Senin, 14 Januari 2013

16 Januari



Aku, Yohanes, saudara dan sekutumu di dalam KESUSAHAN,…BERADA DI PULAU YANG BERNAMA PATMOS oleh karena firman Allah…” (Wahyu 1:9)

Saya dilahirkan di sisi timur atas Manhattan ketika kawasan itu masih miskin. Saya kemudian dibesarkan di perumahan dekat situ dan bergereja di Manhattan. Saya selalu berpikir, jika Anda sanggup mengemudi di kota New York, Anda bisa mengemudi di mana pun juga. Terkadang saya merasa lucu ketika orang dari daerah lain berkunjung dan merasa ngeri melihat saya melalui zig-zag dalam kecepatan tinggi. Saya merasa kemampuan  mengemudi saya lebih unggul dibandingkan siapa saja yang telah belajar mengemudi di bagian-bagian dunia yang lain.
Meningkat dewasa, Allah memberi saya kesempatan bepergian dan baru tahu bahwa keyakinan mengemudi saya hanya didasarkan pada pengalaman terbatas. Walau para pengemudi di kota New York suka ngebut dan gegabah, mereka bukan apa-apa dibandingkan para pengemudi di kota Paris atau Roma. Dalam hal keberanian, tiada bandingan para pengemudi di kota Caracas, Venezuela! Namun bagi saya, tempat-tempat paling menantang adalah di negara-negara bekas pendudukan Inggris di belahan Selatan, seperti Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Di sini orang-orang mengemudi di sebelah kiri, tapi pengemudi duduk di sebelah kanan! Dan bayangkan bagaimana harus mengemudi di sebelah kiri lalu menemukan warisan khas Inggris seperti jalan berputar. Bukannya berhenti di setiap persimpangan, mobil-mobil bergerak bagaikan komedi putar menyebalkan dan tiba-tiba bisa mengeluarkan anda dari putaran itu, terkadang arah yang salah. Mengemudi di tempat-tempat ini, saya banyak melakukan kesalahan, sehingga  merendahkan kemampuan New York saya.
Ketika Yohanes menerima penglihatan di Patmos, ia tidak berada dilingkungan yang biasa. Ia jauh dari rutinitas masa lalunya yang nyaman. Dan perubahan dalam hidupnya, termasuk pengalaman itu, ia namakan “kesusahan”. Tetapi, sesulit apapun hidupnya, ia tahu bahwa Tuhan telah membawa dia ke sana. Ketika kehidupan menjadi rutin, mudah rasanya menganggap kalau kita seolah-olah memegang kendali, rasanya kita dapat menangani apa pun yang datang dalam hidup kita. Kita bisa cepat kehilangan rasa membutuhkan akan Allah. Terkadang Tuhan menggerakkan kita menjauh dari putaran kegiatan biasa kita dan menempatkan kita di tempat dimana kita harus lebih bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Mendekati zaman akhir, para pengikut Allah akan menemukan diri mereka ditempatkan dalam situasi baru dan menantang, sehingga mereka datang bergantung pada-Nya dari sebelumnya.

Tuhan, tolonglah aku untuk mengingat-Mu pada masa makmur dan senang. Bawalah aku pada pengalaman yang mempersiapkan aku untuk apapun yang akan datang, dan biarlah aku tetap rendah hati dalam segalanya agar selalu membutuhkan-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar