Sabtu, 02 Maret 2013

3 Maret



Tetapi kepada kamu, yaitu ORANG-ORANG LAIN DI TIATIRA, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang TIDAK MENYELIDIKI APA YANG MEREKA SEBUT SELUK-BELUK IBLIS, kepada kamu Aku berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. TETAPI APA YANG ADA PADAMU, PEGANGLAH ITU SAMPAI AKU DATANG.” (Wahyu 2: 24,25).

Yesus sering memberi nasihat kepada mereka yang setia. Dia menyebut mereka “umat yang sisa”. Di sinilah untuk pertama kalinya kata ini muncul dalam Kitab Wahyu. Umat yang sisa dalam konteks ini, mungkin adalah mereka yang, walaupun mentoleransi peran Izebel di gereja, tetapi tidak menerima atau mempraktikan ajaran-ajarannya. Dengan demikian, mereka sedang mengantisipasi umat Allah yang sisa pada  akhir zaman (Wahyu 12:17).
Para sarjana Alkitab yakin makna “seluk-beluk Iblis”. Sebagian orang begitu yakin akan Kristus sehingga mereka pikir mereka bisa bermain-main dengan Iblis. Mungkin bahwa “Izebel” mengklaim dari pengalamannya mengenai seluk-beluk Iblis, dia bisa mengajarkan kepada orang-orang cara mengendalikan Iblis dan menang atasnya. Walaupun teksnya tidak jelas, walaupun mungkin dia sedang menjalankan sejenis pelayanan pengusiran Setan.
Memang benar bahwa orang-orang Kristen berkemenangan atas Setan di dalam Kristus. Saat ditindas Setan, kita bisa berseru memanggil nama Tuhan, kuasa dan darah Yesus Kristus. Dan saat kita bertemu orang-orang lain yang mengalami kesukaran yang sama, kita bisa berbuat hal yang sama. Kuasa Yesus Kristus itu nyata dengan cara yang sungguh luar biasa pada saat-saat seperti itu. Saya bicara dari pengalaman.
Tapi ada bahayanya. Perjumpaan dengan Setan jauh lebih menakutkan dan menggentarkan dibandingkan bungee jumping atau menyelam! Jika kita mengizinkan kuasa Kristus “menguasai kita” dalam situasi seperti itu, maka kita akan tergoda mencari-cari perjumpaan semacam itu lagi untuk memamerkan “kekuatan” kita kepada orang-orang. Walaupun Setan tunduk pada kuasa Kristus, dia lebih cerdik dan lebih berkuasa dibandingkan kita jika berdiri sendiri. Kesombongan dalam pekerjaan bagi Kristus, seperti halnya dengan “Izebel”, menempatkan kita pada kehancuran yang tak diduga-duga.
Umat yang sisa di Tiatira menghadapi tantangan besar. Yesus tidak mengkritik mereka, selain agar mereka “bertahan” hingga Dia datang. Mudah bagi umat yang sisa ini terjebak dalam siklus rasa malu dan rasa bersalah atas kegagalan masa lalu mereka melawan Izebel dan pengikut-pengikutnya. Tetapi Yesus tidak menuntut lebih selain agar mereka bertahan pada apa yang mereka mampu lakukan jika mereka mau percaya sepenuhnya kepada-Nya. Mereka tidak sempurna, tetapi Yesus mengatakan, “Aku tidak akan menangguhkan beban yang lebih berat kepadamu. Pertahankanlah apa yang sudah kau miliki”.

Tuhan, aku lelah membuat kesalahan demi kesalahan. Bantu aku untuk “bertahan”. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar