Jumat, 29 Maret 2013

30 Maret


“Lihat, AKU BERDIRI DI MUKA PINTU DAN MENGETOK; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan MEMBUKAKAN PINTU, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20)

Yesus menggambarkan diri-Nya berdiri di muka pintu kepada Jemaat Laodikia, mengetuk dan menunggu sambutan untuk dipersilahkan masuk. Pintu Filadelfia adalah pintu keselamatan. Kristus yang membukakan, dan tidak seorangpun dapat menutupnya. Tetapi disini pintu tersebut ditutup bukan oleh Yesus, tetapi oleh Jemaat Laodikia sendiri. Itu merupakan kiasan dari Kidung Agung. Perhatikan kisah di balik perbandingan ini.
“Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Dengarlah, kekasihku mengetuk. "…
"Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Kakiku telah kubasuh, apakah aku akan mengotorkannya pula?"
“Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku.
Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku,…Tetapi tak kutemui, kupanggil, tetapi tak disahutnya.” (Kid. 5:2-6).
Isteri Salomo yang pertama adalah putri Firaun, raja Mesir (1 Raj. 3:1,2).
Meskipun didasarkan pada kesepakatan politik, tampaknya suatu pernikahan yang dilandasi cinta akhirnya berkembang. Walaupun belakangan Salomo membangun suatu harem yang sangat besar, riset baru-baru ini mendapati bahwa dia menjalani pernikahan yang monogami selama 20 tahun pertama (1 Raj. 9:9 ; 10 ; 11:1-4). Urusan cinta berkembang sedemikian sehingga kontak langsung antara raja dan ratu mungkin hanya jarang-jarang saja terjadi, karena mereka tinggal di istana yang terpisah walaupun saling berhubungan (1 Raj. 7:7,8).
Cerita dalam kisah ini mungkin bercerita tentang seorang wanita spesial dalam harem Salomo, yang mungkin adalah favoritnya. Dia berharap sang raja akan mendatanginya malam itu. Setelah menunggu dan menunggu, akhirnya dia menyerah dan pergi tidur. Lalu kekasihnya datang! Namun dalam kantuknya dia tidak melompat bangun dan mengundangnya masuk. “Tidak, tidak sekarang. Rasanya aku tidak ingin bangun dan mengenakan jubahku lagi. Kakiku akan kotor lagi.” Lalu dia berubah pikiran dan berlari ke pintu lalu membukanya. Sedihnya, sang kekasih telah pergi.
Ini adalah skenario mengerikan jika diterapkan pada gereja. Yesus tidak akan memaksa masuk, tetapi membiarkan gereja untuk memilih. Pesan yang ingin disampaikan disini adalah bahwa gereja tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Jika Laodikia tidak segera bertindak, akan terlambat jadinya.

Tuhan, bawalah aku mendekat kepada pintu hatiku hari ini. Aku tidak ingin terlambat membukakan pintu hatiku kepada-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar