“Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan
mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah!
KARENA JIKALAU ENGKAU TIDAK
BERJAGA-JAGA, AKU AKAN DATANG SEPERTI PENCURI DAN ENGKAU TIDAK TAHU PADA WAKTU
MANAKAH AKU TIBA-TIBA DATANG KEPADAMU.” (Wahyu 3:3)
Sejarah
Sardis pada zaman dulu kala memiliki kemiripan dengan gambaran yang diberikan
Yesus. Sardis adalah kota terkemuka di wilayah tersebut, ibukota kerajaan Lidya
yang diperintah Raja Croesus yang terkenal. Kekayaannya begitu
berlimpah-limpah, sehingga ada ungkapan “kaya seperti Croesus”. Namun pada saat
Yohanes menuliskan Kitab Wahyu, Sardis telah jatuh ke status kedua setelah
Efesus, Pergamus, dan bahkan Laodikia. Jadi pada abad pertama, reputasi kota
ini jauh melebihi kenyataannya.
Para
sejarawan zaman kuno mengatakan, Croesus menemui para ahli nujum di Delpi
sebelum berperang melawan Koresh, penguasa Persia. Dia menanyakan kepada
penujum apakah dia harus menyeberangi sungai Halys untuk menyerang Koresh. Si
penujum menjawab bahwa jika dia menyeberang Sungai Halys, kerajaan Persia yang
besar itu akan jatuh. Yakin bahwa dia akan mengalami kemenangan, sang raja
mengumpulkan balatentaranya dan mengarungi sungai Halys untuk memerangi Koresh.
Pemimpin Persia itu berhasil mengalahkannya. Tetapi Croesus tidak khawatir. Dia
bukan hanya memiliki janji si penujum, tetapi dia tahu bahwa dia bisa bertahan
di bentengnya yang tak terkalahkan (Sardis) dan mengumpulkan balatentaranya
yang jauh lebih besar untuk tahun berikutnya. Tetapi Koresh mengejar dan
mengepung Sardis sebelum Croesus mampu mengumpulkan balatentara baru. Raja
masih tidak khawatir, berpikir bahwa Koresh akan lemah jika berada jauh dari basisnya
dan bahwa kekuatan Sardis pada waktunya nanti akan menghancurkan balatentara
Koresh di tebing-tebing di bawah kota.
Kota
akropolis Sardis terletak di puncak gunung Tmolus. Sisi-sisi gunung
hampir-hampir terjal, seperti tembok menjulang tinggi ratusan kaki. Dengan
ketinggian seperti itu, seorang anak kecil tampaknya akan mampu mengawal kota
itu. Jadi suatu malam Croesus beristirahat
dengan yakin bahwa keadaan akan berbalik seperti yang dia inginkan. Dia
terbangun dan mendapati musuh menguasai akropolis dan kerajaannya sekarang
tinggal sejarah.
Yang
agaknya terjadi adalah bahwa meskipun bebatuan karang di bawah kota itu nyaris
tegak lurus, telah terjadi sebuah retakan pada bebatuan karang itu,
memungkinkan para penyusup untuk memanjat dan memasuki kota. Serangan seperti
itu hanya bisa terjadi saat orang-orang tidak menyadarinya, jadi serangan
Koresh mungkin sekali terjadi pada malam hari. Seperti pesan Yesus, kehancuran
menimpa Sardis seperti “pencuri di malam hari”.
Tuhan, tingkatkan kewaspadaan rohaniku agar aku bisa waspada
terhadap serangan Setan. Semoga saat Engkau datang, aku sedang berjaga-jaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar