Sabtu, 16 Maret 2013

17 Maret

KARENA ENGKAU MENURUTI FIRMAN-KU, UNTUK TEKUN MENANTIKAN AKU, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.” (Wahyu 3:10)

Karcis tidak terjual habis seperti yang dibayangkan. Permainan itu telah menarik 25.623 orang penggemar, lebih dari setengah adalah orang-orang kulit hitam Amerika, yang memenuhi 32.000 tempat duduk di Ebbets Field, Brooklyn, New York. Yang mereka saksikan adalah potongan sejarah yang sedang berlangsung – untuk pertama kalinya seorang kulit hitam bermain dalam pertandingan liga utama.

Tentu saja, Jackie Robinson tidak mematahkan garis pembatas warna kulit itu sendirian. Ia butuh Branch Rickey, presiden dan manajer umum Brooklyn Dodgers, untuk membantunya mewujudkan hal itu. Rickey memiliki kemampuan dan kuasa untuk mengabaikan kedangkalan berpikir para pemimpin olahraga lain. Selama beberapa waktu Rickey sedang mencari–cari altlet kulit hitam yang istimewa, seorang yang sikap tenangnya mengimbangi keterampilannya. Robinson harus mampu menelan penghinaan berbau rasial yang pasti dia akan hadapi, baik dari pemain maupun penggemar. Rickey memberitahu Robinson pada pertemuan pertama mereka bahwa dia harus punya “keberanian untuk tidak membalas”.

Terbukti! Sebagai atlet bintang empat pertama di UCLA, seorang  veteran ketentaraan, dan bintang kulit hitam yang sedang naik daun, Robinson tidak merokok ataupun minum ataupun memiliki sikap heroik di luar lapangan yang menyertai tekad berapi-apinya untuk saat itu. Saat dia melangkah ke atas plate dengan seragam Dodgers-nya, dia seorang dewasa berumur 28 tahun.

Namun dalam kurun waktu 10 tahun kariernya di Hall of Fame, Robinson berhasil menggantikan apa yang hilang ; dia dan para pemain bola Liga Negro yang tidak pernah mendapat kesempatan untuk “bersinar” dalam liga-liga utama. Saat Robinson bersikap penuh harga diri saat menghadapi penghinaan, pemain bisbol ini sungguh-sungguh menjadi suatu hiburan “nasional”.

Di dunia kita saat ini, orang-orang menghargai atlet-atlet yang menyombongkan diri dan bergaya. Namun kebesaran yang sejati ditemukan dalam kesabaran yang bertekun, seperti yang didapati dalam pelayanan dan pengorbanan Anak Domba. Yesus memuji jemaat Filadelfia bukan karena keahlian, kekayaan, maupun kesuksesan duniawi mereka, tetapi atas kesabaran mereka menghadapi kemiskinan, kelemahan, dan penganiayaan. Pesan dalam Kitab Wahyu membalikkan filosofi dunia ini. Setiap orang bisa melawan saat amarah menguasai. Dibutuhkan kekuatan karakter untuk menanggapi provokasi.

Tuhan, Engkau memberikan teladan bagiku saat Engkau menghadapi penghinaan dan penderitaan dengan penuh kesabaran saat disalibkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar