“Lihatlah, Aku akan MELEMPARKAN DIA KE ATAS RANJANG ORANG SAKIT dan mereka yang berbuat zinah dengan dia akan Kulemparkan ke dalam
kesukaran besar, jika mereka tidak bertobat dari perbuatan-perbuatan perempuan
itu. DAN ANAK-ANAKNYA AKAN KUMATIKAN
dan semua jemaat akan mengetahui,…”
(Wahyu 2:22,23)
Hukuman
disini setimpal dengan kejahatan yang dibuat. Karena Izebel telah membawa
orang-orang melakukan perzinahan, dia sendiri dilemparkan ke atas ranjang,
tempat dimana hubungan seksual biasanya berlangsung (bnd. Ibrani 13:4). Namun
tidak jelas apakah ayat tersebut memiliki konteks seksual atau tidak. Ranjang
juga adalah tempat dimana orang-orang berbaring saat terserang penyakit yang
parah. Kata “kematian” juga bisa berarti “wabah” atau penyakit menular.
Frasa
“dan anak-anaknya akan Kumatikan” tidak sesuai dengan kondisi dunia zaman
sekarang ini. Ada unsur penyiksaan di dalamnya. Ketika berada di bumi ini,
Yesus selalu mengasihi anak-anak dan tidak pernah berharap mereka berada dalam
bahaya. Namun demikian, seringkali anak-anak menderita sebagai akibat dari
tindakan orang dewasa, termasuk juga orang tua mereka. Dalam kasus ini,
“anak-anak” mungkin adalah murid-murid Izebel yang telah dewasa, mereka yang
mempercayai dan mempraktikan ajaran-ajarannya.
Ayat
di atas mengingatkan bahwa orang-orang yang memiliki karunia pun bisa jadi
berbuat salah. Izebel adalah seorang yang sangat berbakat, seorang yang diakui
sebagai nabiah dan guru dengan otoritas besar serta pengikut-pengikut. Meskipun
mungkin tidak menyadarinya, ia sedang membawa pengikutnya ke dalam kegelapan.
Bagaimana teks ini dapat diterapkan pada para pemimpin gereja zaman sekarang
ini? Jika Anda dan saya mendapati diri kita berada dalam posisi pemimpin di
gereja, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita telah berbuat salah? Bagaimana kita
menyadari bahwa kita sedang memanfaatkan talenta yang Allah karuniakan kepada
kita untuk memimpin orang-orang ke arah yang salah?
Jika
Anda seorang pemimpin di gereja, awasilah dengan cermat “murid-murid” Anda.
Seperti apa perilaku mereka? Hal-hal apa yang mereka wakili kepada orang-orang
lain? Para pengikut seringkali “menangkap” nuansa-nuansa dalam pengajaran yang
bahkan tidak disadari oleh sang guru. Kelemahan dalam instruksi-instruksi
semacam itu mungkin menjadi jelas dalam perilaku mereka yang mengasihi sang
guru. Mereka yang paling mengasihi sang gurulah, dalam perilaku mereka
tercermin kelemahan dan pengajarannya.
Tuhan, aku membutuhkan kemampuan membedakan yang lebih besar
untuk dapat sepenuhnya memahami implikasi dari segala sesuatu yang aku yakini
dan ajarkan. Bantulah aku untuk bersedia tunduk kepada tindak koreksi-Mu,
sekalipun itu melalui individu-individu yang mungkin aku tidak sukai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar