“Barangsiapa
KUKASIHI, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu
3:19).
Natal
adalah musim yang menarik bagi seorang anak berumur 6 tahun. Nicholas yang
duduk di taman kanak-kanak, sibuk menghafalkan lagu-lagu untuk acara
pertunjukan musim dingin sekolahnya. Sebuah acara ulangan diadakan pagi hari,
dan para orang tua yang kebetulan jadwalnya padat pada malam itu punya
kesempatan untuk menyaksikan pertunjukan.
Kebanyakan
sekolah umum di Amerika telah berhenti menyebut ini sebagai “Natal”, jadi orang
tua Kristen tidak mengharapkan lebih selain acara hiburan khas liburan serta
kegembiraan. Dan tidak mengherankan jika semua anak mengenakan sarung tangan
dan sweater merah, dengan topi rajutan warna cerah di kepala mereka. agak
mengherankan jadinya, saat kelas Nicholas bangkit berdiri untuk menyanyikan
“Christmas Love”.
Anak-anak
di baris depan satu per satu memegang huruf-huruf berukuran besar, mengeja
judul lagu mereka. Saat anak-anak menyanyikan lagu “C untuk Christmas”, seorang
anak mengacungkan huruf C. Lalu “H untuk Happy” dan selanjutnya, hingga
kelompok itu selesai mengeja pesan “Christmas Love”. Pementasan berjalan mulus
hingga semua orang mulai melihat seorang gadis kecil pendiam di baris depan
memegang huruf M dengan terbalik, dia tidak sadar bahwa hurufnya terlihat
seperti W. Seluruh hadirin mulai dari kelas satu hingga kelas enam menertawakan
kesalahannya. Tetapi dia tidak tahu kalau mereka menertawakannya, sehingga
dengan bangganya dia berdiri sambil memegang huruf W.
Meskipun
guru-guru berusaha menenangkan anak-anak, gelak tawa terus berlanjut hingga
huruf terakhir diangkat. Hadirin terdiam dan mata terbelalak. Dalam sekejap
semua orang menyadari alasan sebenarnya mengapa mereka merayakan musim liburan
ini, alasan sebenarnya untuk semua kemeriahan ini. Karena ketika salah seorang
anak mengacungkan tinggi-tinggi huruf terakhir, pesan yang disampaikan sangat
jelas, “Christ was Love!”
Kata
“kasih” jarang disebut dalam Kitab Wahyu. Yesus mengasihi kita (Wahyu 1:5);
Jemaat Efesus telah meninggalkan kasih mereka yang pertama (Wahyu 2:4); dan
jemaat Tiatira memperlihatkan kasih, kesabaran, serta pelayanan besar (ayat
19). Yesus mengasihi jemaat Filadelfia (Wahyu 3:9); umat Allah yang tidak mengasihi
nyawa mereka hingga pada kematian (Wahyu 12:11); dan orang-orang di luar kota
Yerusalem yang mengasihi kepalsuan (Wahyu 22:15). Jadi Kitab Wahyu menekankan
pada teguran dan disiplin lebih daripada kasih. Ini membuat ayat di atas sangat
penting, karena walaupun hal buruk terkadang menimpa umat Allah, tangan-Nya
yang penuh kasih tetap menuntun segala sesuatunya untuk kebaikan kita.
Tuhan, Engkau memercikkan kasih-Mu dalam hidupku, sekalipun
aku cenderung mengabaikannya. Bukakan mataku untuk dapat melihat itu hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar