Kamis, 07 Maret 2013

8 Maret



“Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah! KARENA JIKALAU ENGKAU TIDAK BERJAGA-JAGA, AKU AKAN DATANG SEPERTI PENCURI DAN ENGKAU TIDAK TAHU PADA WAKTU MANAKAH AKU TIBA-TIBA DATANG KEPADAMU.” (Wahyu 3:3)

Sejarah Sardis pada zaman dulu kala memiliki kemiripan dengan gambaran yang diberikan Yesus. Sardis adalah kota terkemuka di wilayah tersebut, ibukota kerajaan Lidya yang diperintah Raja Croesus yang terkenal. Kekayaannya begitu berlimpah-limpah, sehingga ada ungkapan “kaya seperti Croesus”. Namun pada saat Yohanes menuliskan Kitab Wahyu, Sardis telah jatuh ke status kedua setelah Efesus, Pergamus, dan bahkan Laodikia. Jadi pada abad pertama, reputasi kota ini jauh melebihi kenyataannya.
Para sejarawan zaman kuno mengatakan, Croesus menemui para ahli nujum di Delpi sebelum berperang melawan Koresh, penguasa Persia. Dia menanyakan kepada penujum apakah dia harus menyeberangi sungai Halys untuk menyerang Koresh. Si penujum menjawab bahwa jika dia menyeberang Sungai Halys, kerajaan Persia yang besar itu akan jatuh. Yakin bahwa dia akan mengalami kemenangan, sang raja mengumpulkan balatentaranya dan mengarungi sungai Halys untuk memerangi Koresh. Pemimpin Persia itu berhasil mengalahkannya. Tetapi Croesus tidak khawatir. Dia bukan hanya memiliki janji si penujum, tetapi dia tahu bahwa dia bisa bertahan di bentengnya yang tak terkalahkan (Sardis) dan mengumpulkan balatentaranya yang jauh lebih besar untuk tahun berikutnya. Tetapi Koresh mengejar dan mengepung Sardis sebelum Croesus mampu mengumpulkan balatentara baru. Raja masih tidak khawatir, berpikir bahwa Koresh akan lemah jika berada jauh dari basisnya dan bahwa kekuatan Sardis pada waktunya nanti akan menghancurkan balatentara Koresh di tebing-tebing di bawah kota.
Kota akropolis Sardis terletak di puncak gunung Tmolus. Sisi-sisi gunung hampir-hampir terjal, seperti tembok menjulang tinggi ratusan kaki. Dengan ketinggian seperti itu, seorang anak kecil tampaknya akan mampu mengawal kota itu. Jadi suatu malam Croesus beristirahat  dengan yakin bahwa keadaan akan berbalik seperti yang dia inginkan. Dia terbangun dan mendapati musuh menguasai akropolis dan kerajaannya sekarang tinggal sejarah.
Yang agaknya terjadi adalah bahwa meskipun bebatuan karang di bawah kota itu nyaris tegak lurus, telah terjadi sebuah retakan pada bebatuan karang itu, memungkinkan para penyusup untuk memanjat dan memasuki kota. Serangan seperti itu hanya bisa terjadi saat orang-orang tidak menyadarinya, jadi serangan Koresh mungkin sekali terjadi pada malam hari. Seperti pesan Yesus, kehancuran menimpa Sardis seperti “pencuri di malam hari”.

Tuhan, tingkatkan kewaspadaan rohaniku agar aku bisa waspada terhadap serangan Setan. Semoga saat Engkau datang, aku sedang berjaga-jaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar