“Aku, Yohanes,
saudara dan sekutumu di dalam KESUSAHAN,…BERADA DI PULAU YANG BERNAMA PATMOS oleh karena firman Allah…” (Wahyu 1:9)
Saya dilahirkan di sisi timur
atas Manhattan ketika kawasan itu masih miskin. Saya kemudian dibesarkan di
perumahan dekat situ dan bergereja di Manhattan. Saya selalu berpikir, jika
Anda sanggup mengemudi di kota New York, Anda bisa mengemudi di mana pun juga. Terkadang
saya merasa lucu ketika orang dari daerah lain berkunjung dan merasa ngeri
melihat saya melalui zig-zag dalam kecepatan tinggi. Saya merasa kemampuan mengemudi saya lebih unggul dibandingkan
siapa saja yang telah belajar mengemudi di bagian-bagian dunia yang lain.
Meningkat dewasa, Allah memberi
saya kesempatan bepergian dan baru tahu bahwa keyakinan mengemudi saya hanya
didasarkan pada pengalaman terbatas. Walau para pengemudi di kota New York suka
ngebut dan gegabah, mereka bukan apa-apa dibandingkan para pengemudi di kota
Paris atau Roma. Dalam hal keberanian, tiada bandingan para pengemudi di kota
Caracas, Venezuela! Namun bagi saya, tempat-tempat paling menantang adalah di
negara-negara bekas pendudukan Inggris di belahan Selatan, seperti Australia,
Selandia Baru, dan Afrika Selatan. Di sini orang-orang mengemudi di sebelah
kiri, tapi pengemudi duduk di sebelah kanan! Dan bayangkan bagaimana harus
mengemudi di sebelah kiri lalu menemukan warisan khas Inggris seperti jalan
berputar. Bukannya berhenti di setiap persimpangan, mobil-mobil bergerak
bagaikan komedi putar menyebalkan dan tiba-tiba bisa mengeluarkan anda dari
putaran itu, terkadang arah yang salah. Mengemudi di tempat-tempat ini, saya
banyak melakukan kesalahan, sehingga merendahkan
kemampuan New York saya.
Ketika Yohanes menerima
penglihatan di Patmos, ia tidak berada dilingkungan yang biasa. Ia jauh dari
rutinitas masa lalunya yang nyaman. Dan perubahan dalam hidupnya, termasuk
pengalaman itu, ia namakan “kesusahan”. Tetapi, sesulit apapun hidupnya, ia
tahu bahwa Tuhan telah membawa dia ke sana. Ketika kehidupan menjadi rutin,
mudah rasanya menganggap kalau kita seolah-olah memegang kendali, rasanya kita
dapat menangani apa pun yang datang dalam hidup kita. Kita bisa cepat
kehilangan rasa membutuhkan akan Allah. Terkadang Tuhan menggerakkan kita
menjauh dari putaran kegiatan biasa kita dan menempatkan kita di tempat dimana
kita harus lebih bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Mendekati zaman akhir, para
pengikut Allah akan menemukan diri mereka ditempatkan dalam situasi baru dan
menantang, sehingga mereka datang bergantung pada-Nya dari sebelumnya.
Tuhan,
tolonglah aku untuk mengingat-Mu pada masa makmur dan senang. Bawalah aku pada
pengalaman yang mempersiapkan aku untuk apapun yang akan datang, dan biarlah
aku tetap rendah hati dalam segalanya agar selalu membutuhkan-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar