Kamis, 28 Maret 2013

28 Maret


“Barangsiapa KUKASIHI, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19).

Natal adalah musim yang menarik bagi seorang anak berumur 6 tahun. Nicholas yang duduk di taman kanak-kanak, sibuk menghafalkan lagu-lagu untuk acara pertunjukan musim dingin sekolahnya. Sebuah acara ulangan diadakan pagi hari, dan para orang tua yang kebetulan jadwalnya padat pada malam itu punya kesempatan untuk menyaksikan pertunjukan.
Kebanyakan sekolah umum di Amerika telah berhenti menyebut ini sebagai “Natal”, jadi orang tua Kristen tidak mengharapkan lebih selain acara hiburan khas liburan serta kegembiraan. Dan tidak mengherankan jika semua anak mengenakan sarung tangan dan sweater merah, dengan topi rajutan warna cerah di kepala mereka. agak mengherankan jadinya, saat kelas Nicholas bangkit berdiri untuk menyanyikan “Christmas Love”.
Anak-anak di baris depan satu per satu memegang huruf-huruf berukuran besar, mengeja judul lagu mereka. Saat anak-anak menyanyikan lagu “C untuk Christmas”, seorang anak mengacungkan huruf C. Lalu “H untuk Happy” dan selanjutnya, hingga kelompok itu selesai mengeja pesan “Christmas Love”. Pementasan berjalan mulus hingga semua orang mulai melihat seorang gadis kecil pendiam di baris depan memegang huruf M dengan terbalik, dia tidak sadar bahwa hurufnya terlihat seperti W. Seluruh hadirin mulai dari kelas satu hingga kelas enam menertawakan kesalahannya. Tetapi dia tidak tahu kalau mereka menertawakannya, sehingga dengan bangganya dia berdiri sambil memegang huruf W.
Meskipun guru-guru berusaha menenangkan anak-anak, gelak tawa terus berlanjut hingga huruf terakhir diangkat. Hadirin terdiam dan mata terbelalak. Dalam sekejap semua orang menyadari alasan sebenarnya mengapa mereka merayakan musim liburan ini, alasan sebenarnya untuk semua kemeriahan ini. Karena ketika salah seorang anak mengacungkan tinggi-tinggi huruf terakhir, pesan yang disampaikan sangat jelas, “Christ was Love!”
Kata “kasih” jarang disebut dalam Kitab Wahyu. Yesus mengasihi kita (Wahyu 1:5); Jemaat Efesus telah meninggalkan kasih mereka yang pertama (Wahyu 2:4); dan jemaat Tiatira memperlihatkan kasih, kesabaran, serta pelayanan besar (ayat 19). Yesus mengasihi jemaat Filadelfia (Wahyu 3:9); umat Allah yang tidak mengasihi nyawa mereka hingga pada kematian (Wahyu 12:11); dan orang-orang di luar kota Yerusalem yang mengasihi kepalsuan (Wahyu 22:15). Jadi Kitab Wahyu menekankan pada teguran dan disiplin lebih daripada kasih. Ini membuat ayat di atas sangat penting, karena walaupun hal buruk terkadang menimpa umat Allah, tangan-Nya yang penuh kasih tetap menuntun segala sesuatunya untuk kebaikan kita.

Tuhan, Engkau memercikkan kasih-Mu dalam hidupku, sekalipun aku cenderung mengabaikannya. Bukakan mataku untuk dapat melihat itu hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar