“Tetapi kepada kamu, yaitu ORANG-ORANG LAIN DI TIATIRA, yang tidak mengikuti ajaran itu dan yang
TIDAK MENYELIDIKI APA YANG MEREKA SEBUT
SELUK-BELUK IBLIS, kepada kamu Aku
berkata: Aku tidak mau menanggungkan beban lain kepadamu. TETAPI APA YANG ADA PADAMU, PEGANGLAH ITU
SAMPAI AKU DATANG.” (Wahyu 2: 24,25).
Yesus
sering memberi nasihat kepada mereka yang setia. Dia menyebut mereka “umat yang
sisa”. Di sinilah untuk pertama kalinya kata ini muncul dalam Kitab Wahyu. Umat
yang sisa dalam konteks ini, mungkin adalah mereka yang, walaupun mentoleransi
peran Izebel di gereja, tetapi tidak menerima atau mempraktikan
ajaran-ajarannya. Dengan demikian, mereka sedang mengantisipasi umat Allah yang
sisa pada akhir zaman (Wahyu 12:17).
Para
sarjana Alkitab yakin makna “seluk-beluk Iblis”. Sebagian orang begitu yakin
akan Kristus sehingga mereka pikir mereka bisa bermain-main dengan Iblis.
Mungkin bahwa “Izebel” mengklaim dari pengalamannya mengenai seluk-beluk Iblis,
dia bisa mengajarkan kepada orang-orang cara mengendalikan Iblis dan menang
atasnya. Walaupun teksnya tidak jelas, walaupun mungkin dia sedang menjalankan
sejenis pelayanan pengusiran Setan.
Memang
benar bahwa orang-orang Kristen berkemenangan atas Setan di dalam Kristus. Saat
ditindas Setan, kita bisa berseru memanggil nama Tuhan, kuasa dan darah Yesus
Kristus. Dan saat kita bertemu orang-orang lain yang mengalami kesukaran yang
sama, kita bisa berbuat hal yang sama. Kuasa Yesus Kristus itu nyata dengan
cara yang sungguh luar biasa pada saat-saat seperti itu. Saya bicara dari
pengalaman.
Tapi
ada bahayanya. Perjumpaan dengan Setan jauh lebih menakutkan dan menggentarkan
dibandingkan bungee jumping atau
menyelam! Jika kita mengizinkan kuasa Kristus “menguasai kita” dalam situasi
seperti itu, maka kita akan tergoda mencari-cari perjumpaan semacam itu lagi
untuk memamerkan “kekuatan” kita kepada orang-orang. Walaupun Setan tunduk pada
kuasa Kristus, dia lebih cerdik dan lebih berkuasa dibandingkan kita jika
berdiri sendiri. Kesombongan dalam pekerjaan bagi Kristus, seperti halnya
dengan “Izebel”, menempatkan kita pada kehancuran yang tak diduga-duga.
Umat
yang sisa di Tiatira menghadapi tantangan besar. Yesus tidak mengkritik mereka,
selain agar mereka “bertahan” hingga Dia datang. Mudah bagi umat yang sisa ini
terjebak dalam siklus rasa malu dan rasa bersalah atas kegagalan masa lalu
mereka melawan Izebel dan pengikut-pengikutnya. Tetapi Yesus tidak menuntut lebih
selain agar mereka bertahan pada apa yang mereka mampu lakukan jika mereka mau
percaya sepenuhnya kepada-Nya. Mereka tidak sempurna, tetapi Yesus mengatakan,
“Aku tidak akan menangguhkan beban yang lebih berat kepadamu. Pertahankanlah
apa yang sudah kau miliki”.
Tuhan, aku lelah membuat kesalahan demi kesalahan. Bantu aku
untuk “bertahan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar