Kamis, 03 Januari 2013

5 Januari



“Inilah wahyu Yesus Kristus,…supaya ditunjukkan kepada-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus SEGERA terjadi” (Wahyu 1:1)

    Ayat ini mengatakan, peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam Kitab Wahyu akan “segera” terjadi. Darimana pewahyu bisa mengatakan demikian? Apakah maksud sebenarnya? Sebagian penafsir manyarankan, kita harus memahami kata “segera” dari sudut pandang Allah, bukan sudut pandang kita. Sebab, satu hari bagi Allah itu sama seperti 1.000 tahun (2 Pertus 3:8)! Dalam pengertian itu, kedatangan Yesus selalu segera. Bagi Allah, masa 1.000 tahun hanya satu butiran kecil dalam waktu tak terbatas.
       Jawaban itu mungkin berguna, tapi tak cukup bagi kita. Lagi pula, Yohanes tidak menulis Kitab Wahyu bagi kepentingan Allah, tapi “supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi.” Ketika malaikat datang kepada Petrus di penjara (Kisah 12:7) dan berkata, “Bangunlah segera!” (kata yang sama dengan “segera” dalam Wahyu 1:1), malaikat itu jelas tidak menyarankan Petrus untuk mendengkur 1.900 tahun lagi. Apa pendapat para pembaca pertama Kitab Wahyu sehubungan komentar ini? apakah Yesus (atau Yohanes) yang salah? Bagaimana kita memahaminya?
       Satu hal, pernyataan seperti itu tampaknya sudah menjadi pola Allah. Bahkan, pada zaman Perjanjian Lama, Anda akan sering mendapat kesan bahwa tindakan besar Allah adalah pada detik-detik terakhir. Saat anda membaca kitab-kitab Injil, perkataan Yesus tampaknya tidak menyarankan lebih daripada beberapa tahun (dekade). Alkitab senantiasa mengatakan bahwa waktu dari awal hingga akhir zaman itu singkat. Seakan-akan Tuhan tahu, sesuatu dalam jiwa manusia akan rusak setiap kali masa depan tampaknya diperpanjang. Kita tahu bahwa setiap saat bisa menjadi saat terakhir bagi kita, namun kita hidup seolah-olah sejarah pribadi kita akan terus berlangsung selama beberapa dekade ke depan. Sehingga menggambarkan waktu dalam jangka pendek memenuhi kebutuhan manusia. Hal ini membantu kita untuk memusatkan pikiran pada hal-hal penting. Dan memungkinkan kita menetapkan prioritas tepat untuk apapun yang tersisa dalam hidup kita.
       Seorang siswa mendekati seorang rabbi dan bertanya, “Kapan saya harus berdamai dengan Allah?” Rabbi itu menjawab, “Sehari sebelum anda meninggal.” Siswa itu balas bertanya lagi, “Tetapi kapankah aku meninggal?” Lalu Rabbi itu menjawab, “Tidak ada yang tahu, oleh karena itu, Kitab Suci berkata, ‘Hari ini, jika engkau mendengar suara-Nya, jangan engkau keraskan hatimu.” Bagaimanapun  banyak hal akan segera terjadi. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons kenyataan itu.
       Tuhan, bantu aku untuk hidup hari ini dengan sudut pandang keabadian. Semoga aku mengalami setiap momen dan memperlakukan setiap orang seakan-akan aku harus memberikan pertanggungjawaban atas kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar