Kamis, 03 Januari 2013

2 Januari



INILAH WAHYU YESUS KRISTUS, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi…”(Wahyu 1:1)

Kita hidup di zaman perubahan besar. Tampaknya hampir mustahil sekarang, khususnya bagi generasi muda, tetapi 25 tahun yang lalu kita tidak memiliki komputer pribadi, tidak ada ponsel, pemutar kaset video, atau DVD, PDA dan internet. Hal-hal ini telah mengubah kehidupan kita begitu rupa seperti halnya semua penemuan semenjak awal zaman hingga tahun 1980.
Era ketika penulis Alkitab menulis Kitab Wahyu juga meyaksikan perubahan signifikan dalam tekhnlogi. Pergantian abad Kristen pertama menyaksikan suatu peralihan dari gulungan naskah kuno kepada pembuatan buku. Sebuah gulungan terdiri dari selembar kertas tunggal panjang (dari kulit binatang atau papirus) yang digulung pada tongkat, sementara naskah kuno dilem atau dijahit di salah satu ujung, mirip buku yan anda miliki saat ini.
Sebelum zaman Yohanes, tidak seorangpun mengimpikan membawa “Alkitab”. Gulungan kitab begitu berat dan susah dibawa karena belum tentu satu injil Perjanjian Baru bisa muat dalam satu gulungan. Sementara naskah kuno akan lebih kecil dan lebih mudah dkelola. Ini juga memungkinkan menampung lebih banyak Injil dalam satu buku, sehingga lebih banyak isinya, mirip penambahan ruang penyimpanan Anda sepuluh kali lipat. Membuat gulungan kitab Yesaya dan Mazmur tidak pernah tepikirkan, namum jadi sangat memungkinkan menyertakan banyak kitab Injil dalam naskah kuno tunggal. Jadi naskah kuno itu dengan cepat telah menggantikan format gulungan sebagai pilihan. Kecuali pada sinagog-sinagog Yahudi, masih terus menggunakan gulungan untuk Kitab Suci.
Para penulis sering menuliskan judul buku di bagian luar gulungan kitab, sehingga penulis dapat mengetahui isi gulungan tanpa membukanya. Tetapi dengan ditemukannya naskah kuno itu, para penulis kitab seringkali meletakkan judul karya pada baris pembukaan. Sehingga “Wahyu Yesus Kristus” itu lebih daripada sekedar baris pertama buku, tetapi juga judul.
Sejak awal, kita pelajari bahwa Wahyu bukan wahyu milik Timur Tengah, gereja Kristen, ataupun dunia Islam. Judul buku itu bahkan bukan “Wahyu Zaman Akhir”- melainkan Wahyu Yesus Kristus. Walaupun sulit dipahami, tujuan utamanya adalah mengajar kita tentang Yesus. Jika penafsiran kita tentang Kitab Wahyu tidak mengarahkan pada gambaran yang lebih jelas mengenai Kristus, berarti kit belum benar-benar memahami kitab tersebut.
Tuhan, terima kasih atas kemajuan tekhnologi yang membuat Firman-Mu lebih mudah diakses dibandingkan sebelumnya. Tetapi dalam semua penggunaan tekhnologi atau Kitab Suci, tolonglah saya untuk tidak pernah kehilangan pandangan tentang Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar