuda dari saudara-saudaranya untuk membunuh raksasa (Daud). Dia lahir di palungan, namun demikian mampu mengubah dunia! Dia memerintahkan kita melakukan apa yang kelihatannya mustahil. Dan dia tidak memanggil mereka yang siap, tetapi mempersiapkan mereka yang dipanggil-Nya.

Tuhan, biarkan aku senantiasa mengingat tujuan misi di dalam apa yang aku lakukan dan perkataan hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar