“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang
demikian; AKU TIDAK AKAN MENGHAPUS NAMANYA DARI KITAB KEHIDUPAN, melainkan Aku akan mengaku namanya di
hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya,…” (Wahyu 3:5,6)
Di
beberapa dunia Yunani kuno, saat seorang akan dihukum mati karena suatu
kejahatan, pertama-tama pihak berwenang akan menghapuskan namanya dari gulungan
kitab daftar nama warga negara. Agaknya ini merupakan suatu langkah penting
sebelum menghukum mati seorang warga negara.
Dari
ayat di atas tampak jelas bahwa Yesus tidak percaya pada versi popular bahwa
“sekali diselamatkan akan tetap diselamatkan”. Untuk tetap tercatat dalam kitab
kehidupan merupakan hasil proses “berkemenangan” (bentuk kata kerja ketiga
bahasa Yunani dalam bentuk masa kini) yang berkesinambungan.
Dengan begitu, untuk tetap tercatat dalam kitab kehidupan menuntut hubungan
yang berkesinambungan dengan Yesus, bukannya suatu dekret sewenang-wenang di pihak Allah. Walaupun perbuatan kita tidak
pernah menjadi dasar keselamatan kita, perbuatan baik merupakan bukti yang
berkesinambungan bahwa seseorang telah diselamatkan (Wahyu 9:7,8). Perbuatan
baik merupakan pakaian orang-orang benar.
Janji
yang Allah berikan kepada mereka yang terus menang-bahwa Dia tidak akan
mencoret nama mereka dari kitab kehidupan-merupakan peringatan bahwa profesi
atau kehadiran di gereja saja sudah cukup untuk menjamin keselamatan mereka.
Ketika Mickey Cohen, seorang gangster Los Angeles yang terkenal di tahun
1940-an, membuat pernyataan di muka umum tentang iman Kristianinya, orang-orang
Kristen dimana-mana beranggapan itulah contoh luar biasa akan kasih karunia
Tuhan yang menyelamatkan. Namun seiring berlalunya waktu, Cohen tidak menolak
gaya hidup gangsternya.
Ketika
sahabat-sahabat Kristennya menegurnya, dia menanggapi, “Engkau tidak pernah
bilang bahwa aku harus meninggalkan karierku. Ada bintang film Kristen,
atlet-atlet Kristen, usahawan Kristen. Jadi apa salahnya menjadi seorang
gangster Kristen? Jika aku harus meninggalkan segala-galanya-jika demi
Kekristenan - aku tidak ikut-ikutan”. Cohen menjauh dari sahabat-sahabat
Kristennya dan akhirnya meninggal sendirian dan terlupakan.
Ketika
kita membawa nama Yesus, kitapun menjadi saksi bagi-Nya. Tapi jika kita
bertindak hanya sebatas kulit luarnya saja, saat kita mengizinkan Dia mengubah
hati kita, maka kita memberi alasan kepada orang-orang lain untuk tidak
mengizinkannya Yesus mengubah mereka juga. Mungkin bukan gangster, tetapi jika
kita memperlakukan iman Kristen hanya sebatas lapisan luar keegoisan kita, maka
kita bukan saksi bagi iman yang dapat mengubah dunia. Mungkin iman itu
kelihatan hidup bagi orang-orang, tetapi sebenarnya sedang sekarat atau sudah
benar-benar mati.
Tuhan, biarlah aku tidak hanya puas dengan iman yang hanya
kulit luarnya saja. Dan ubahlah aku menjadi saksi yang sejati bagi-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar