Minggu, 10 Maret 2013

11 Maret



“Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; AKU TIDAK AKAN MENGHAPUS NAMANYA DARI KITAB KEHIDUPAN, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya,…” (Wahyu 3:5,6)

Di beberapa dunia Yunani kuno, saat seorang akan dihukum mati karena suatu kejahatan, pertama-tama pihak berwenang akan menghapuskan namanya dari gulungan kitab daftar nama warga negara. Agaknya ini merupakan suatu langkah penting sebelum menghukum mati seorang warga negara.
Dari ayat di atas tampak jelas bahwa Yesus tidak percaya pada versi popular bahwa “sekali diselamatkan akan tetap diselamatkan”. Untuk tetap tercatat dalam kitab kehidupan merupakan hasil proses “berkemenangan” (bentuk kata kerja ketiga bahasa Yunani dalam bentuk masa kini) yang berkesinambungan. Dengan begitu, untuk tetap tercatat dalam kitab kehidupan menuntut hubungan yang berkesinambungan dengan Yesus, bukannya suatu dekret sewenang-wenang  di pihak Allah. Walaupun perbuatan kita tidak pernah menjadi dasar keselamatan kita, perbuatan baik merupakan bukti yang berkesinambungan bahwa seseorang telah diselamatkan (Wahyu 9:7,8). Perbuatan baik merupakan pakaian orang-orang benar.
Janji yang Allah berikan kepada mereka yang terus menang-bahwa Dia tidak akan mencoret nama mereka dari kitab kehidupan-merupakan peringatan bahwa profesi atau kehadiran di gereja saja sudah cukup untuk menjamin keselamatan mereka. Ketika Mickey Cohen, seorang gangster Los Angeles yang terkenal di tahun 1940-an, membuat pernyataan di muka umum tentang iman Kristianinya, orang-orang Kristen dimana-mana beranggapan itulah contoh luar biasa akan kasih karunia Tuhan yang menyelamatkan. Namun seiring berlalunya waktu, Cohen tidak menolak gaya hidup gangsternya.
Ketika sahabat-sahabat Kristennya menegurnya, dia menanggapi, “Engkau tidak pernah bilang bahwa aku harus meninggalkan karierku. Ada bintang film Kristen, atlet-atlet Kristen, usahawan Kristen. Jadi apa salahnya menjadi seorang gangster Kristen? Jika aku harus meninggalkan segala-galanya-jika demi Kekristenan - aku tidak ikut-ikutan”. Cohen menjauh dari sahabat-sahabat Kristennya dan akhirnya meninggal sendirian dan terlupakan.
Ketika kita membawa nama Yesus, kitapun menjadi saksi bagi-Nya. Tapi jika kita bertindak hanya sebatas kulit luarnya saja, saat kita mengizinkan Dia mengubah hati kita, maka kita memberi alasan kepada orang-orang lain untuk tidak mengizinkannya Yesus mengubah mereka juga. Mungkin bukan gangster, tetapi jika kita memperlakukan iman Kristen hanya sebatas lapisan luar keegoisan kita, maka kita bukan saksi bagi iman yang dapat mengubah dunia. Mungkin iman itu kelihatan hidup bagi orang-orang, tetapi sebenarnya sedang sekarat atau sudah benar-benar mati.

Tuhan, biarlah aku tidak hanya puas dengan iman yang hanya kulit luarnya saja. Dan ubahlah aku menjadi saksi  yang sejati bagi-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar