“INILAH WAHYU YESUS KRISTUS, yang dikaruniakan Allah kepada-Nya, supaya
ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus segera terjadi…”(Wahyu
1:1)
Kita hidup di zaman perubahan besar. Tampaknya hampir mustahil
sekarang, khususnya bagi generasi muda, tetapi 25 tahun yang lalu kita tidak
memiliki komputer pribadi, tidak ada ponsel, pemutar kaset video, atau DVD, PDA
dan internet. Hal-hal ini telah mengubah kehidupan kita begitu rupa seperti
halnya semua penemuan semenjak awal zaman hingga tahun 1980.
Era ketika penulis Alkitab menulis Kitab Wahyu juga meyaksikan
perubahan signifikan dalam tekhnlogi. Pergantian abad Kristen pertama
menyaksikan suatu peralihan dari gulungan naskah kuno kepada pembuatan buku.
Sebuah gulungan terdiri dari selembar kertas tunggal panjang (dari kulit
binatang atau papirus) yang digulung pada tongkat, sementara naskah kuno dilem
atau dijahit di salah satu ujung, mirip buku yan anda miliki saat ini.
Sebelum zaman Yohanes, tidak seorangpun mengimpikan membawa
“Alkitab”. Gulungan kitab begitu berat dan susah dibawa karena belum tentu satu
injil Perjanjian Baru bisa muat dalam satu gulungan. Sementara naskah kuno akan
lebih kecil dan lebih mudah dkelola. Ini juga memungkinkan menampung lebih
banyak Injil dalam satu buku, sehingga lebih banyak isinya, mirip penambahan
ruang penyimpanan Anda sepuluh kali lipat. Membuat gulungan kitab Yesaya dan
Mazmur tidak pernah tepikirkan, namum jadi sangat memungkinkan menyertakan
banyak kitab Injil dalam naskah kuno tunggal. Jadi naskah kuno itu dengan cepat
telah menggantikan format gulungan sebagai pilihan. Kecuali pada
sinagog-sinagog Yahudi, masih terus menggunakan gulungan untuk Kitab Suci.
Para penulis sering menuliskan judul buku di bagian luar gulungan
kitab, sehingga penulis dapat mengetahui isi gulungan tanpa membukanya. Tetapi
dengan ditemukannya naskah kuno itu, para penulis kitab seringkali meletakkan
judul karya pada baris pembukaan. Sehingga “Wahyu Yesus Kristus” itu lebih
daripada sekedar baris pertama buku, tetapi juga judul.
Sejak awal, kita pelajari bahwa Wahyu bukan wahyu milik Timur
Tengah, gereja Kristen, ataupun dunia Islam. Judul buku itu bahkan bukan “Wahyu
Zaman Akhir”- melainkan Wahyu Yesus
Kristus. Walaupun sulit dipahami, tujuan utamanya adalah mengajar kita
tentang Yesus. Jika penafsiran kita tentang Kitab Wahyu tidak mengarahkan pada
gambaran yang lebih jelas mengenai Kristus, berarti kit belum benar-benar
memahami kitab tersebut.
Tuhan, terima kasih atas kemajuan
tekhnologi yang membuat Firman-Mu lebih mudah diakses dibandingkan sebelumnya.
Tetapi dalam semua penggunaan tekhnologi atau Kitab Suci, tolonglah saya untuk
tidak pernah kehilangan pandangan tentang Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar